Notification

×

Iklan

Iklan

Uni Ummah: Jalan Baru Menuju Kebebasan Palestina

07 Oktober 2025 | 17:13 WIB Last Updated 2025-10-07T10:24:16Z



Mengapa dunia begitu lama mengecewakan Palestina? 

Pasbana - Sebuah pertanyaan sederhana yang mengguncang nurani. Puluhan tahun resolusi PBB dikeluarkan, puluhan kali perundingan digelar, namun hasilnya selalu buntu. Palestina masih dijajah, hak rakyatnya masih dirampas. Dunia tampak sibuk bicara, tetapi lumpuh bertindak. Dari kegagalan inilah, lahir kebutuhan akan jalan baru.


Ketiadaan kekuatan yang sejajar.


Sudah beberapa dekade, impian negara Palestina yang merdeka telah hancur akibat konflik, janji-janji yang diingkari dan ketidakpedulian global. 

Selama ini negara-negara Muslim hanya bergantung pada forum seperti OKI (Organisasi Kerjasama Islam). Suaranya lantang, tetapi tindakannya minim. Konflik demi konflik di Timur Tengah menunjukkan sistem keamanan internasional tidak lagi mampu menegakkan keadilan. PBB sering dikritik bahkan oleh banyak negara Eropa dan Amerika Latin karena telah gagal melindungi rakyat Palestina.

Pada Sidang Umum PBB bulan September 2025, negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Turki dan Afrika Selatan menyuarakan dukungan kuat bagi kemerdekaan Palestina, terlebih lagi Qatar dan Yordania mengkritik ketidakmampuan PBB untuk bertindak tegas.

Upaya dukungan 142 negara di PBB untuk Palestina menunjukkan solidaritas global yang belum pernah ada sebelumnya. Pengakuan resmi terhadap negara Palestina oleh Prancis, Belgia, Kanada, Australia dan Inggris pada sidang Majelis Umum PBB ke-80 menjadi sinyal kuat perubahan geopolitik.

Namun, dukungan diplomatik saja tidak cukup. Palestina membutuhkan perlindungan nyata. Eskalasi konflik di Timur Tengah dan ditambah kegagalan institusi internasional menunjukkan satu hal, negara-negara Muslim harus menciptakan kekuatannya sendiri.


Lahir Dari Krisis.


Ketidakadilan ini justru menyalakan kesadaran akan sebuah jalan baru dan negara-negara Islam tidak bisa lagi untuk terus menunggu belas kasihan dari luar. Gagasan yang dulu dianggap utopis kini menjadi kebutuhan mendesak. 

Negara-negara Muslim harus sedikit berani belajar menjadi sebuah aliansi modern yang terinspirasi dari Uni Eropa dan NATO yang dikonsep ulang. Visi gagasan ini tidak hanya mampu dapat membebaskan Palestina tetapi juga membentuk kembali tatanan global menjadi lebih baik.

Uni Ummah menawarkan paradigma baru. Bukan sekadar pakta militer, melainkan aliansi multi dimensi yang menggabungkan kekuatan pertahanan, ekonomi, teknologi, dan kemanusiaan. Bayangkan sinergi kekuatan finansial Arab Saudi, teknologi militer Turki, kapabilitas nuklir Pakistan, dan sumber daya manusia masif Indonesia, Iran, dan Mesir.

Secara numerik, Uni Ummah akan melampaui gabungan kekuatan NATO, akan ada lebih dari 6 juta tentara aktif. Namun, keunggulan sebenarnya terletak pada kontrol jalur strategis perdagangan dunia. Terusan Suez, Selat Bosporus, Selat Hormuz, hingga Selat Malaka semua rute perdagangan vital berada dalam genggaman negara-negara Muslim. Tanpa jalur-jalur ini, ekonomi dunia akan lumpuh total. Ditambah penguasaan 65% cadangan minyak dan 45% cadangan gas alam dunia, Uni Ummah akan memiliki daya tawar ekonomi yang luar biasa.


Solidaritas Dari Laut.


Kita baru-baru ini menyaksikan Global Sumud Flotilla, armada sipil kemanusiaan internasional terbesar yang mencoba menembus blokade Israel untuk membawa bantuan ke Gaza.

