Notification

×

Iklan

Iklan

Dharmasraya, Kabupaten Dengan Segudang Sejarah Yang Berharga

12 Desember 2016 | 22.10 WIB Last Updated 2016-12-12T15:10:10Z

Dharmasraya,---Dharmasraya , meski secara administratif daerah merupakan kabupaten yang masih muda di Propinsi Sumatera Barat, namun Dharmasraya adalah nama sebuah Kerajaan Melayu yang maju tempo dulu.

Kabupaten Dharmasraya dahulunya adalah   sebuah Kerajaan Melayu dengan nama ibu kotanya Pulau Punjung. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 38 Tahun 2003, dan merupakan pemekaran dari kabupaten sijunjung. Kabupaten Dharmasraya dikenal juga dengan sebutan Ranah Cati Nan Tigo. 

Beberapa Destinasi Wisata Sejarah dan Wisata Alam Dharmasraya;

1. Komp. Candi Padang Roco. Prasasti Padang Roco adalah sebuah prasasti yang ditemukan pada tahun 1911 di hulu sungai Batanghari, kompleks percandian Padangroco, nagari Siguntur, kecamatan Sitiung, kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. 

Prasasti ini merupakan sebuah lapik (alas) arca Amoghapāśa yang pada empat sisinya terdapat manuskrip (NBG 1911: 129, 20e). Prasasti ini dipahatkan 4 baris tulisan dengan aksara Jawa Kuna, dan memakai dua bahasa (Melayu Kuna dan Sanskerta) (Krom 1912, 1916; Moens 1924; dan Pitono 1966). Prasasti ini kini disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta dengan nomor inventaris D.198-6468 (bagian alas atau prasasti) dan D.198-6469 (bagian arca). 

2. Candi Pulau Sawah I. Candi Pulau sawah juga merupakan peninggalan kerajaan Swarnabhumi (Dharmasraya) yang terletak di Nagari Siguntur. Sebenarnya ada bnyak candi di sekitar Pulau Sawah, tapi karena keterbatasan  dana dan tenaga ahli, candi masih tersimpan. Untuk mengunjungi candi ini pengunjung harus melewati persimpangan sikabau menuju siguntur dan terus lurus sampai ke Pulau Tongah. Pengunjung harus memamfaatkan perahu yang ada di sana . ini merupakan perjalanan yang menarik, karena pengunjung bisa menikmati pemandangan sepanjang Sungai Batang Hari. 

Candi Pulau Sawah I terdiri dari satu bangunan besar setinggi 2,4 meter. Bangunan ini berbentuk kotak bersegi duapuluh, yang masing-masing sisinya tidak sama panjang. Tepat di tengah bangunan (situs) terdapat sebuah lubang besar berbentuk empat persegi panjang berukuran 2,06 x 1,82 meter dengan kedalaman 2,4 meter. 

Pada bagian (yang mungkin) depan dari bangunan ini terdapat sebuah lubang lagi dengan kedalaman yang sama tetapi luasnya berbeda. Lubang ini agak lebih kecil dari ukuran lubang sebelumnya, berukuran 1,2 x 1,57 meter. Kedua lubang yang berbentuk persegi panjang ini diperkirakan kolam tempat pemandian.-Situs 

3. Amoghapasa Rambahan. Pada Situs yang terletak dibukik Braholo,Rambahan,Kenagarian, Lubuk Bulang Kecamatan Pulau Punjung, diperkirakanjuga ada candi peningggalan kerajaan Swarnabhumi (Dharmasraya), pada situs ini ditemukan Arca Amogapasha (1994) dan kini tersimpan di Museum Nasional. 

4. Masjid Tua Siguntur. Terletak di Dusun Ranah, Desa Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Bangunan masjid berada dalam satu kompleks dengan makam Raja-raja Siguntur dan rumah adat Siguntur. Di sebelah barat masjid mengalir Sungai Batanghari yang terkenal dengan peninggalan purbakala di sepanjang alirannya. Masjid Siguntur berdiri di atas tanah berukuran 21,7 x 19 m. Bangunan berdenah persegi panjang berdinding batu kali di semen, atap susun tiga dari seng. 

