Padang Panjang, pasbana — Pertunjukan musik berjudul “Rantau Maimbau Dagang Larek” hasil penelitian terapan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) ISI Padangpanjang akan tampil di ajang Festival Silek Padusi di Gelanggang Carocok, Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, pada Minggu, 2 November 2025.
Karya ini digagas oleh tim peneliti yang terdiri dari Yunaidi, S.Sn., M.Sn (Ketua dan Komposer), Dr. Asril, S.Skar., M.Hum, dan Yandra Yulisman. Menurut Yunaidi, komposisi musik ini terinspirasi dari filosofi “merantau” masyarakat Minangkabau—sebuah perjalanan mencari penghidupan dan pengalaman hidup di tanah orang.  
“Aktivitas merantau, khususnya di Pariaman dan Pesisir Selatan, dahulu dikenal dengan istilah larek. Para perantau yang berdagang keliling disebut anak dagang, yang menjadi simbol semangat dan kemandirian anak muda Minang,” jelas Yunaidi.
Anggota peneliti Dr. Asril menuturkan, karya ini juga dipengaruhi oleh seni pertunjukan tradisional Aceh, Mop-mop, yang mengangkat kisah kehidupan melalui musik biola.  
“Melodi biola Mop-mop kami padukan dengan karakter khas Rabab Pasisia dari Minangkabau. Kolaborasi ini menciptakan nuansa musik yang menggambarkan suka duka kehidupan perantau—riang, sedih, lucu, hingga penuh konflik,” ujar Asril. 
Pertunjukan ini menggunakan pendekatan kolaboratif dan akulturasi antara musik Aceh dan Minang, dengan menghadirkan berbagai instrumen tradisional untuk memperkuat warna lokal.  
“Karya ini merupakan hasil penelitian lapangan kami di Aceh Utara dan Nagari Duku, Pesisir Selatan. Kami berharap masyarakat dapat menikmati harmoni yang merefleksikan semangat rantau dalam budaya Nusantara,” tambah Yunaidi.
Dengan format aransemen populer, Rantau Maimbau Dagang Larek diharapkan menjadi salah satu suguhan menarik di Festival Silek Padusi 2025, memperlihatkan kekayaan tradisi dan inovasi musik etnik Indonesia.  (*/soel) 






 
 
 