Global Sumud Flotilla menunjukkan bahwa aksi kolektif pada tingkat sipil, dapat menciptakan gelombang geopolitik yang tak terduga. Flotilla ini, yang terdiri dari 50 hingga 70 kapal dengan delegasi dari 44 negara di enam benua.

Dari Spanyol, Italia hingga Tunisia, puluhan kapal yang berisikan aktivis, dokter, relawan kemanusiaan dan muatan bantuan medis telah berangkat dari pelabuhan Spanyol pada 31 Agustus. Mereka akan bergabung dengan armada kedua di Tunisia pada 4 September, lalu berlayar bersama menuju Gaza dengan jarak sekitar 3.000 km.

Global Sumud Flotilla sudah berlayar selama kurang lebih empat minggu. Namun hari Rabu (1/10/2025) sekitar 70 mil laut (130 kilometer) dari lepas pantai Gaza, Angkatan Laut Israel telah menghentikan puluhan kapal yang membawa misi kemanusiaan internasional ke Gaza. Israel kemudian menahan sekitar 500 aktivis yang berasal lebih dari 40 negara, termasuk aktivis iklim Swedia Greta Thunberg.

Sejumlah demonstrasi pun pecah di berbagai kota besar (Aljazair, Libya, Belgia, Suriah, Inggirs, Jerman, Spanyol, Italia, Tunisia, Indonesia) menuntut pembebasan segera para aktivis yang ditahan.

Pada Jumat (3/10/2025) pagi, kapal Marinette, berbendera Polandia, menjadi kapal satu-satunya Global Sumud Flotilla, yang melanjutkan perjalanan. Flotilla bukan sekadar misi kemanusiaan. Ia adalah demonstrasi kekuatan dan tekad yang mendalam, sebuah pernyataan bahwa solidaritas tidak mengenal batas-batas negara. 


Mengapa Dunia Membutuhkan Uni Ummah.


Akan terjadi stabilitas pasokan energi bagi negara-negara Eropa. Karena Uni Ummah akan menjadi mitra energi yang lebih dapat diprediksi ketimbang ketergantungan pada satu atau dua negara produsen utama. Diversifikasi sumber energi ini mengurangi risiko gejolak harga dan gangguan pasokan.

Terbentuknya pasar baru yang menguntungkan bagi dunia. Dengan populasi Uni Ummah lebih dari 1,8 miliar jiwa dan ekonomi yang terintegrasi, Uni Ummah akan menjadi pasar tunggal terbesar bagi produk-produk Eropa. Standarisasi regulasi dan mata uang bersama akan mempermudah akses bisnis Eropa. Negara-negara kaya dalam Uni Ummah seperti UAE, Arab Saudi dan Qatar dapat menjadi investor besar bagi proyek-proyek infrastruktur dan teknologi hijau Eropa, mempercepat transisi energi dan digitalisasi.

BRICS yang kini beranggotakan Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, dan UAE membutuhkan mitra strategis untuk mengimbangi dominasi Barat. Uni Ummah akan menjadi kutub ketiga yang memperkuat multipolaritas global. Beberapa anggota potensial Uni Ummah seperti Iran dan UAE sudah menjadi anggota BRICS sejak 2024, sedangkan Indonesia bergabung pada Januari 2025. Ini menciptakan jembatan alami antara kedua blok.

Hubungan Eropa - BRICS - Uni Ummah dapat membentuk segitiga kerjasama yang saling menguntungkan. Eropa menyediakan teknologi dan pasar, BRICS memberikan manufaktur dan inovasi, sementara Uni Ummah menyuplai energi dan stabilitas.

Gagasan pembentukan Uni Ummah adalah wajah keadilan dalam bentuk kedamaian dunia, untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih seimbang, stabil dan menguntungkan semua pihak. 

Dunia multipolar dengan berbagai kutub kekuatan akan lebih resilient terhadap krisis global. Karena stabilitas perdagangan, energi murah dan keamanan kawasan dapat diwujudkan bersama demi kepentingan umat manusia.

***


Bobby Ciputra
Ketua AMSI
(Angkatan Muda Sosialis Indonesia)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update