Notification

×

Iklan

Iklan

Capital Gain vs Dividen: Mana yang Lebih “Cuan” dalam Jangka Panjang?

15 Desember 2025 | 07:31 WIB Last Updated 2025-12-15T00:31:12Z


Pasbana - Apakah lebih baik mengejar kenaikan harga saham atau menikmati dividen rutin? Pertanyaan ini kerap memicu debat panjang di kalangan investor. Artikel ini mengajak Anda melihat jawabannya lewat data nyata, dengan bahasa sederhana dan relevan untuk investor Indonesia.

Dua Jalan Investor: Cepat Tumbuh atau Stabil Mengalir


Di dunia investasi saham, ada dua “aliran besar” yang sering kita temui.

Pertama, investor pemburu capital gain. Mereka percaya, jika saham yang dipilih tepat, kenaikan harga bisa melesat puluhan persen per tahun. Dalam pandangan mereka, dividen 5–10 persen per tahun terasa kecil jika dibandingkan potensi lonjakan harga.

Kedua, investor pencinta dividen. Bagi kelompok ini, dividen adalah uang nyata yang masuk ke rekening. Lebih mudah diprediksi, bisa dinikmati sebagai penghasilan, atau diputar kembali untuk investasi lain.

Pertanyaannya: dalam jangka panjang, siapa yang lebih unggul?
Untuk menjawabnya, kita perlu data—bukan sekadar asumsi.

Memahami Dua Jenis Harga Saham (Tanpa Ribet)


Jika Anda pernah membuka Yahoo! Finance, Anda akan menemukan dua jenis harga saham:

Close Price
Ini adalah harga penutupan saham yang sudah disesuaikan dengan aksi korporasi seperti stock split atau rights issue. Data ini cocok untuk menghitung capital gain murni.

Adjusted Close Price
Harga ini sudah disesuaikan dengan stock split dan dividen. Dengan kata lain, ini mencerminkan total return—gabungan kenaikan harga dan dividen yang diterima investor.

Ibarat menilai hasil kebun, close price hanya menghitung kenaikan nilai tanahnya, sementara adjusted close menghitung nilai tanah plus hasil panen yang sudah dipetik selama bertahun-tahun.

Studi Kasus Nyata: Saham Indonesia Selama 20 Tahun


Menggunakan data historis 2004–2024 yang diolah dari Yahoo! Finance, mari kita lihat beberapa contoh menarik.

1. BBCA vs SMSM: Dua Gaya, Dua Cerita
Jika hanya melihat capital gain:

SMSM: naik 16,5 kali (CAGR ±15,1% per tahun)
BBCA: naik 32,5 kali (CAGR ±19,0% per tahun)

Sekilas, BBCA terlihat jauh lebih unggul.
Namun, karakter kedua emiten ini berbeda:
BBCA relatif jarang memberi dividen besar karena sebagian besar laba ditanamkan kembali ke bisnis.

SMSM dikenal sangat royal membagikan dividen, bahkan bisa hingga beberapa kali setahun.

Saat dividen ikut dihitung (total return):

SMSM: melonjak menjadi 59,4 kali (CAGR ±22,7%)

BBCA: menjadi 50,3 kali (CAGR ±21,6%)

👉 Pelajaran penting: dividen mampu mengubah “saham biasa” menjadi mesin pertumbuhan jangka panjang.

2. ADMF: Saham Dividen yang Sering Diremehkan

Contoh ekstrem datang dari ADMF.
Kenaikan harga saham saja: 3,5 kali dalam 20 tahun

Tapi total return (termasuk dividen): 30,2 kali

Hampir seluruh “cuan”-nya datang dari dividen. Tanpa menghitung dividen, performanya terlihat biasa saja. Dengan dividen, ceritanya berubah drastis.

3. STTP: Raja Capital Gain

Di sisi lain, ada saham seperti STTP:
Capital gain: 75,7 kali
Total return: 76,4 kali
Dividen nyaris tidak berpengaruh. Hampir seluruh keuntungan berasal dari kenaikan harga saham.

👉 Ini contoh emiten yang memilih menahan laba untuk ekspansi bisnis, dan hasilnya tercermin pada harga saham.

Mengapa Bisa Berbeda?


Secara teori ekonomi dan keuangan perusahaan:

Perusahaan yang menanamkan kembali labanya secara efektif cenderung tumbuh lebih cepat.

Pertumbuhan ini tercermin pada kenaikan harga saham (capital gain).
Sebaliknya, dividen adalah arus kas nyata yang langsung dinikmati investor, mengurangi ketergantungan pada fluktuasi harga.

Menurut laporan dan literatur keuangan (termasuk CFA Institute dan berbagai riset pasar modal), total return—bukan hanya capital gain—adalah ukuran paling adil untuk menilai kinerja investasi saham dalam jangka panjang.

Tips Praktis untuk Investor Ritel


Agar tidak terjebak debat tanpa ujung, berikut panduan sederhana yang bisa langsung diterapkan:

Kenali tujuan Anda
Butuh penghasilan rutin? Saham dividen bisa jadi pilihan.
Fokus pertumbuhan nilai aset? Saham growth lebih cocok.

Lihat total return, bukan harga saja
Jangan menilai saham hanya dari grafik harga. Cek juga histori dividennya.

Dividen bukan akhir cerita
Dividen bisa dikonsumsi, diinvestasikan kembali ke saham yang sama, atau dialihkan ke obligasi dan sukuk untuk menambah arus pendapatan.

Diversifikasi strategi
Menggabungkan saham growth dan saham dividen sering kali lebih sehat daripada memilih salah satu secara ekstrem.

Tidak Ada yang Paling Benar, yang Ada Paling Sesuai


Capital gain dan dividen bukan musuh. Keduanya adalah dua sisi dari koin yang sama dalam investasi saham.

Data 20 tahun terakhir menunjukkan satu hal penting:

👉 dividen yang konsisten bisa menghasilkan efek luar biasa dalam jangka panjang, sementara capital gain besar biasanya datang dari perusahaan yang mampu mengembangkan bisnisnya dengan sangat efisien.

Pilihan ada di tangan Anda—selama memahami konsekuensinya.
(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update