Notification

×

Iklan

Iklan

Big Bank Mulai Kehilangan Pamor? Saatnya Saham Konglomerasi Ambil Panggung

23 Agustus 2025 | 08:18 WIB Last Updated 2025-08-23T01:18:50Z


Pasbana - Selama dua dekade terakhir, saham-saham bank besar seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI menjadi ikon stabilitas di pasar modal Indonesia.

Investor berpengalaman selalu menempatkan mereka sebagai “saham wajib koleksi” berkat fundamental yang kokoh, pendapatan konsisten, serta perannya sebagai pilar ekonomi nasional.

Namun, sejak akhir 2024 lalu, grafik pergerakan saham big bank mulai berbeda. Harga yang dulu konsisten menanjak kini stagnan di kisaran sempit.

Bahkan, keempat saham ini berada di bawah moving average (MA) 400 hari, sebuah sinyal teknikal bahwa tren jangka panjang mulai melemah.

Pertanyaannya: apakah masa kejayaan big bank sudah mencapai puncaknya, atau justru ini peluang tersembunyi bagi investor?

Mengapa Saham Big Bank Mulai Lesu?


Ada beberapa faktor yang menjelaskan mengapa pamor big bank tidak secerah dulu:

Valuasi yang Sudah Premium
Price to Book Value (PBV) BBCA, misalnya, kini berada di level 4,5x. Bagi sebagian analis, angka ini sudah masuk kategori “mahal”.

Dalam bahasa sederhana, harga big bank saat ini sudah mencerminkan ekspektasi pertumbuhan laba 2–3 tahun ke depan. Sehingga, ruang untuk kenaikan lebih lanjut menjadi terbatas, kecuali ada katalis besar seperti reformasi regulasi atau pertumbuhan kredit di atas ekspektasi.

Minimnya Sentimen Baru
Tidak ada lagi kejutan besar dalam laporan keuangan bank besar. Pertumbuhan laba tetap positif, tapi relatif moderat.

Pasar seakan menunggu “cerita baru” yang bisa menggerakkan harga, namun hingga kini belum muncul.


Munculnya Pemain Baru: Saham Konglomerasi


Di saat big bank “beristirahat”, pasar justru heboh dengan kemunculan saham-saham konglomerasi milik Prajogo Pangestu. 

Nama-nama seperti BREN (Barito Renewables), PTRO (Petrosea), CUAN (Petrindo), hingga BRPT (Barito Pacific) mendadak jadi primadona baru.

Katalis Utama: rumor masuk ke indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI), yang membuat harga saham melonjak tajam hanya dalam hitungan pekan.

Sektor Masa Depan: konglomerasi Prajogo bergerak di bidang energi hijau, petrokimia, dan infrastruktur — sektor yang saat ini menjadi sorotan global.

Valuasi Awal Rendah: berbeda dengan big bank, harga saham konglomerasi ini masih punya ruang pertumbuhan lebih luas.
Seorang analis pasar modal,

Rivan Kurniawan, menyebut fenomena ini sebagai rotasi sektor. “Pasar modal selalu mencari cerita baru. Big bank tetap solid, tapi saat investor melihat peluang pertumbuhan yang lebih segar di sektor energi atau infrastruktur, dana akan bergeser ke sana,” ujarnya (Kontan, Agustus 2025).


Apa Artinya bagi Investor?


Bagi investor ritel maupun institusi, kondisi ini sebenarnya memberi dua pelajaran penting:
Big Bank Tetap Fondasi
Meski stagnan, big bank tetap menjadi penyokong ekonomi Indonesia. Dividend yield stabil, fundamental kuat, dan risiko relatif lebih rendah.

Cocok bagi investor jangka panjang yang mengutamakan keamanan dan kestabilan portofolio.

Rotasi Sektor Adalah Keniscayaan


Setiap sektor punya “masa keemasan”. Ketika big bank melambat, sektor lain bisa bersinar. 

Saham konglomerasi menawarkan potensi pertumbuhan tinggi, tapi risikonya juga besar. Fluktuasi harga bisa ekstrem, ibarat mobil balap dengan gas penuh tapi rem yang sensitif.


Tips Praktis untuk Investor
Diversifikasi Portofolio


Jangan hanya bertumpu pada satu sektor. Kombinasikan big bank untuk stabilitas dan saham konglomerasi untuk pertumbuhan.

Cek Valuasi, Jangan Hanya Ikut Tren

Jika PBV saham sudah terlalu tinggi, waspadai risiko overvaluasi. Sebaliknya, saham dengan valuasi rendah dan prospek cerah bisa jadi peluang emas.

Ikuti Katalis Makro dan Indeks
Rumor masuknya saham ke indeks MSCI atau FTSE sering jadi penggerak harga signifikan. Investor bisa memanfaatkan momentum ini, tapi tetap dengan manajemen risiko yang disiplin.

Fenomena stagnasi big bank dan kebangkitan saham konglomerasi bukanlah akhir dari cerita, melainkan pergantian panggung di bursa. 

Pasar modal selalu bergerak dinamis, dan investor yang bijak adalah mereka yang bisa membaca rotasi sektor dengan jeli.

Jangan lupa, setiap saham ada masanya, setiap masa ada sahamnya.

Jika Anda baru mulai berinvestasi, pelajari dasar-dasar analisis fundamental dan teknikal. Jangan hanya ikut arus. Dan yang terpenting, terus tingkatkan literasi finansial Anda.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update