Pasbana - Di banyak pesta pernikahan, kita sering melihat jemari pengantin wanita dihiasi warna merah kecokelatan yang indah.
Ya, itulah hinah atau lebih dikenal dengan henna.
Bukan sekadar tren kecantikan, henna sesungguhnya punya jejak panjang dalam tradisi Islam, bahkan dipuji dalam hadis Rasulullah ﷺ.
Dalam riwayat Abu Dawud yang sahih, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sebaik-baik yang kalian gunakan untuk mengubah uban adalah hinah dan katam."
(HR. Abu Dawud, no. 4205).
Hadis ini menunjukkan bahwa henna bukan hanya kosmetik, tapi bagian dari sunnah yang menyeimbangkan estetika dan ibadah.
Berhias dalam Pandangan Islam
Islam memandang berhias sebagai sesuatu yang fitrah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang."
(QS. Ar-Rum: 21).
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang."
(QS. Ar-Rum: 21).
Ayat ini menegaskan bahwa hubungan suami-istri dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang.
Salah satu cara memperkuat ikatan itu adalah dengan menjaga penampilan dan berhias demi pasangan halal.
Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ bahkan menegaskan bahwa seorang istri yang berhias untuk menyenangkan suaminya akan mendapat pahala.
Beliau bersabda:
"Sebaik-baik perempuan adalah yang menyenangkan suami ketika dipandang."
(HR. An-Nasa’i, no. 3231).
"Sebaik-baik perempuan adalah yang menyenangkan suami ketika dipandang."
(HR. An-Nasa’i, no. 3231).
Pandangan Ulama: Antara Estetika dan Ibadah
Seorang mufassirah terkenal, ‘Aisyah ‘Abdurrahman (Bintu Syathi’), menulis dalam karyanya Al-Qur’an wa Qadhaya al-Insan bahwa berhias bagi istri adalah hak suami.
Namun, yang lebih indah adalah ketika berhias dijadikan sarana taqarrub kepada Allah. Dengan niat yang benar, make up sederhana, parfum, atau henna bisa berubah menjadi ibadah yang bernilai pahala.
Pandangan ini sejalan dengan falsafah Islam tentang tawazun (keseimbangan). Berhias bukan berarti berlebihan atau pamer, tapi menjaga keserasian antara penampilan lahiriah dengan kekhusyukan batin.
Manfaat Berhias bagi Istri
Menumbuhkan Keharmonisan Rumah Tangga
Istri yang menjaga penampilan dan berhias dengan tulus akan membuat suaminya merasa dihargai.
Psikolog keluarga menyebut, perhatian kecil pada penampilan dapat meningkatkan rasa percaya diri dan mempererat ikatan emosional pasangan.
Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Berhias dengan sederhana — baik dengan rias wajah, pakaian rapi, atau henna — memberi energi positif bagi perempuan.
Penelitian dari Psychology Today (2020) menyebutkan bahwa penampilan yang dirawat dapat meningkatkan self-esteem dan suasana hati.
Manfaat Kesehatan
Henna, misalnya, bukan hanya mempercantik kuku, tapi juga punya khasiat alami sebagai antiseptik dan penguat kuku.
Dalam pengobatan tradisional, henna dipakai untuk menenangkan kulit, meredakan panas, hingga memperkuat rambut.
Berhias dalam Islam bukan sekadar mempercantik diri.
Ia adalah bahasa cinta dalam rumah tangga, bahasa syukur atas nikmat rupa, dan bahasa ibadah ketika diniatkan untuk menghidupkan sunnah.
Ketika seorang istri merendam jemarinya dalam adonan henna, sejatinya ia sedang menorehkan doa. Warna merah kecokelatan yang melekat bukan sekadar kosmetik, tapi simbol bahwa keindahan fisik adalah amanah Ilahi.
Berhiaslah, tapi tetaplah seimbang. Jadikan henna atau riasan sederhana sebagai mahkota kecil yang menyatukan cinta dengan ridha Allah.
Karena sejatinya, tangan yang dihiasi henna itulah yang akan lebih lembut menenangkan suami, lebih tulus mengusap air mata anak, dan lebih khusyuk ketika menengadah dalam doa.(*)