Notification

×

Iklan

Iklan

Hati Bersih, Hidup Tenang: Menyelami Pesan Spiritual bagi Setiap Insan

01 September 2025 | 06:52 WIB Last Updated 2025-09-01T03:25:19Z


Pasbana - Dalam kehidupan yang serba cepat hari ini, kita sering sibuk mengejar berbagai hal—pekerjaan, target, bahkan pencapaian materi. Namun ada satu hal yang sering terlewat: kondisi hati kita. 

Padahal, menurut ajaran Islam, kebersihan hati (salamatush shadr) adalah bekal paling berharga menuju ketenangan hidup, bahkan kunci menuju surga.

Al-Qur’an memberikan gambaran yang indah tentang hal ini. Dalam Surat Al-Hijr ayat 47, Allah berfirman:
"Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka; mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan."

Ayat tersebut menggambarkan penghuni surga yang hidup dalam suasana penuh persaudaraan, tanpa sedikit pun rasa dengki atau kebencian. 

Para mufasir menyebut istilah gill sebagai segala penyakit hati: iri, dendam, hasad, kebencian, dan kesombongan. Semua itu akan dibersihkan sebelum seseorang memasuki surga.

Hati Bersih dalam Perspektif Psikologi Modern


Menariknya, pesan ini tidak hanya relevan secara spiritual, tetapi juga didukung oleh riset modern. 

Sebuah studi dari Journal of Behavioral Medicine (2019) menunjukkan bahwa orang yang mampu memaafkan dan tidak menyimpan dendam cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik serta risiko stres yang lebih rendah. 

Sementara itu, penelitian Harvard Medical School menegaskan bahwa kebencian kronis dapat meningkatkan tekanan darah dan memperburuk kesehatan jantung.

Artinya, membersihkan hati dari iri, dengki, dan dendam bukan hanya ibadah, tapi juga investasi kesehatan.

Teladan dari Rasulullah dan Para Sahabat


Rasulullah SAW menggambarkan kondisi penghuni surga sebagai orang-orang yang berhati jernih, “tidak ada perbedaan di antara mereka dan tidak ada saling dengki” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam sejarah Islam, banyak kisah sahabat Nabi yang mencontohkan hal ini. Abu Bakar Ash-Shiddiq, misalnya, tetap memaafkan kerabatnya yang pernah menuduh putrinya, Aisyah radhiyallahu ‘anha, dalam kasus Haditsul Ifk

Sikap pemaaf Abu Bakar bahkan diabadikan dalam Al-Qur’an (QS. An-Nur: 22).

Ini menunjukkan bahwa kebersihan hati bukan sekadar teori, tapi praktik nyata yang diwariskan sejak generasi awal Islam.

Tantangan di Era Kini


Namun, menjaga hati tetap bersih di era media sosial tentu bukan perkara mudah. Arus komentar negatif, ujaran kebencian, hingga budaya saling menjatuhkan sering kali membuat hati cepat terkontaminasi.

Psikolog sosial, Jonathan Haidt, menyebut fenomena ini sebagai “toxic polarization,” yaitu kondisi masyarakat yang semakin terbelah akibat narasi kebencian yang terus-menerus berulang.

Jika tidak diantisipasi, kebencian bisa diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya—seperti lingkaran dendam yang tidak pernah selesai.

Islam justru mengajarkan sebaliknya: doa agar hati kita terbebas dari kedengkian terhadap sesama mukmin, sebagaimana dalam QS. Al-Hasyr ayat 10:
"Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman."

Saatnya Mengganti Racun dengan Cinta


Kita mungkin tidak bisa mengontrol semua hal yang terjadi di luar diri, tetapi kita bisa memilih bagaimana hati merespons. Membalas kebencian dengan doa, mengganti dendam dengan pemaafan, serta menumbuhkan rasa syukur atas kebaikan orang lain adalah cara sederhana namun berdampak besar.

Seperti kata seorang ulama besar, Ibnu Qayyim al-Jauziyah: “Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati selain membersihkannya dari penyakit hasad, dengki, dan dendam.”

Hidup dengan hati bersih adalah anugerah. Ia menjauhkan kita dari stres, memperbaiki hubungan sosial, dan tentu saja, mendekatkan kita pada ridha Allah.

Di tengah hiruk-pikuk dunia yang penuh persaingan, mungkin inilah saatnya kita kembali kepada pesan yang sederhana tapi mendalam: jagalah hati. Karena dari hati yang bersih, lahir kehidupan yang tenang—dan jalan yang lapang menuju surga.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update