Notification

×

Iklan

Iklan

Renungan Jum’at: Risiko di Tengah Wabah, Bagaikan Sekumpulan Ayam di Kandang Ular

10 April 2020 | 17.15 WIB Last Updated 2020-04-10T10:15:08Z
Oleh:
dr. Hardisman, MHID, PhD
Dosen Fakultas Kedokteran UNAND/ International Fellow in One-Health Policy/ Kolumnis

Pasbana -- Suatu ketika, saat kita ke kebun binatang dapat melihat ada ular yang satu kandang dengan beberapa ekor ayam. Spertinya ayam itu aman dan nyaman saja bersama ular itu. Ular terlihat tidur tenang, atau berjalan pelan tidak mengejar ayam-ayam itu.

Ketika ditanya pada penjaga, barulah kita tahu ayam-ayam itu bukan bagian dari tontonan. Ayam itu adalah makanan yang diberikan kepada ular itu. Lalu saat lapar ular akan memakan satu-satu ayam yang ada. Setiap setelah makan seeokor ayam, ular akan tertidur pulas. Ketika dia lapar, maka ia akan memangsa seekor ayam diantara ayam-ayam itu.

Begitulah sebenarnya nasib ayam tersebut. Ia yang terlihat aman dan nyaman sebenarnya dalam bahaya yang selalu mengintai. Hanya soal waktu dan giliran saja ia akan menjadi santapan ular tersebut. Agar bisa terhindar sebagai santapan ular, ayam itu harus bisa selalu menghindar tatkala ular ingin menangkapnya.

Begitulah kondisi kita tatkala ada wabah global pandemi penyakit virus corona (Covid-19) saat ini. Semua orang yang tinggal dalam suatu daerah yang sedang dilanda wabah berada pada kondisi terancam bahaya tertularnya penyakit tersebut. Agar tidak tidak tertular, harus ada upaya semaksimal mungkin bagaimana melakukan pencegahan. Tanpa usaha maksimal, risiko tertular akan selalu mengintai. 

Saat ini, wabah global Covid-19 belum nenunjukkan tanda-tanda berakhir. Kasus yang dilaporkan secara global sudah melewati 1,6 juta, dengan kematian di antaranya sudah lebih 95 ribu orang atau 5,9%.


Begitu juga dengan kejadiannya di Indonesia, kasusnya juga terus meningkat. Kasus Covid-19 juga telah dilaporkan lebih 3200 kasus dengan kematian lebih 250 orang, atau hampr 6,9%. Setiap hari terus terjadi penambahan kasus dan kematiannya. Agar kasus itu tidak terus meningkat, maka harus ada usaha secara bersama di masyarakat dengan saling mendukung dan bukan saling melemahkan. 

Secara perorangan, setiap orang harus melakukan usaha-usaha pencegahan yang telah direkomendasikan oleh para ahli. 
Kajin ilmiah telah menemukan bagaimana cara pencegahan yang tepat agar terhindar dari penularan Covid-19. 

Virus corona (SARS-CoV2) masuk tubuh menginfeksi terutama melalui saluran nafas, serta sebagian kecil di selaput mata dan saluran nafas. Oleh karena itu salah satu pencegahan yang penting dilakukan adalah agar menghindari sering memegang wajah, disaat adanya wabah ini.

Laporan penelitian Susilo dkk dalam Jurnal Ilmu Penyakit Dalam tahun 2020, telah merangkum kajian ilmiah terkini tentang Covid-19. Sebagaimana yang dikutipnya dari Kampf dkk pada Journal of Hospital Infection Maret 2020, menyebutkan bahwa virus SARS-CoV2 ditularkan melalui droplet atau percikan ludah penderita melalui bersin, batuk, atau berbicara. Virus kemudian dapat bertahan di dalam droplet tersebut di luar tubuh beberepa jam hingga lima hari tergantung permukaan atau benda tempat menempelnya pada suhu ruangan. 

Oleh karena itu, menghindari dari paparan virus, juga dapat ditekan dengan penggunaan masker yang tepat saat keluar rumah. Serta, lebih penting juga untuk selalu menghindari keramaian atau kerumunan.

Serta setiap orang perlu senantiasa mencuci tangan, terutama setelah kembali dari luar rumah yang memungkinkan banyak memegang benda-benda atau fasilitas umum.

Itulah ikhtiar pencegahan yang mesti dilakukan oleh semua orang, sebagai ikhtiar maksimal yang secara syari’ahnya dapat menghindarkan kita dari musibah tersebut.


Terlebih lagi, berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa banyak orang yang telah terinfeksi dapat muncul tanpa gejala (asymptomatic). Sebagaimana yang ditegaskan oleh Dirje P2P Kemenkes dalam Panduan Penanggulangan Covid-19 edisi ke-4, bahwa ada Orang Tanpa Gejala (OTG) terutama saat masa inkubasi atau jeda antara orang tersebut terinfeksi hingga muncul gejala padanya. Namun OTG ini tetap dapat menularkan pada orang lain. 

Melakukan ikhtiar pencegahan adalah bahagian dalam menjalankan syari’ah Islam. Allah subhanahu wata’ala berfirman bahwa setiap mulim dilarang menjatuhkan dirinya kepada kebinasaan (QS Al-Baqarah [2]:195).  Pasrah tanpa melakukan usaha pencegahan adalah bentuk kebinasaan yang sangat mungkin akan jatuh menjadi sakit. 

Ikhtiar maksimal sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang kita miliki mutlak dilakukan. Takdir atau keputusan Allah subahanahu wata’ala terjadi di penghujung usaha itu. Inilah yang ditegaskan dalam Firman-Nya dalam Al-Quran Surat Ali Imran [3]:159), bahwa seorang mukmin harus senantiasa melakukan ikhtiar maksimal (azzam) sebelum berserah diri atau tawakkal kepada-Nya.

Bukankah dalam riwayat juga banyak disebutkan bagaimana ikhtiar yang dilakukan oleh Rasulllah shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya sebelum menyerahkan urusannya kepada-Nya. Beliau memerintahkan para sahabat untuk mengikat onta-onta mereka sebelum shalat di masjid. 

Tatkala beliau hijrah dari Mekah ke Madinah, beliau Rasulllah shalallahu ‘alaihi wasallam berdua dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dalam menghindari dari kejaran dan ancaman pembunuhan kaum kafir Quraisy, beliau melakukan ikhtiar maksimal dengan menghindar dan bersembunyi di Gua Tsur. Baru di penghujung dan bersamaan ikhtiar itu ada tawakkal. Inilah yang diajarkan dalam ajaran Islam.

Agar musibah di negeri ini cepat berlalu, dan kita tidak seperti ayam yang menunggu giliran menjadi santapan ular; maka setiap orang hendaknya saling mendukung upaya pencegahan yang dilakukan di masyarakat.

Setiap kita juga hendaknya mematuhi atau menguatkan himbauan pemerintah yang memegang kewenangan dalam memberikan instruksi dan Majelis Ulama yang berwenang mengeluarkan fatwa. Jangan sampai kita yang bukan siapa-siapa, atau ilmunya yang tidak seberapa justru membantah dan berdalih tanpa pengetahuan. 

Semoga!
×
Kaba Nan Baru Update