Notification

×

Iklan

Iklan

Kenapa Banyak Ritel Rugi di Saham dan Bagaimana Seharusnya Kita?

01 November 2025 | 20:55 WIB Last Updated 2025-11-01T13:55:56Z



Pasbana - Banyak orang bermimpi jadi trader sukses, hidup dari cuan harian saham. Tapi sebelum bicara profit, ada satu hal yang jauh lebih penting: mengapa banyak orang justru rugi di pasar modal?

Statistik dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa lebih dari 70% investor ritel kehilangan uang dalam dua tahun pertama mereka bertransaksi di bursa.

Angka ini bukan karena pasar “jahat” atau karena bandar, melainkan karena kesalahan dasar dalam perilaku dan mindset.

Pasar modal bukan tempat mencari kepastian, tapi tempat belajar mengelola probabilitas dan risiko. Dan di sinilah banyak investor pemula tersandung.

1. Kenapa Banyak yang Rugi di Saham?


Kebanyakan investor pemula kalah bukan karena tidak pintar, tapi karena emosinya kalah duluan.

Mari kita bedah akar masalahnya:

πŸ”Ή 1.1. Emosi: Fear & Greed

Takut kehilangan membuat investor panic sell saat harga turun.
Serakah membuat mereka FOMO (Fear of Missing Out) saat harga melonjak.
Padahal dua-duanya adalah jebakan klasik yang membuat modal cepat terkikis.

πŸ”Ή 1.2. Tanpa Rencana, Tanpa Aturan

Banyak yang masuk ke saham hanya karena “katanya bagus”, tanpa tahu kapan masuk, kapan keluar, dan kapan berhenti rugi.
Tidak punya entry plan atau stop loss = menyerahkan nasib ke pasar.

πŸ”Ή 1.3. Kurang Edukasi

Ikut sinyal tanpa paham apa yang diikuti. Padahal sinyal hanyalah “indikator”, bukan jaminan.

Tanpa pemahaman dasar seperti risk/reward ratio atau faktor fundamental, keputusan jadi spekulatif.

πŸ”Ή 1.4. Mindset yang Salah

Ingin hasil cepat tapi pakai strategi jangka panjang.
Atau sebaliknya, punya orientasi investasi tapi panik lihat fluktuasi harian.
Hasilnya? Salah arah dan salah waktu.

πŸ”Ή 1.5. Overconfidence dan Bias Konfirmasi

Setelah cuan sekali, langsung merasa jenius.
Mereka hanya mencari berita yang mendukung keyakinannya, menolak fakta yang berlawanan.

Inilah yang disebut confirmation bias — pembunuh senyap di pasar saham.


2. Pahami Sifat Alami Pasar Modal


Pasar modal bukan tempat keadilan, tapi arena pertarungan opini dan informasi.
“Di pasar, jika ada yang untung — pasti ada yang rugi.”

Zero-sum game dalam jangka pendek.
Harga saham terbentuk dari konsensus ribuan pelaku pasar — mulai dari ritel, institusi, hingga algoritma robot trading.

Apa yang perlu diingat:
Volatilitas itu normal. Harga bergerak karena berita, sentimen, atau faktor teknis.

Tidak ada kepastian. Semua keputusan adalah soal probabilitas.

Asimetri informasi. Pemain besar sering tahu lebih dulu.

Siklus selalu berputar. Ada masa euforia, ada masa kejatuhan.

Maka tugas seorang investor bukan menebak masa depan, tapi mengatur risiko dan ekspektasi.


3. Hati-hati dengan “Greater Fool Theory”


Pernah dengar istilah ini?
“Kita beli saham bukan karena nilainya, tapi karena yakin akan ada orang yang lebih bodoh beli lebih mahal.”

Contohnya banyak: saham gorengan, kripto saat hype, atau saham-saham yang naik tanpa alasan fundamental.

Selama masih ada yang mau beli di harga lebih tinggi, harga bisa terus naik. Tapi begitu “orang bodoh terakhir” berhenti membeli, harga jatuh bebas.

Coba tanyakan ini sebelum beli:
“Apakah aku membeli karena value, atau karena berharap ada pembeli yang lebih bodoh?”

Kalau jawabannya yang kedua, maka pastikan:
Gunakan position size kecil.
Punya exit plan yang jelas.
Jangan terbuai karena euforia.

Ingat, menang di hype bukan berarti pintar — mungkin hanya sedang beruntung.


4. Checklist Wajib Sebelum Terjun ke Pasar


Sebelum Anda klik “Buy”, periksa daftar ini. Karena pasar saham tidak hanya menguji modal, tapi juga mental:

🎯 Tentukan tujuan investasi.

Apakah untuk jangka pendek (trading) atau jangka panjang (investasi)?

πŸ’° Siapkan dana darurat.
Modal saham bukan uang dapur. Minimal punya tabungan 6× pengeluaran bulanan.

⚖️ Kenali toleransi risiko.
Berapa kerugian yang bisa Anda terima tanpa stres berlebihan?

πŸ“š Pahami instrumen yang digunakan.
RDN, margin, short selling, derivatif — semua punya risiko berbeda.

πŸ›‘ Gunakan manajemen risiko.
Tentukan stop loss, take profit, dan ukuran posisi sebelum transaksi.

🚫 Jangan gunakan utang konsumtif.
Trading pakai kartu kredit atau pinjaman online = jalan cepat menuju bencana.

πŸ” Verifikasi semua sinyal.
Cek alasan, likuiditas, dan siapa pemainnya.

🧠 Jaga kesehatan mental.
Kalau mulai cemas, stres, atau sulit tidur karena saham — istirahatlah sejenak.

Pasar itu tidak ke mana-mana. Tapi modal dan kesehatan mentalmu bisa lenyap jika tak dijaga.

Pasar Adalah Guru yang Kejam tapi Jujur


Pasar saham bukan musuh, tapi cermin yang memantulkan seberapa disiplin dan rasional kita.

Discipline is the bridge between goals and accomplishment.” — Jim Rohn

Banyak yang datang ke pasar dengan niat cepat kaya, tapi pulang tanpa modal.
Namun, bagi yang mau belajar, pasar adalah universitas terbaik: mahal biayanya, tapi ilmunya tak ternilai.

Jadi, sebelum berburu cuan, siapkan diri.
Pelajari risiko, pahami psikologi, dan kelola ekspektasi. Karena pada akhirnya, yang bertahan di pasar bukan yang paling pintar, tapi yang paling disiplin.
(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update