Padang, pasbana - Angin berhembus lembut di Lapangan Imam Bonjol, Padang. Pagi itu, 26 Oktober 2025, aroma rumput basah bercampur dengan semangat ratusan anak-anak berseragam bola warna-warni.
Mereka datang bukan hanya untuk bertanding, tapi membawa mimpi.
Sebanyak 120 tim dari 50 Sekolah Sepak Bola (SSB) se-Kota Padang berkumpul.
Sebanyak 120 tim dari 50 Sekolah Sepak Bola (SSB) se-Kota Padang berkumpul.
Wajah-wajah mungil itu tampak tegang sekaligus berbinar. Inilah Festival Sepak Bola Piala Wali Kota Padang, kelompok umur 10 dan 12 tahun — ajang yang lebih dari sekadar perebutan piala.
Sorak penonton mengiringi tendangan pertama Wali Kota Padang, Fadly Amran. Sepakannya menandai dimulainya festival yang akan berlangsung hingga 2 November 2025. Dentuman bola itu seperti memberi isyarat: masa depan sepak bola Padang dimulai dari sini.
“Kami ingin anak-anak ini punya panggung untuk bermimpi,” ujar Mastilizal Aye, Ketua Askot PSSI Kota Padang, yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Padang.
Suara beliau tenggelam sesaat di antara riuh anak-anak yang sedang pemanasan.
“Antusiasnya luar biasa. Banyak SSB kirim lebih dari satu tim,” tambahnya.
Bagi Mastilizal, festival ini bukan sekadar kompetisi. Ia adalah bentuk cinta — cinta pada sepak bola, dan pada masa depan anak-anak Padang. Karena di tengah hiruk pikuk kota, sepak bola selalu punya cara menyatukan hati.
Ia pun menyelipkan harapan, “Semoga Pemko Padang semakin memberi ruang bagi sepak bola usia dini. Agar masyarakat makin mencintai olahraga ini, dari lapangan kecil hingga stadion besar.”
Fadly Amran, sang wali kota muda, berdiri di tepi lapangan. Matanya mengikuti arah bola yang berputar. “Festival ini bukan hanya soal juara,” katanya.
“Tapi soal pendidikan. Tentang bagaimana anak-anak belajar disiplin, kerja sama, dan sportivitas.”
Menurut Fadly, olahraga adalah sekolah kehidupan. Ia mengutip nilai-nilai tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat, salah satunya diwujudkan lewat olahraga.
“Anak-anak yang terbiasa berolahraga sejak dini,” ujarnya pelan, “tidak akan mudah terjerumus pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Olahraga membentuk karakter, bukan hanya otot.”
Dan memang, di setiap langkah kaki kecil yang berlari mengejar bola, terselip mimpi besar.
Mungkin di antara mereka ada calon bintang yang kelak membela PSP Padang, atau bahkan timnas Indonesia. Tapi untuk hari ini, mereka hanya ingin bermain. Menikmati setiap detik di bawah langit Padang yang cerah.
Sorak penonton terus menggema. Ada yang menang, ada yang kalah, tapi semuanya pulang dengan senyum.
Karena di lapangan Imam Bonjol, setiap anak adalah pemenang.
Festival ini mungkin akan berakhir seminggu lagi. Namun semangatnya — semangat untuk terus menendang, berlari, dan bermimpi — akan terus hidup di dada anak-anak Padang.
(*)




