Pasbana - Jakarta dihebohkan oleh lonjakan harga komoditas pangan yang tak terduga: jengkol.
Makanan kampung yang identik dengan cita rasa khas Nusantara ini kini meroket hingga Rp120.000 per kilogram di berbagai pasar tradisional Ibu Kota, menjadikannya sejajar, bahkan melampaui, harga daging sapi.
Fenomena ini bukan sekadar fluktuasi harga biasa, melainkan cerminan dari kelangkaan pasokan yang kian terasa.
Pantauan di beberapa pasar, seperti Pasar Klender di Jakarta Timur, menunjukkan betapa minimnya ketersediaan jengkol.
Para pedagang mengeluhkan sulitnya mendapatkan pasokan, yang berdampak langsung pada harga jual.
"Stok jengkol saat ini langka, sehingga harganya mencapai Rp120 ribu per kilogram," ungkap seorang pedagang, sembari menjelaskan bahwa kondisi ini telah berlangsung dalam beberapa waktu terakhir.
Kenaikan harga ini bahkan disebut melonjak dua kali lipat dalam sebulan terakhir.
Kelangkaan ini bukan hanya terjadi di Jakarta, melainkan juga merambah ke beberapa daerah lain seperti Bekasi dan Lampung, bahkan menyentuh angka Rp150.000 per kilogram di Sleman, Yogyakarta.
Penyebab utama di balik kelangkaan ini adalah masa tanam jengkol yang belum memasuki panen raya, serta gangguan distribusi dari daerah sentra produksi seperti Lampung atau Bengkulu. Cuaca ekstrem juga disebut-sebut turut memperparah kondisi pasokan.
Dampak dari melonjaknya harga ini terasa hingga ke meja makan. Banyak rumah makan, terutama warteg dan rumah makan Padang, terpaksa menghapus menu olahan jengkol dari daftar sajian mereka karena sudah tidak ekonomis.
Konsumen pun kini berpikir dua kali untuk membeli jengkol dalam jumlah besar, memilih untuk membeli secara eceran per biji, yang harganya berkisar Rp2.000 per buah.
Ironisnya, meskipun harga melambung tinggi, permintaan terhadap jengkol tetap stabil, mencerminkan kuatnya daya tarik "emas hijau" ini di lidah masyarakat.
Meskipun jengkol bukan termasuk komoditas pangan utama yang signifikan memengaruhi inflasi nasional, lonjakan harganya tetap memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, Hasudungan Sidabalok, turut menyoroti fenomena ini.
Situasi ini menjadi pengingat bagi semua pihak akan pentingnya menjaga stabilitas pasokan pangan lokal. Diharapkan pemerintah dan petani dapat bersinergi untuk mempercepat masa panen dan memastikan kelancaran distribusi, agar jengkol, dan komoditas lokal lainnya, dapat kembali dinikmati masyarakat dengan harga yang wajar dan terjangkau. (*)