Padang Panjang, pasbana – Komunitas Seni Kuflet kembali menggelar diskusi rutin dengan topik “Proses Awal Kerja Sutradara” pada Rabu (6/8/2025) di sekretariat komunitas.
Kegiatan ini menghadirkan akademisi sekaligus sastrawan teater, Dr. Sulaiman Juned, S.Sn., M.Sn., sebagai narasumber utama.
Diskusi dipandu oleh Rafi dan dibuka oleh Ketua Harian Kuflet, Nofal Dwi Saputra.
Dalam paparannya, Sulaiman Juned menekankan bahwa seorang sutradara tidak hanya bertugas mengarahkan aktor di panggung, melainkan juga harus memiliki visi menyeluruh terhadap naskah.
“Kerja awal sutradara adalah menghadapi naskah, menganalisis beat demi beat untuk memahami apa yang diinginkan penulis. Mulai dari alur cerita, karakter, tata musik, tata lampu, rias, hingga aspek artistik—semuanya harus dirancang sebelum pertunjukan berlangsung,” jelas pendiri Komunitas Seni Kuflet itu.
Menurutnya, seorang kreator juga dituntut aktif, kreatif, dan mampu melihat dari berbagai perspektif.
“Sutradara harus menemukan garis laku yang menjadi tulang punggung cerita. Garis laku inilah yang memudahkan sutradara dalam memberi arahan, baik kepada aktor maupun tim artistik,” ungkap Sulaiman.
Diskusi yang berlangsung interaktif itu juga diwarnai dengan berbagai pertanyaan peserta. Fajri, salah seorang peserta, menanyakan bagaimana sutradara memahami sudut pandang aktor dalam memainkan peran.
Menjawab hal tersebut, Sulaiman menegaskan pentingnya membaca emosi dalam naskah.
“Dari naskah kita bisa melihat apakah ada marah, sakit hati, benci, atau rindu. Sutradara harus memahami emosi sesuai konteks, bukan sekadar menirukan secara fisik,” ujarnya.
Pertanyaan lain datang dari Teuku Avaruk, yang menyinggung siapa pihak pertama yang diajak bicara sutradara sebelum proses latihan. Sulaiman menuturkan bahwa sutradara harus lebih dulu melakukan riset dan menyusun konsep.
“Setelah itu, barulah berkomunikasi dengan tim artistik, aktor, penata tari, musik, rias, kostum, hingga setting. Sutradara mungkin tidak bisa menari atau merias, tetapi harus memahami semua unsur tersebut,” jelasnya.
Sementara itu, Ralles mempertanyakan apakah sutradara wajib menguasai semua genre atau cukup fokus pada satu.
Menjawab hal itu, Sulaiman menegaskan, “Sebaiknya pelajari semua genre terlebih dahulu. Setelah itu, baru temukan genre sendiri. Tapi jangan hanya meniru gaya orang lain.”
Diskusi yang berlangsung lebih dari dua jam ini mendapat respons positif dari para peserta. Mereka aktif bertanya, berbagi pandangan, serta menunjukkan antusiasme terhadap materi yang disampaikan.
Ketua Harian Kuflet, Nofal Dwi Saputra, menyebut kegiatan ini sebagai bagian dari komitmen komunitas dalam memperkuat ekosistem seni pertunjukan di Padang Panjang.
“Diskusi semacam ini penting agar para pegiat seni, khususnya generasi muda, memahami bahwa kerja sutradara tidak hanya teknis di panggung, tetapi juga soal konsep, visi, dan dialog,” ujar Nofal.(*/farhan)