Padang, pasbana — Festival seni Pekan Nan Tumpah 2025 resmi berakhir pada Sabtu, 30 Agustus 2025 di Fabriek Padang.
Tidak seperti kebanyakan festival yang ditutup dengan pesta perayaan, edisi Ketujuh Pekan Nan Tumpah memilih mengakhirinya dengan sebuah pidato reflektif dari Direktur Festival.
Pidato ini menjadi ajakan perenungan atas kondisi bangsa yang “tidak baik-baik saja”, sebagaimana marak tersiar di berbagai platform media sosial.
Sejarah festival ini dimulai dari penyelenggaraan pertamanya pada tahun 2011, saat KSNT masih berfokus pada upaya membangun organisasi dan produksi pementasan seni pertunjukan secara sederhana.
Dengan melibatkan beberapa kelompok seni, festival tersebut menarik perhatian publik penonton baru dan komunitas seni lainnya yang merasa penting akan sebuah keberadaan festival seni yang dikelola secara mandiri.
Sejak saat itu, tata kelola penyelenggaraan Pekan Nan Tumpah terus diupayakan berkembang, baik dari segi skala penyelenggaraan maupun keragaman karya seni yang ditampilkan.
Pada penyelenggaraan-penyelenggaraan berikutnya, festival ini mulai melibatkan seniman dari berbagai disiplin seperti seni rupa, seni pertunjukan, musik, dan film.
Selain itu, kehadiran seniman dari berbagai daerah di Indonesia semakin memperkaya karakter festival ini sebagai ruang yang inklusif dan terbuka terhadap keberagaman ekspresi seni, isu dan perspektif yang ditawarkan festival ini.
Seiring perkembangannya, karakter interaktif festival, di mana masyarakat lokal juga dilibatkan dalam proses kreatif dan pementasan, menciptakan keterhubungan antara seniman dan penonton yang lebih dekat.
Tahun ini, Pekan Nan Tumpah mengusung tema “Seni Murni Seni Terapan Seni Terserah: Jika Kamu Paham Semua Ini, Mungkin Kamu Salah Paham”.
Festival melibatkan 38 (tiga puluh delapan) pameris individu maupun kelompok, 15 (lima belas) pelaku seni pertunjukan, 7 (tujuh) sekolah, 8 (delapan) sanggar seni tradisi, 7 (tujuh) mitra, serta 13 (tiga belas) narasumber. Selama sepekan penyelenggaraan, 24–30 Agustus 2025, tercatat sekitar 20.000 (dua puluh ribu) pengunjung, angka tertinggi sepanjang sejarah festival sejak 2011.
Selain program utama, Pekan Nan Tumpah 2025 juga diperkaya dengan rangkaian pra-festival seperti Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) sebanyak 7 (tujuh) seri yang dimulai dari rentang Maret–Juni 2025, Nan Tumpah Masuk Sekolah (NTMS) dengan kunjungan ke 15 (lima belas) sekolah di 8 (delapan) kabupaten/kota, serta Ke Rumah Nan Tumpah (KRNT) sebagai bentuk kurasi partisipatif Pekan Nan Tumpah 2025 bersama sanggar-sanggar seni tradisi.
Srikandi Putri, Sekretaris pelaksana Pekan Nan Tumpah 2025, menegaskan bahwa edisi kali ini bukan hanya yang paling padat secara agenda, tetapi juga paling ramai secara jumlah pengunjung.
“Gelaran tahun ini tidak kami tutup dengan kemeriahan sebagaimana biasanya. Kami memilih menutupnya dengan refleksi, mengingat situasi negara yang sedang tidak baik-baik saja. Atas nama Komunitas Seni Nan Tumpah, saya menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat, panitia, seniman, media partner, serta ribuan pengunjung yang hadir selama festival,” ujarnya. []