Notification

×

Iklan

Iklan

Baju Hazmart Gratis Itu Keluar Lewat Jalan Tanpa Aspal

07 April 2020 | 08.16 WIB Last Updated 2020-04-07T01:16:12Z

Padang Pariaman, Pasbana - Hari masih sore. Seluruh nagari jauh lebih lengang dri biasa. Terletak di jalur persimpangan utama antara Padang-Bukittingi dan Kota Pariaman, Nagari Balah hilia wajarnya riuh oleh suara mesin transportasi. Tapi sejak covid melanda, hal itu tak terasa lagi.

Di salah satu korong, suasana jauh lebih lengang lagi. Jalur ke bagian dalam tak lebih dari tanah bergelombang yang bila hujan tiba dihiasi genangan air disana sini. 

"Nama korong ini harus disembunyikan dulu untuk menjaga agar proses produksi kami tetap jauh dari kunjungan. Itu bisa mengganggu konsentrasi pengerjaan," kata Rina saat menemani penulis menuju rumah tempat di produksinya baju Hazmart gratis. Ya, belakangan 3 RSUD di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman ketiban bantuan berupa  APD yang dibuat oleh para anggota Forum Batajau Seni Piaman, PKK dan perangkat nagari Balah Hilia. Rina, adalah salah satu perangkat yang turut terlibat dalam pembuatan "baju zirah" untuk tenaga medis dalam menghadapi wabah covid tersebut.

Setelah menempuh perjalanan di jalan tanpa aspal itu, barulah kami menemukan sebuah rumah di pinggir sawah. Elok, demikian panggilan pemilik rumah. Ialah yang menyediakan diri dan rumahnya untuk produksi yang hingga berita ini ditulis, sudah dua tahap berlangsung. Mengenakan kacamata dan pengukur terkalung di leher, Elok dengan ramah menyambut penulis.


"Silahkan, maaf semua masih berantakan" kata Elok. Seperti juga Rina, Elok meminta agar lokasi rumahnya dirahasiakan untuk menjaga kenyamanan kerja selama produksi dilaksanakan. Tiga bal bahan tersandar di dinding. Sejumlah potongan siap jahit menumpuk di sisi mesin bermerk singer. 3 mesin yang digunakan adalah bantuan dari nagari Balah Hilia. 

Sekretaris nagari, Rahmanul Hidayat menjelaskan, inisiatif membuat baju APD ini awalnya dari pengurus Forum Batajau Seni Piaman yang diketuai Ajo Wayoik. "Jadi hari itu Ajo datang ke kantor Walinagari. Sekonyong-konyong dia bilang sudah membeli bahan. Dan dia berharap PKK kita bisa bantu karena sebelumnya memang sudah pernah dilatih lewat program nagari," sebutnya. 

Semula ada keraguan dari pihak PKK. Hal ini wajar sebab baju hazmart adalah jenis seragam yang jarang sekali dikerjakan. Baru setelah ada wabah corona lah baju ini begitu populer.

 Tapi setelah dijelaskan dan dimotivasi Ajo Wayoik, barulah para anggota PKK optimis bisa mengerjakannya. "Masa lockdown seperti sekarang sebenarnya susah mengajak anggota PKK untuk berkumpul. Mereka sadar kesehatan, makanya tidak mau keluar rumah. Akhirnya anggota yang tinggal dekat dari Elok saja yang kami libatkan dulu," sebut Rahmanul.

Dijelaskan Ajo Wayoik, tempat produksi ada 2. "Satu disini, yang terbanyak mesinnya. Satunya lagi di rumah saya. Dua-duanya selalu berpacu cepat," kata Ajo. Jika di tempat elok, produksi dikerjakan oleh 4 pekerja, di rumah Ajo Wayoik melibatkan 3 pekerja. Selain Ajo Wayoik, istrinya Siska Yulia yang bekerja sebagai apoteker RSUD Sadikin Pariaman dan Arif Asda anggota Forum Batajau Seni Piaman juga turut membantu.


"Kami sama-sama punya kesadaran bahwa bila tidak disiapkan dari sekarang bisa-bisa nantinya pabila ada ledakan pasien corona, Piaman tidak siap. Makanya kita buka donasi. Alhamdulillah pihak Abrofood, Djaros Swalayan dan Paris Swalayan mengulurkan donasi. Dana itu kami belikan bahan dan kebutuhan menjahit lainnya," sebut Ajo. 

Proses produksi berlangsung santai. Artinya tidak ada target pengerjaan. "Berapa siap, langsung kita bagikan saja. Alhamdulillah, total semuanya sudah ada 25 baju yang kita kirim ke RSUD Padang Pariaman, RSUD Pariaman dan RSUD Sadikin Pariaman," terang Rahmanul. Meski tanpa target, tapi produksi berlangsung lancar. "Jadi biar sedikit, asalkan lancar kita rasa itu cukup untuk mendukung kerja paramedis kita," terang pria yang murah senyum ini.

Godaan dan Donasi

Selama hampir seminggu proses produksi berlangsung, "godaan" mulai muncul. Ada pesanan yang datang dari daerah lain. Dan di beranda medsosnya, para pekerja yang terlibat kerap melihat adanya bisnis dadakan yang menjual APD dengan harga menggiurkan. "Tapi kami tetap fokus dulu untuk menyelesaikan produksi bagi kebutuhan 3 RSUD di Piaman ini. Para donatur menargetkan itu dulu," terang Rina. Sekedar uang lelah dan pengganti makan siang, para penjahit yang bekerja di rumah Elok tetap mendapatkan intensif. "Sekedarnya saja. Sebab ibu-ibu ini juga mengorbankan waktu dan tenaga," kata Ajo.

Awalnya, Ajo Wayoik melarang publikasi terhadap pekerjaan ini. Tapi, untuk memotivasi dan sebagai tanda terimakasih kepada para donatur, beberapa kali penyerahan akhirnya di angkat di media sosial. "Dari situ pula donatur-donatur lain berdatangan. Akhirnya kami bisa tambah bahan," terang Ajo yang juga bekerja sebagai dosen di ISI Padang Panjang.

Makin lama, kapasitas produksi makin meningkat. Hal ini lantaran para penjahit makin lihai melakoni pekerjaannya. "Kami hanya berharap apa yang dikerjakan ini benar-benar bermanfaat dan mendapat ridho Allah," kata Elok.


Makhendri Syam, salah seorang penggalang bantuan dari RSUD Pariaman mengaku sangat senang dengan apa yang diberikan para donatur melalui Forum Batajau Seni Piaman dan PKK Nagari Balah Hilia ini. "Salut. Saya sangat salut. Bantuannya rutin. Sekali dua hari ada pengiriman kesini. Ini sangat membantu kami sekaligus menguatkan semangat kami dalam menangani wabah corona," kata Syam.

Maminteh sabalun anyuik, ingek sabalun kanai, kulimek sabalun abih demikian moto Ajo Wayoik dan para ibu PKK Nagari Balah Hilia. Meski baru satu orang pasien positif corona di RSUD Pariaman, tapi bukan berarti persiapan harus dilalaikan. "Meski serba terbatas, meski masih kurang dari segi tenaga, tapi kami kerjakan apa yang kami bisa. Toh kalau nanti ada diantara teman atau keluarga kita yang kena, akan dirawat di salah satu RSUD yang kita bantu juga. Dan kita tentu berharap, jumlah suspect tidak bertambah lagi," sebut Ajo Wayoik. (*)
×
Kaba Nan Baru Update