Limapuluh  Kota, pasbana - Hari itu, udara di Nagari Maek, Kabupaten Lima Puluh Kota, masih segar. Embun belum sepenuhnya hilang ketika rombongan dari PLN UP3 Payakumbuh dan Ombudsman Sumatera Barat tiba di lapangan nagari. 
Warga sudah ramai. Beberapa ibu membawa berkas tagihan, bapak-bapak bertanya soal tambah daya, anak-anak menatap penasaran ke arah tenda putih bertuliskan “Ombudsman On The Spot.”
Hari itu, bukan sekadar tenda pelayanan yang berdiri. Ada semangat baru yang menyala—tentang pelayanan publik yang lebih dekat, lebih manusiawi.
Di bawah terik matahari yang mulai meninggi, petugas PLN membuka gerai layanan. Di meja panjang, brosur tentang PLN Mobile tersusun rapi. “Kalau mau pasang baru, sekarang bisa lewat aplikasi, Bu,” ujar seorang petugas dengan senyum ramah.
Tak lama, antrean kecil terbentuk. Ada yang menanyakan tagihan, ada pula yang sekadar ingin tahu cara memanfaatkan listrik dengan aman. Satu per satu, warga dilayani. Cepat. Sabar. Tanpa sekat.
Di sudut lain, tim dari Dinas Sosial, BPJS, dan Dinas Pemadam Kebakaran juga sibuk. Masing-masing hadir, menunjukkan wajah pemerintah yang benar-benar turun ke lapangan.
Kegiatan Ombudsman On The Spot ini bukan yang pertama. Tapi kali ini terasa berbeda. Ada kolaborasi yang hidup. Ada percakapan yang tidak sekadar seremonial.
General Manager PLN UID Sumatera Barat, Ajrun Karim, berbicara dengan nada tenang namun tegas.
“Kami tidak ingin hanya menyalakan lampu. Kami ingin menyalakan semangat masyarakat untuk terus maju,” ujarnya.
Baginya, listrik bukan sekadar arus yang menghidupkan bola lampu. Tapi cahaya yang menggerakkan ekonomi, yang memberi ruang bagi anak-anak belajar, yang membuat hidup jadi lebih mudah.
Di sela kegiatan, Ajrun menatap ke arah tenda layanan PLN yang ramai. “Ini bukti bahwa masyarakat butuh kita hadir, bukan hanya lewat kabel dan tiang, tapi lewat dialog dan empati,” katanya.
Ia menambahkan, langkah seperti ini adalah bagian dari transformasi besar PLN—dari perusahaan yang dulu identik dengan urusan teknis, kini menjadi lembaga layanan publik yang responsif dan dekat dengan pelanggan.
Sore mulai turun, tapi suasana di Nagari Maek masih hangat. Warga pulang dengan wajah lega, membawa lebih dari sekadar formulir atau informasi baru. Mereka pulang dengan rasa percaya. 
Bahwa pelayanan publik bisa hadir tanpa jarak.
Bagi PLN UP3 Payakumbuh, kolaborasi dengan Ombudsman ini adalah bukti komitmen untuk terus hadir hingga ke pelosok nagari. Menyalakan terang di tempat yang mungkin selama ini terasa jauh dari pusat pelayanan.
Karena di balik setiap cahaya yang menyala, selalu ada niat baik untuk mendengarkan, melayani, dan tumbuh bersama masyarakat.
Di Nagari Maek, terang tidak hanya datang dari listrik. Ia datang dari kolaborasi.
Dari tangan-tangan yang bekerja bersama. Dari senyum warga yang merasa didengar.
Dan di sanalah, PLN menunjukkan arti sebenarnya dari kata “menyalakan kehidupan.”
(*)
Dan di sanalah, PLN menunjukkan arti sebenarnya dari kata “menyalakan kehidupan.”
(*)





 
 
 
