Agam, pasbana - Kabut pagi belum sepenuhnya terangkat dari lembah Agam ketika rombongan kendaraan berhenti di pintu gerbang Nagari Koto Gadang. Udara dingin menyambut, bersama aroma tanah basah yang baru disiram embun. Di kejauhan, terlihat spanduk bertuliskan “Selamat Datang Tim Juri Wonderful Indonesia Award 2025.”
Senin itu, 10 November, menjadi hari yang tak biasa bagi warga Koto Gadang.
Senin itu, 10 November, menjadi hari yang tak biasa bagi warga Koto Gadang.
Wakil Bupati Agam, Muhammad Iqbal, berdiri di barisan depan menyambut kedatangan tamu dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Senyum lebar dan jabat tangan hangat mengawali kunjungan yang penuh harapan.
“Ini momen yang sudah lama kami tunggu,” ucapnya pelan namun pasti. Di balik nada suaranya, terselip rasa bangga.
Koto Gadang bukan sembarang nagari. Di balik tenangnya jalan berbatu dan rumah gadang tua yang masih berdiri kokoh, tersimpan kisah panjang tentang budaya, kerajinan, dan daya juang masyarakatnya.
Kini, nama kecil di kaki Bukittinggi itu menjadi satu-satunya nagari di seluruh Sumatera yang berhasil menembus 30 besar nominasi Wonderful Indonesia Award (WIA) 2025 untuk sub bidang destinasi wisata.
Kunjungan tim juri kali ini bukan sekadar formalitas. Mereka datang untuk melihat langsung apa yang selama ini hanya tertulis di laporan dan proposal.
Setiap langkah juri di jalanan desa seolah menjadi langkah penentu nasib. Dari dokumen yang mereka pelajari, Koto Gadang telah menunjukkan potensi luar biasa. Kini saatnya bukti di lapangan yang berbicara.
Kompetisi tahun ini tak main-main. Ada 1.118 peserta dari seluruh penjuru negeri yang bersaing dalam sub bidang destinasi. Dari angka itu, hanya 30 yang terpilih. Dan Koto Gadang — nagari kecil di jantung Minangkabau — berhasil menembusnya.
Kategori penilaian pun beragam: 15 desa wisata terbaik, 6 kelompok sadar wisata (Pokdarwis) terbaik, 6 daya tarik wisata terbaik, dan 3 toilet bersih terbaik. Semua menuntut kesungguhan dan bukti nyata di lapangan.
Bagi masyarakat Koto Gadang, ini bukan sekadar perlombaan. Ini panggung untuk menunjukkan identitas mereka: ketekunan, gotong royong, dan cinta pada tanah sendiri.
Warga bahu-membahu menata jalan, mempercantik halaman, menyambut juri dengan senyum dan suguhan khas. Tak ada yang dibuat-buat — hanya kehangatan yang tulus dari sebuah nagari yang hidup dalam semangat kebersamaan.
“Menjadi bagian dari 30 besar saja sudah kebanggaan luar biasa,” ujar seorang warga, sambil mengatur vas bunga di depan rumah gadangnya. “Tapi kami ingin lebih. Kami ingin orang datang ke sini dan merasakan sendiri keindahan Koto Gadang.”
Hari itu, langit Agam cerah. Burung-burung beterbangan di atas lembah, seolah ikut menyambut hari besar bagi Koto Gadang.
Apakah kunjungan juri ini akan membawa mereka menuju kemenangan di Wonderful Indonesia Award 2025? Belum ada yang tahu.
Apakah kunjungan juri ini akan membawa mereka menuju kemenangan di Wonderful Indonesia Award 2025? Belum ada yang tahu.
Namun satu hal pasti — semangat dan keindahan Koto Gadang telah berbicara lebih dulu.
(*)




