Notification

×

Iklan

Iklan

Aeratie Gebouw: Jejak Air Bersih dari Paninjauan yang Hampir Terlupakan

04 Oktober 2025 | 21:19 WIB Last Updated 2025-10-04T14:45:21Z


Pasbana- Bayangkan, lebih dari seabad lalu, orang-orang Belanda sudah berpikir bagaimana caranya air pegunungan bisa mengalir jernih hingga ke rumah-rumah di Padang Panjang. 

Di tengah hutan tropis dan kaki Gunung Marapi yang sejuk, mereka membangun fasilitas air bersih yang canggih pada masanya. 

Salah satunya adalah Aeratie Gebouw, sebuah bangunan kolonial yang berdiri megah di Nagari Paninjauan, Kecamatan X Koto.

Kini, bangunan berarsitektur khas Eropa itu masih tegak berdiri, tetapi tak lagi berfungsi. 

Cat yang mengelupas, dinding kusam, dan pintu kayu yang lapuk menjadi saksi bisu betapa perannya dulu begitu penting bagi masyarakat.

Tiga Bangunan Air Bersih dari Era Kolonial


Aeratie Gebouw bukan satu-satunya warisan Belanda di bidang air bersih. 

Pada tahun 1913, pemerintah kolonial mendirikan tiga fasilitas air bersih untuk Kota Padang Panjang yang dikelola oleh Gemenstaat Waterleidingen—semacam PDAM versi zaman Belanda.

Rumah Air Kandang Ditabek
Terletak di kaki Gunung Marapi pada ketinggian sekitar 960 mdpl, tempat ini menjadi sumber utama mata air. 

Hingga hari ini, alirannya masih setia menyuplai kebutuhan air bersih masyarakat Padang Panjang. Saat ini dikelola oleh PT Tirta Serambi, perusahaan air minum daerah.

Bak Air Busur
Berlokasi dekat Simpang Lapan, Padang Panjang. Dahulu simpang ini lebih dikenal dengan sebutan “Simpang Bak Aia”. 

Fungsinya sebagai bak kontrol sekaligus distribusi. Bisa dibilang inilah titik transit air sebelum menyebar ke berbagai sudut kota.

Aeratie Gebouw
Nah, inilah bangunan yang difoto banyak orang karena keunikannya. Berfungsi sebagai tempat pengolahan air baku, terutama untuk mengendapkan unsur logam sebelum didistribusikan. 




Pada tahun 1937, bangunan ini bahkan sempat diperluas dengan tambahan lantai dua.

Dari Simbol Modernitas ke Bangunan Terlantar


Di awal abad ke-20, kehadiran sistem air bersih ini merupakan simbol modernitas. Padang Panjang saat itu menjadi salah satu kota kecil yang sudah merasakan “kemewahan” air ledeng. 

Sejarawan kolonial mencatat bahwa proyek seperti ini jarang ada di kota-kota kecil di Hindia Belanda (lihat: Boomgaard, Historical Water Management in Indonesia, KITLV Leiden, 1996).

Namun, seiring waktu, fungsi Aeratie Gebouw mulai ditinggalkan. Sistem pengolahan air beralih ke teknologi baru, sementara bangunan tua itu dibiarkan merana. 

Hingga kini, statusnya lebih banyak sebagai bangunan terlantar daripada situs sejarah yang dilestarikan.

Jejak Sejarah yang Layak Diselamatkan


Padahal, jika dilihat dari sisi sejarah dan arsitektur, Aeratie Gebouw punya nilai tinggi. Gaya bangunannya khas kolonial dengan bentuk simetris, jendela besar, dan dinding tebal. 

Ciri-ciri itu umum dijumpai pada bangunan utilitas Belanda di awal abad ke-20.

Menurut data Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB Sumatera Barat, 2022), bangunan peninggalan kolonial di wilayah Sumbar seringkali luput dari perhatian. 

Padahal, jika dirawat, bisa menjadi objek wisata sejarah sekaligus sarana edukasi tentang bagaimana orang Belanda mengelola sumber daya air di daerah tropis.

Masih Mengalir Hingga Kini


Meski Aeratie Gebouw kini hanya menjadi saksi bisu, mata air Kandang Ditabek tetap mengalir. Air jernih dari pegunungan itu masih menjadi andalan bagi warga Padang Panjang. 

Artinya, jejak modernisasi yang dimulai pada tahun 1913 itu, sebagian masih hidup sampai hari ini.

Harapan ke Depan


Bagi masyarakat sekitar, Aeratie Gebouw bukan sekadar bangunan tua. Ia adalah pengingat bahwa sejak lama air bersih menjadi urat nadi kehidupan kota. 

Kini, tinggal menunggu keseriusan pemerintah daerah dan komunitas pelestari sejarah untuk menghidupkan kembali fungsinya—setidaknya sebagai warisan sejarah yang bisa bercerita kepada generasi muda.

Seperti kata pepatah Minang, Air nan jernih indak akan tabuang, asal pandai manampuang.” Air yang bersih tak akan sia-sia, asal pandai kita mengelolanya. 

Begitu pula warisan sejarah—tak boleh dibiarkan kering dan terlupakan. Makin tahu Indonesia. (*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update