Notification

×

Iklan

Iklan

Era Emas Baru: Mengapa Investor Indonesia Mulai Melirik Logam Mulia?

20 Oktober 2025 | 16:27 WIB Last Updated 2025-10-20T09:27:34Z


Emas, Bukan Lagi Sekadar “Safe Haven”


Pasbana - Harga emas dunia yang kini menembus US$4.200 per ons (setara sekitar Rp100 juta per troy ounce atau Rp3,2 juta per gram) menjadi sinyal bahwa tren global tengah berubah.

Bukan hanya investor ritel yang tertarik — tetapi para raksasa finansial dunia seperti Jamie Dimon (JPMorgan) dan Ray Dalio (Bridgewater Associates) kini menyebut emas sebagai aset inti baru di tengah ketidakpastian ekonomi.

“Ini salah satu masa langka dalam hidup saya di mana memiliki emas masuk akal secara rasional,” kata Dimon, yang bahkan memprediksi harga bisa menembus US$10.000 per ons.

Ray Dalio juga menegaskan bahwa 10–15% dari portofolio sebaiknya dialokasikan ke emas, bukan sekadar sebagai pelindung nilai, tapi sebagai penyeimbang terhadap risiko inflasi, utang, dan krisis geopolitik.

Mengapa Tren Ini Penting untuk Investor Indonesia?


Indonesia bukan pemain kecil dalam pasar emas.

Cadangan emas Bank Indonesia terus meningkat, menunjukkan langkah serupa dengan banyak bank sentral dunia yang menambah logam mulia di neraca mereka.

Permintaan emas ritel juga naik, terutama lewat produk seperti Antam LM, Pegadaian Tabungan Emas, hingga platform digital seperti Tokopedia Emas dan Pluang.

Nilai tukar rupiah yang fluktuatif terhadap dolar AS semakin memperkuat minat masyarakat terhadap aset yang dianggap “tahan nilai”.

Dengan inflasi global dan defisit fiskal Amerika Serikat yang membengkak, investor lokal mulai sadar bahwa emas bukan lagi sekadar penyelamat darurat, tetapi instrumen lindung nilai strategis untuk jangka menengah dan panjang.

Cara Cerdas Investor Indonesia Berinvestasi Emas


Berikut langkah praktis yang bisa Anda lakukan:

Tentukan porsi realistis — mulai dari 5% hingga 15% dari total aset investasi.

Pilih bentuk kepemilikan sesuai kebutuhan:

Fisik (Antam, UBS) → cocok untuk penyimpanan jangka panjang.

Digital (Pegadaian, Pluang, Tokopedia) → mudah diakses, cocok untuk investor muda.

Reksa Dana atau ETF Emas → alternatif bagi investor pasar modal.

Jangan spekulatif — harga emas bisa fluktuatif dalam jangka pendek, tetapi stabil dalam jangka panjang.

Gunakan emas sebagai lindung nilai terhadap pelemahan rupiah, bukan sebagai alat “trading cepat”.

Pantau kebijakan moneter global — ketika suku bunga riil menurun, emas cenderung menguat.

Analogi Sederhana


Anggap portofolio Anda seperti rumah.
Saham dan properti adalah ruang tamu dan dapur yang menghasilkan nilai.

Tapi emas adalah fondasi — tak terlihat setiap hari, tapi menjaga rumah tetap berdiri saat badai datang.

Kecenderungan global yang mengarah ke “The Gold Standard 2.0” bukan sekadar tren sementara.

Di tengah dunia yang semakin tidak pasti — dari geopolitik, inflasi, hingga krisis kepercayaan terhadap dolar — emas muncul sebagai simbol kepercayaan baru.

Bagi investor Indonesia, langkah paling bijak bukan bertanya “apakah saya perlu emas?”, tetapi “berapa porsi emas yang tepat dalam portofolio saya?”

Tips akhir:


Jika Anda sudah punya tabungan, reksa dana, atau saham — menambah sedikit alokasi emas bisa menjadi keputusan strategis untuk menjaga daya beli rupiah Anda dalam jangka panjang.(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update