Notification

×

Iklan

Iklan

Bukan Soal Untung, Tapi Bertahan: Pelajaran dari Pasar Saham bagi Pemula

30 Oktober 2025 | 10:58 WIB Last Updated 2025-10-30T03:58:29Z


Pasbana - Setiap kali euforia pasar saham meningkat—baik karena IHSG naik, saham gorengan ramai, atau influencer investasi ramai bicara “cuan”—selalu muncul gelombang baru investor pemula yang ingin ikut serta. 

Tapi ada satu hal penting yang jarang dibahas di awal: tujuan pertama seorang pemula di pasar saham bukan mencari untung, melainkan belajar bertahan.

Kenapa? Karena data menunjukkan bahwa sebagian besar investor ritel justru rugi di tahun-tahun awal mereka berinvestasi.

Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal tumbuh signifikan hingga lebih dari 12 juta per 2025, namun laporan OJK mencatat bahwa sebagian besar akun ritel tidak aktif atau merugi dalam jangka menengah.

Mari kita bahas kenapa hal ini terjadi, dan bagaimana seharusnya seorang pemula menyikapinya. 

Kenapa Banyak yang Rugi di Saham?


Sebagian besar investor gagal bukan karena pasar “jahat”, melainkan karena kombinasi psikologi, ekspektasi, dan manajemen risiko yang lemah.

Beberapa penyebab klasiknya:

Emosi: Panik saat harga turun (fear), dan serakah saat harga naik (greed).

Tanpa rencana: Masuk tanpa entry plan, exit plan, atau stop loss.

Modal tidak proporsional: Terlalu besar untuk risiko yang tak dipahami.

Kurang edukasi: Ikut-ikutan sinyal tanpa paham alasan fundamental atau teknikal.

Horizon waktu kacau: Niat investasi, tapi gelisah tiap menit melihat harga turun.

Bias konfirmasi: Hanya cari berita yang mendukung posisi sendiri, menolak sinyal bahaya.

Seperti kata Warren Buffett, The stock market is a device for transferring money from the impatient to the patient.” — pasar saham memindahkan uang dari tangan orang yang tidak sabar ke mereka yang disiplin dan tenang.

Memahami “Sifat Alami” Pasar Modal


Pasar modal bukan mesin penghasil uang instan. Ia adalah mekanisme redistribusi modal dan risiko, tempat harga terbentuk dari tarik menarik antara jutaan opini dan kepentingan.

Hal penting yang perlu diingat:

Jika ada yang cuan, pasti ada yang boncos.

Harga = opini kolektif. Nilai saham mencerminkan konsensus sementara, bukan kebenaran mutlak.

Volatilitas itu normal. Naik-turun harga adalah bagian dari proses pencarian nilai wajar.

Tidak ada kepastian, hanya probabilitas. Semua keputusan adalah soal peluang, bukan kepastian.

Ada asimetri informasi. Pemain besar sering lebih dulu tahu arah pasar.

Pelajaran penting:
Pasar bukan tempat mencari kepastian, melainkan tempat mengelola probabilitas dan risiko. Harga “murah” belum tentu value, harga “mahal” belum tentu bubble—semuanya tergantung konteks dan waktu.

“Greater Fool Theory”: Saat Logika Tertinggal oleh Euforia


Istilah ini populer di dunia investasi: orang membeli aset bukan karena nilainya, tapi karena yakin akan menemukan pembeli lain (the “greater fool”) yang mau membeli lebih mahal.

Selama masih ada pembeli yang “lebih bodoh”, harga terus naik. Sampai suatu saat... tak ada lagi yang mau membeli.

Contoh paling nyata? Saham gorengan dan hype crypto tahun 2021. Banyak yang merasa jenius karena berhasil cuan cepat, tapi ketika euforia berhenti, harga runtuh lebih cepat dari ekspektasi.

Tanyakan pada diri sendiri:
Apakah saya membeli karena value, atau karena berharap ada pembeli yang lebih “bodoh”?

Kalau jawabannya yang kedua, berhati-hatilah. Gunakan posisi kecil, disiplin dengan exit plan, dan jangan biarkan ego mengambil alih logika.

Sebelum Masuk ke Pasar Saham: Lakukan “Cek Kesehatan Finansial”


Sebelum Anda membeli saham pertama, pastikan Anda siap—bukan hanya dari sisi modal, tapi juga dari sisi mental dan finansial.

Checklist wajib sebelum mulai investasi/trading:

• Tentukan tujuan dan horizon: spekulasi jangka pendek atau investasi jangka panjang?

• Siapkan dana darurat minimal 6× pengeluaran bulanan.

• Hitung toleransi risiko: berapa persen kerugian yang sanggup Anda tanggung tanpa stres?

• Pahami instrumen: saham, margin, derivatif—semuanya punya risiko berbeda.

• Gunakan manajemen risiko: selalu pasang stop loss dan atur ukuran posisi.

• Jangan pakai utang konsumtif atau dana kebutuhan harian untuk trading.

• Jangan ikut sinyal buta: pahami dulu alasannya, likuiditasnya, dan momentum pergerakannya.

• Jaga kesehatan mental: jika mulai stres, kehilangan tidur, atau panik berlebihan—istirahatlah.

Pasar tidak ke mana-mana. Uang Anda lebih baik aman daripada terbakar karena emosi sesaat.

Pasar Adalah Guru yang Kejam Tapi Jujur


Pasar saham tidak pernah membohongi siapa pun—ia hanya menguji siapa yang datang dengan disiplin, pengetahuan, dan ketenangan.

Banyak yang terluka karena datang dengan niat “cepat kaya”, bukan “bertumbuh pelan-pelan”. Padahal seperti kata Jim Rohn,
“Discipline is the bridge between goals and accomplishment.”

Jika Anda bisa menjaga disiplin, belajar dari setiap kesalahan, dan membangun sistem trading atau investasi yang terukur, maka pasar akan menjadi guru terbaik, bukan musuh yang menakutkan.
(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update