Notification

×

Iklan

Iklan

Ritno Kurniawan Berbagi Pengalaman Bangun Destinasi Wisata Berbasis Kemasyarakatan

22 Desember 2020 | 22.25 WIB Last Updated 2020-12-22T15:25:21Z



Agam — Mengutip penjelasan Profesor Asril,  Ritno Kurniawan (Penggerak Wisata Alam Lubuak Nyarai) menjelaskan mengenai  tantangan pariwisata nasional terdapat tiga kendala. Pertama, belum ada Klarifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). 

Kedua, belum ada Demand dan Supply terkait pelatihan perencanaan tenaga kerjaan dunia Pariwisata. Ketiga, Daya saing rendah diantara negara ASEAN lainnya. Keempat, HCI rendah dan seharusnya harus mengutamakan kualitas, bukan kuantitas.

“Semuanya butuh proses dimulai pelatihan dan pemberdayaan terhadap sejumlah penggiat atau pengelola destinasi wisata pemula. Modal sesungguhnya sudah dimiliki sesuai kekayaan alam yang telah ada di masyarakat,” terangnya saat memberikan materi Peningkatan Kapasitas Pelaku Usaha Pariwisata Agam, di Grand Hotel Inna Muara Padang sebagaimana dikutip dari prokabar.com, Senin (21/12).

Pemerataan harus terwujud pada semua komponen masyarakat dengan pengelola destinasi wisata. Masyarakat juga harus menikmati hasil agar keseimbangan dapat terjaga antara masyarakat dengan pengelola atau pemilik modal.

”Oleh sebab itu, penyadaran dunia wisata harus dimulai dari tingkat paling bawah. Masyarakat harus ikut berperan aktif dan ikut menikmati ekonomi dari usaha industri wisata ini. Membangun sumber daya manusia masyarakat itu tidak mudah. Dan menjadi masalah utama di dunia wisata. Jadi itu yang terpenting,” tuturnya.

Potensi Pariwisata Agam sangat lengkap dan beragam. “Ada danau, lembah, gunung, ngarai, laut dan lereng perbukitan. Termasuk kearifan lokal, kuliner dan budaya,” ungkap Ritno.

Ia melanjutkan, agar destinasi wisata dapat tumbuh kembang dan maju, harus ada pelatihan, pemberdayaan dan pertahanan dari penggerak atau pelaku wisata yang baru saja memulai. Walau pemerintah ada memberikan perhatian berupa pelatihan, namun tetap tidak boleh terus bergantung.

Karena perlu dipahami adanya keterbatasan anggaran dan tenaga dari Pemda untuk melakukan pembinaan. Pelatihan mandiri dengan berinovasi mencari pihak luar, lebih utama ketimbang selalu mengharapkan pemerintahan,” imbuhnya.

Dan tidak dipungkiri juga pengelola pemula bersama pemandu membutuhkan pendampingan hingga mereka bisa mandiri.
Pelatihan yang telah didapatkan harus didampingi pihak akademisi atau pihak yang peduli. Kemudian, setelah mendapatkan pelatihan dan pendampingan, mempertahanan berupa konsisten dan komitmen memajukan destinasi wisata juga bukan perkara mudah.

Mempertahankan sumber daya manusia itu malah lebih sulit ketimbang memperolehnya. Untuk itu, profit harus dipertimbangkan. Walau bukan tujuan utama, namun tetap menjadi pendukung. Karena sektor ekonomi akan memperkuat segala pergerakan nantinya,” tegas Ritno penerima berbagai penghargaan pelestari alam atau lingkungan hidup ini.

Hutan Gamaran Lubuk Nyarai merupakan wisata alam adventure berkelanjutan. Memberdayakan dan melibatkan langsung masyarakat terkhusus pemuda, ninik mamak dan ibu-ibu. 

“Kearifan lokal menjadi sasaran utama dan kunci sukses membangun wisata di sebuah nagari di Minangkabau,” tuturnya.

Selain itu, aspek lingkungan dengan mempertahankan proses ekologi dan melestarikan warisan alam. Serta menjaga keanekaragaman hayati di destinasi wisata, merupakan tujuan utama. Nantinya juga menjadi daya tarik kunjungan karena alam nan indah dan terjaga.

Pelaku, penggerak, pemandu dan pengunjung juga harus menghormati keaslian sosial budaya lokal. Oleh sebab itu diharuskan adanya regulasi tetap dan konsisten, mengatur pengelolaan wisata. Dari sisi ekonomi, memastikan kegiatan jangka panjang yang layak. Dan sistem bagi hasil semua merata dan adil.

Penggiat wisata harus menikmati masalah karena semua adalah masalah. Kedewasaan, ketenangan, kearifan dan kebijaksanaan sangat dibutuhkan menyelesaikan masalah. Mampu menahan diri dari segala yang akan merugikan diri dan orang banyak.

“Penyediaan paket wisata harus berkualitas. Pengelola pastikan keinginan dan pengalaman pengunjung dapat terpenuhi. Asli dan ramah lingkungan. Selain itu harus ada data tentang segala kegiatan perhari, perminggu, perbulan hingga pertahun. Seperti jumlah kunjungan dan jumlah potensi yang ada,” jelasnya.

Aktifitas pembuatan rumah bibit nyarai, aksi bersih, penanaman pohon asuh dan bertanam pohon juga jadi program dari Lubuk Nyarai Adventure.( rel/bf) 











×
Kaba Nan Baru Update