Oleh: Melani Silvia Zahra
Pendidikan Ekonomi
Universitas Negeri Padang
Pasbana - Kurikulum Merdeka melalui Proyek Pelajar Pancasila (P5) memberikan ruang bagi eksplorasi kearifan lokal, seperti halnya di Sumatra Barat yaitu adanya pengenalan budaya Minang. Proyek ini tidak hanya melibatkan pengenalan teoritis, tetapi juga praktik langsung tradisi (misalnya pertunjukan Randai).
Dalam hal ini muncul pertanyaan: Sejauh mana inisiatif berbasisi tradisi ini relavan dengan kebutuhaan global saat ini dan mampukah ia mencetak Generasi Emas 45 yang kompetif?
Integrasi Budaya dan Kompetensi Abad ke-21
Pemilihan proyek yang menggabungkan penguasaan budaya dan kreativitas praktis ini sangat sesuai dan relavsn denga tuntutan zaman modern. Proyek ini beroperasi pada beberpa lapisan penting untk menyiapi pelajar: Penguatan Identitas dan Karakter Luhur.
Proyek ini dimulai dari fondasi Kearifan Lokal, yaitu pengenalan mendalam Budaya Minang, termasuk adat dan filsafatnya. Di tengah derasnya arus globalisasi yang rentan menyebabkan disoentasi, fokus ini sangat relevan karena berfungsi sebagai Penguatan Identitas Diri.
Dampak jangka panjangnya pada Generasi Emas 2045 adalah penanaman karakter Berakhlak Mulia, berpegang pada nilai luhur seperti Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, yang membentuk karakter etis dan religius.
Pengembangan Keterampilan Praktis (Soft Skills). Selanjutnya, melalui Kreativitas Praktis seperti pertunjukan Randai (seni peran dan seni bela diri), pelajar diarahkan pada Pengembangan Soft Skills (4C).
Kegiatan ini secara langsung melatih Kolaborasi (peran tim), Komunikasi (dialog dan gerak), Kreativitas (penafsiran cerita), dan Berpikir Kritis (memahami pesan moral). Hal ini berkontribusi menciptakan generasi yang Kreatif & Bergotong Royong, yang merupakan modal penting untuk inovasi dan kerjasama dalam dunia kerja modern.
Kontekstualisasi Ilmu dan Empati Sosial. Aspek Pendalaman Tradisi melalui praktik Adat 7 Bulanan melatih Empati dan Kontekstualisasi Ilmu. Pelajar didorong untuk memahami fungsi sosial dan filosofi di balik setiap upacara, bukan sekadar menghafalnya.
Hasilnya adalah pelajar yang Mandiri & Bernalar Kritis, mampu menjalankan tugas sekaligus menganalisis keterkaitan tradisi dengan etika sosial yang lebih luas.
Literasi dan Daya Saing Global. Terakhir, aspek Pemanfaatan Seni melalui pementasan/penampilan meningkatkan Literasi Budaya dan Finansial (Ekonomi Kreatif). Projek ini membuka wawasan bahwa budaya adalah aset yang bisa dikembangkan menjadi produk kreatif. Secara kompetitif, ini membentuk Global Citizen yang percaya diri mempromosikan budaya lokal ke panggung internasional, meningkatkan daya saing bangsa.
Mampukah Melahirkan Generasi Emas 2045?
Generasi Emas 2045 adalah generasi yang akan memimpin Indonesia di usia 100 tahun kemerdekaan, ditandai dengan kecerdasan, produktivitas, dan karakter unggul.
Projek P5 ini secara fundamental mendukung tujuan tersebut melalui empat pilar utama:
Fondasi Karakter yang Kokoh
Generasi Emas tidak hanya butuh ilmu, tetapi juga kemudi moral. Adat Minang dengan prinsip kekeluargaan, musyawarah, dan penghormatan terhadap alam (Alam Takambang Jadi Guru) menyediakan kerangka kerja etis yang kuat. Pemahaman ini memastikan kemajuan teknologi dan ekonomi sejalan dengan nilai kemanusiaan.
Keterampilan Abad ke-21 yang Terintegrasi
Keterampilan yang didapatkan dari praktik Randai (seni peran, manajemen panggung, sinkronisasi tim) adalah terjemahan langsung dari keterampilan abad ke-21 (4C). Kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi adalah kebutuhan mutlak di pasar kerja digital dan global saat ini.
Keunggulan Kompetitif Global
Di panggung internasional, yang membedakan suatu bangsa adalah kekayaan budayanya. Pelajar yang menguasai dan mencintai budayanya memiliki unique selling point yang lebih tinggi. Mereka tidak hanya menjadi konsumen budaya global, tetapi produsen dan duta budaya yang percaya diri, modal utama bagi daya saing bangsa.
Pendidikan Holistik dan Kontekstual
Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran yang relevan dengan lingkungan siswa. Dengan menjadikan Budaya Minang sebagai konteks utama, proyek ini mengisi kesenjangan antara teori di kelas dan realitas di masyarakat. Hal ini melahirkan pelajar yang bernalar kritis dan mampu mengaplikasikan ilmu dalam konteks kehidupan nyata, sesuai dengan profil Pelajar Pancasila.
Kesimpulan
Jadi pemilihan Projek P5 yang berfokus pada pengenalan dan praktik tradisi Budaya Minang adalah sangat sesuai dengan kebutuhan zaman sekarang. Projek ini bekerja sebagai jembatan yang menghubungkan nilai-nilai luhur masa lalu dengan kebutuhan soft skills masa depan.
Dengan melahirkan individu yang berakar kuat pada budaya (Identitas) sekaligus adaptif dan kreatif (Kompetensi), proyek ini bukan hanya mendukung Kurikulum Merdeka, tetapi juga meletakkan fondasi yang solid dan kontekstual untuk mencapai visi Generasi Emas 2045.(*)




