Tanah longsor yang terjadi di jalur lintasan Sicincin-Malalak ( 6/12) menurut kajian empirik dan teoritis memunculkan beberapa analisa yang menjadi penyebabnya.
Ade Edward, Ahli Geologi yang juga Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia menjelaskan apa yang terjadi di lintasan jalur Sicincin-Malalak ini.
Menurutnya, aliran air yang membawa material ini merupakan "aliran turbidit" yang memiliki karakter aliran material ubahan di kawasan tanah bebatuan, sebagai hasil dari pelapukan material vulkanik andesitik.
Pelapukan dari material vulkanik andesitik berupa tanah lempung ( clay ) yang didominasi oleh mineral "Monmorilonit' . Mineral jenis ini mempunyai sifat sangat halus dan plastis serta mudah mengembang bila kondisi jenuh air.
Clay terkena air menjadi mengembang dan sangat plastis, sehingga menjadi media yang mampu mengapungkan dan mengalirkan agregat lain yang lebih kasar (pasir, kerikil, Batu) .
Potensi Longsoran Berdasarkan Sifat Material
Lintasan Sicincin- Malalak didominasi oleh pelapukan material volkanik andesitik menjadi clay/lempung yang kaya Monmorilonit yang mudah mengembang dan sangat plastis bila jenuh air. Butiran sangat halus berupa tanah liat berwarna coklat cerah dengan mengandung agregat pasir kerikil batu.
Daerah ini sangat potensial terjadi gerakan tanah berupa creep dan aliran turbidit.
Batuan lintasan Sicincin Malalak merupakan produk hasil erupsi volkanik Gunung Tandikek yang bertype Andesitik.
Sementara lintasan Malalak - Balingka bagian sisi barat didominasi oleh material tanah batuan produk Gunung Maninjau yang bertype Granitik dengan pelapukannya didominasi oleh material kaya Silika yang lebih stabil sehingga potensi gerakan tanahnya lebih kecil.
Sementara sisi Timur lintasan Malalak -Balingka lebih didominasi oleh material produk Gunung Singgalang yang bertype Volkanik Andesitik dengan pelapukannya dominan Monmorilonit yg bersifat plastis dan mengembang bila jenuh air sehingga lebih rentan terjadi gerakan tanah dan aliran turbidit.
Dengan karakter tanah seperti diatas, penggunaan teknologi baronjong tidak mampu menahan aliran turbidit dan longsoran material yang ada. Diperlukan kajian yang lebih spesifik untuk menemukan konstruksi yang cocok efektif dan efisien.
Tupoksi Mitigasi Yang Belum Jelas
Mitigasi bencana adalah bagian penting dari upaya pencegahan dan penanggulangan bencana alam. Dan justru bagian Mitigasi inilah yang sering terabaikan. Untuk itu, langkah-langkah integral dan komperensif perlu dilakukan oleh pihak pemerintah agar kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan bisa diminimalisir.
Namun mengingat kewenangan ESDM Propinsi dalam mitigasi gerakan tanah telah ditarik ke pusat , maka Pemkab Agam dapat mengambil inisiatif meminta Badan Geologi Kementerian ESDM untuk menelitinya. Sehingga tidak membebani anggaran pada APBD Kabupaten Agam.
Sumber : Ade Edward