Notification

×

Iklan

Iklan

Tidur: Rahmat Ilahi yang Sering Kita Lupa Syukuri

13 Agustus 2025 | 06:36 WIB Last Updated 2025-08-12T23:52:36Z


Pasbana - Pernahkah kamu menahan kantuk demi menyelesaikan pekerjaan, menuntaskan bacaan, atau rapat organisasi hingga larut malam? 

Lalu, esok paginya, mata terasa berat, kepala pening, dan emosi mudah tersulut? 

Mungkin kita sering menganggap kantuk sebagai musuh produktivitas. 

Padahal, menurut ajaran Rasulullah ﷺ, kantuk justru bisa menjadi tanda kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Al-Bukhari, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Jika salah seorang di antara kalian mengantuk saat shalat, hendaklah ia tidur hingga kantuknya hilang. Sebab, bila ia shalat dalam keadaan mengantuk, ia tak sadar bisa jadi ia bermaksud istighfar tapi malah mencela diri sendiri."

Artinya, bahkan dalam ibadah sekalipun, Islam mengajarkan keseimbangan. Tubuh yang lelah butuh istirahat agar ibadah dilakukan dengan penuh kesadaran dan kekhusyukan.

Kisah-kisah sahabat Nabi pun menunjukkan betapa tidur adalah anugerah, bukan kelemahan. 

Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallaahu ‘anhu pernah tertidur dari tahajjud, lalu merasa bersalah. Namun Rasulullah ﷺ menenangkannya: "Allah menuliskan pahala tahajjud untukmu, dan tidurmu itu sedekah-Nya untuk jiwamu."

Begitu pula Bilal bin Rabah radhiyallaahu ‘anhu, sang muadzin yang ketiduran setelah azan Subuh. Nabi tidak memarahinya, malah memuji lelahnya demi ibadah malam.

Tidur Menurut Sains Modern


Penjelasan para ulama klasik seperti Imam Ibnul Qayyim ternyata sejalan dengan penelitian medis modern. Dalam kitab At-Thibbun Nabawi, beliau menyebut tidur sebagai “perjalanan tubuh menuju sumber kesegarannya.” 

Ilmu kedokteran membuktikan, tidur cukup dapat:

Memperbaiki daya ingat dan konsentrasi – studi dari Harvard Medical School menunjukkan tidur berperan penting dalam konsolidasi memori.

Menjaga kesehatan jantung dan metabolisme – riset American Heart Association menyebut tidur kurang dari 6 jam per malam meningkatkan risiko penyakit jantung.

Menstabilkan emosi – penelitian di University of California menemukan kurang tidur meningkatkan respons emosional negatif.

Tak heran, kantuk yang kita lawan dengan kopi atau begadang justru bisa merugikan tubuh. Nabi ﷺ bahkan mengingatkan: "Jasadmu punya hak atasmu." Mengabaikan hak itu berarti menyalahi sunnatullah.

Tidur Sebagai Bagian dari Ibadah


Dalam Islam, tidur bukan sekadar istirahat fisik, tapi juga bagian dari ibadah bila diniatkan dengan benar. 

Ada doa sebelum tidur yang diajarkan Nabi ﷺ:
"Bismika Allahumma amuutu wa ahyaa" – "Dengan nama-Mu ya Allah, aku mati (tidur) dan aku hidup (bangun)." (HR. Al-Bukhari)

Bahkan, Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidurnya orang berpuasa adalah ibadah, dan diamnya adalah tasbih." (HR. Al-Baihaqi). 

Ini menunjukkan bahwa tidur pun bisa bernilai pahala bila diiringi niat yang baik.

Refleksi untuk Kita


Di zaman sekarang, begadang sering dianggap simbol kesuksesan atau dedikasi. Namun, Islam dan sains sepakat: tidur yang cukup adalah kunci kesehatan fisik, mental, dan spiritual. 

Kantuk bukanlah penghalang produktivitas, tapi alarm alami dari Allah agar kita berhenti sejenak dan memulihkan energi.

Jadi, lain kali saat kelopak mata terasa berat, jangan buru-buru memaksa diri. Mungkin itu adalah rahmat yang dikirimkan Allah, agar kita kembali segar untuk beribadah, bekerja, dan menjalani hidup dengan lebih baik.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update