Pasbana - IPO SUPA yang dijadwalkan pada Desember 2025 memantik kembali perbincangan soal masa depan bank digital di Tanah Air.
Di tengah persaingan ketat dan biaya dana tinggi, muncul pertanyaan besar: apakah SUPA akan menjadi bank digital paling solid di Indonesia, atau sekadar eksperimen besar berikutnya?
Sebagai calon emiten baru, SUPA menawarkan struktur permodalan yang impresif. Perseroan melepas 4,4 miliar saham dengan kisaran harga Rp525–Rp695.
Bila terserap di harga atas, dana bruto mencapai Rp3,06 triliun, dengan 70% dialokasikan untuk ekspansi kredit dan 30% untuk investasi teknologi seperti AI, keamanan siber, dan analitik data. Ekuitas SUPA pasca-IPO naik menjadi Rp8,24 triliun, menghasilkan valuasi PBV 2,86x—angka premium namun lazim untuk bank digital berorientasi pertumbuhan.
Kekuatan terbesar SUPA ada pada ekosistemnya. Emtek memegang 27%, Grab–Singtel 10%, dan KakaoBank 10%. Kombinasi ini menciptakan model fusion of ecosystems: distribusi media nasional, jaringan transaksi Asia Tenggara, serta pengalaman bank digital global.
Struktur ini menempatkan SUPA lebih unggul dibanding pemain yang bergantung pada satu ekosistem saja.
Dari sisi manajemen, SUPA dipimpin Tigor M. Siahaan, salah satu bankir paling berpengalaman di industri, diperkuat jajaran direksi yang lolos fit and proper test OJK. Komitmen tata kelola terlihat dari lock-up saham pemegang kendali hingga 12 bulan, dua kali ketentuan minimum.
Secara fundamental, SUPA mulai menunjukkan momentum. Dengan CAR 74,7%, BOPO turun ke 96,65%, NIM 10,23%, dan laba semester I 2025 mencapai Rp20,5 miliar.
Meski CASA masih rendah (21%) dan ketergantungan pada deposito berbunga tinggi masih dominan, strategi migrasi dana murah melalui integrasi Grab–OVO dan fitur tabungan digital menjadi kunci perbaikan jangka panjang.
Di pasar digital, SUPA bersaing langsung dengan SeaBank, Jago, dan Neo Commerce. Namun pendekatan multi-konglomerat memberikan keunggulan struktural: akses data, akuisisi nasabah efisien, serta kemampuan precision lending bagi UMKM melalui produk PAS.
Dengan valuasi premium tetapi ekosistem kuat, SUPA layak dikategorikan sebagai “High Risk, High Growth” bagi investor berorientasi jangka panjang.
Keberhasilannya bisa menjadi model baru perbankan kolaboratif di Asia Tenggara.
(*)
(*)




