Notification

×

Iklan

Iklan

Dubalang Kota: Penjaga Malam dari Ranah Minang

30 Oktober 2025 | 19:44 WIB Last Updated 2025-10-30T12:44:19Z


Padang, pasbana - Di bawah langit Padang yang mulai gelap, deru motor beriringan pelan di jalan-jalan sempit kampung. Lampu sorotnya menembus kabut tipis. 

Mereka bukan polisi. Bukan pula satpam.
Mereka adalah Dubalang Kota — penjaga baru yang lahir dari rahim adat Minangkabau.

Kamis (30/10) itu, di Gedung Youth Center Padang, suasananya meriah tapi khidmat. Seragam hitam dengan lambang adat di dada, 208 Dubalang berdiri tegak. Wajah mereka tegas, sebagian beruban, sebagian muda penuh semangat.

Di hadapan mereka, Wali Kota Padang, Fadly Amran, berbicara lantang.
“Ini langkah konkret kita menegakkan nilai adat dan budaya Minangkabau di tengah masyarakat,” ujarnya.

Bersama pengukuhan itu, kunci 79 unit sepeda motor diserahkan. Simbol kepercayaan. Simbol tanggung jawab.

Tugas Dubalang tidak ringan. Mereka adalah “parik paga nagari” — pagar hidup bagi kampung dan kota. Mereka bertugas mulai pukul sembilan malam hingga fajar menyingsing.

Jam-jam rawan, ketika sebagian kota terlelap, dan sebagian lainnya baru mulai gelisah.

Namun tugas mereka bukan sekadar berpatroli. Dubalang juga diminta untuk membangkitkan kembali semangat bernagari.

“Di belakang Dubalang harus ada Niniak Mamak,” kata Fadly. “Supaya Dubalang melapor ke Niniak Mamak.”

Sebuah sistem sosial lama dihidupkan kembali. Di mana adat, masyarakat, dan pemerintah berjalan seiring.

Usia Dubalang bervariasi. Ada yang masih muda belia, ada pula yang sudah melewati setengah abad. Tapi mereka punya satu kesamaan — dikenal di lingkungannya sebagai penjaga yang disegani.

“Karena mereka memang garda terdepan di daerahnya,” tutur seorang pejabat di lokasi pengukuhan.

Dan malam-malam mereka kini tak lagi sunyi. Dengan motor baru, mereka berkeliling dari kampung ke kampung. Menyapa warga, memastikan lingkungan aman, menegur yang melanggar, menenangkan yang gelisah.

Namun, keamanan hanyalah satu sisi dari tugas besar mereka.

Dubalang Kota juga punya peran baru: melatih kesiapsiagaan bencana.
“Berikan pemahaman kepada warga tentang drill gempa dan tsunami,” pesan Fadly Amran.

Latihan besar itu dijadwalkan 5 November mendatang, serentak di delapan kecamatan zona merah.

Sirene akan berbunyi pukul 10 pagi. Warga diimbau berlari menuju titik evakuasi terdekat.

Di tengah kepanikan yang mungkin terjadi, para Dubalanglah yang akan menenangkan. Menunjukkan arah. Menjadi suara yang dipercaya.

Di balik semua itu, ada peran penting Satpol PP Kota Padang.

Kasatpol PP Chandra Eka Putra menyebut, Dubalang akan bekerja di bawah koordinasi Kasi Trantib Kecamatan, bersinergi dengan Babinsa dan Babinkamtibmas.
Mereka dibekali kendaraan, seragam, dan uang transportasi.

Tapi lebih dari itu — mereka dibekali kepercayaan.

“Dubalang adalah perpanjangan tangan pemerintah,” jelas Chandra. “Menjaga keamanan, ketertiban, dan kenyamanan lingkungan berbasis adat nagari, sesuai semangat Badagok, Badantang, dan Badunsanak.”

Kini, di malam-malam Padang yang lengang, suara motor Dubalang jadi tanda.
Bahwa kota ini tidak pernah benar-benar tidur.

Selalu ada yang berjaga — bukan karena diperintah, tapi karena merasa memiliki.

Dubalang Kota.
Bukan sekadar penjaga malam.
Mereka adalah wajah baru dari kearifan lama —
yang kembali berdiri gagah di tanah Minang.
(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update