Masjid dikelilingi pagar beton di bagian depan dan pagar kawat duri di bagian samping dan belakang. Pintu masuk halaman terdapat di bagian timur terbuat dari besi, sedangkan pintu masuk masjid hanya satu buah terdapat di sisi timur. Ruang utama masjid berukuran 15 x 10 m, berdinding batu kali setebal 40 cm diplester semen. 

Lantai yang semula berkolong dan terbuat dari papan kayu, sekarang telah diurug dan disemen tanpa kolong. Masuk ruang utama melalui sebuah pintu di sisi timur berukuran 12,5 x 1 m terbuat dari kayu yang berwarna krem. Pintu tersebut mempunyai dua daun dan berbentuk jalusi, masing-masing berukuran 2,15 x 0,50 m. 

5. Makam Raja-raja Siguntur 

6. Rumah Raja Kerajaan Pulau Punjung. Rumah Gadang Rajo Pulau punjung terletak dikenagarian IV Koto, Pulau Punjung. Konon kabarnya rumah gadang ini mempunyai keterkaitan denga Rumah Gadang Sungai Dareh. Sampai saat ini Rumah gadang ini masih terwat dengan baik. pengunjung dapat melihat benda-benda peninggalan raja di Pulau Punjung yang hingga saat ini disimpan dan di jaga oleh keturunan Raja nya yang ke-7 yang bernama Tuanku Sati. 

7. Rumah Raja Kerajaan Sungai Dareh. Rumah Gadang Rajo Sungai Dareh terletak di ranah, sungai dareh. Rumah gadang yang di beri nama Rumah Gadang Tiang panjang ini masih berdiri dengan megah karena di rawat dengan baik oleh keturunan raja maupun Pemerintah. 

Rumah Raja ini berbeda dengan rumah raja yang lain karena memiliki beranda pada bagian depanya dan memiliki tiang yang panjang yang tampa sambungan pada bagian peron rumah tersebut. beberapa peninggalan sejarah dari rumah raja ini masih tersimpan dengan rapi dan boleh dilihat oleh wisatawan seperti keris, bintang dan perhiasan 

8. Rumah Gadang Kerajaan Koto Besar. Rumah Gadang Karajaan Koto Besar terletak di Kecamatan Koto Besar, sekitar 10 km dari jalan lintas Sumatera. situs bersejarah ini belum banyak dikunjungi karena belum terbuka untuk umum, namun bukti bukti peningggalan sejarah tentang kerajaan ini masih tersimpan dengan rapih oleh pihak keluarga keturunan kerajaan. 

9. Rumah Gadang Kerajaan Padanglawas. Rumah Gadang Kerajaan Padang Laweh terletak sekitar 12 km dari Tiumang dan 30 km ibukota Kecamatan Koto Baru di Koto baru. Derah ini terdiri dari Padang Laweh dan Batu Rijal, kawasan ini yang disebut dengan kawasan Ninik Mamak 2 kali barampek. 

Padang Laweh merupakan sebuah kerajaan yang cukup besar di zamannya, hal ini dibuktikan dengan banyak nya peninggala sejarah berupa alat alat perang, peninggalan rumah tangga, candi atau arca yang ditemukan di sekitar padang Laweh. Adapun keberadaan Kerajaan ini diperkirakan pada tahun 1213 M. 

10. Tugu Perjuangan dan Gedung Pesanggrahan PDRI. Situs bersejarah dari zaman Pemerintahan Darurat Republik Indonesia pada tahun 1958 juga terdapat di sungai dareh atau pulau punjung. Tugu perjuangan dan pesanggrahan yang sampai saat ini mejadi saksi bahwa dahulunya di sungai dareh pernah menjadi tempat pertemuan dan rapat rahasia dalam penyelenggaraan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia yang berpusat di Bukittinggi. Gedung Pesanggrahan ini juga di gunakan sebagai tempat penginapan bagi para petinggi PDRI setelah mengadakan pertemuan pertemuan penting. ( Iyg)

×
Kaba Nan Baru Update