Notification

×

Iklan

Iklan

Ini Sejarah Adanya Tradisi Hampers Lebaran atau Hantaran

02 Mei 2022 | 19.30 WIB Last Updated 2022-05-03T00:34:38Z


pasbana.com --  Seiring berkembangnya zaman, saat ini muncul tradisi saling berkirim hampers  lebaran (hantaran) dikalangan masyarakat saat ini. hamper merupakan sebutan untuk sesuatu yang mengacu pada keranjang anyaman. Biasanya berukuran besar dan digunakan untuk mengangkut barang maupun makanan. Hampers adalah hadiah yang sering diberikan saat hari raya atau hari istimewa lainnya. Sebelum istilah hampers populer, bingkisan atau hadiah semacam ini lebih sering disebut sebagai parsel. Hampers biasanya diberikan sebagai pemberian pada saat momen-momen spesial, misalnya momen hari raya, hari kelahiran, hari pernikahan, dan masih banyak lagi.

Memasuki hari raya besar keagamaan, berbagi jadi salah satu hal yang tak lepas dari kebiasaannya. Seperti yang terjadi pada hari raya Idul Fitri, tak sedikit keluarga dan kerabat berbagi bingkisan spesial. Tradisi berbagi hampers itu semakin marak dilakukan saat pandemik COVID-19 merebak di Indonesia. Maklum, adanya pembatasan aktivitas membuat akses pertemuan lebih terbatas. 

Menariknya, pandemik ini membuat pengiriman hampers jadi jauh lebih banyak ketimbang parsel. Hal itu bisa dilihat di media sosial. Berbagai macam jenis hampers yang dijual, dengan berbagai ukuran, isi dan variasi harga bertebaran ditawarkan untuk jadi bingkisan spesial di hari raya.

Sejarawan kuliner Universitas Padjadjaran Fadly Rahman mengatakan jejak tradisi mengirim hantaran Lebaran dapat ditelusuri pada momen hari raya panen yang berlangsung di masa kerajaan abad ke-16. 

"Hantaran Lebaran yang hingga saat ini populer di kalangan masyarakat Indonesia merupakan bentuk transformasi dari tradisi hantaran hasil bumi yang dipersembahkan rakyat kepada raja dan kemudian dari raja untuk rakyatnya," ujar Fadly dikutip dari Antara, Senin.

Fadly menjelaskan di masa kerajaan dahulu, ada tradisi masyarakat menghantarkan hasil bumi untuk raja.
​​
"Dan ketika raja mengadakan pesta panen, biasanya akan membekalkan hasil olahan dan berbagai macam makanan serta kue, yang akan dibawa pulang oleh rakyatnya sendiri," kata Fadly.  

Lebih lanjut Fadly menyebutkan seiring redupnya masa kerajaan, tradisi hantaran berubah wujud menjadi menghantarkan makanan untuk tetangga, saudara, serta handai tolan yang terjadi hingga masa sekarang.


Pada masa kolonial, saling membalas hantaran Lebaran juga telah muncul di kalangan antar-keluarga. Hantaran tersebut berupa berbagai jenis hidangan utama khas Lebaran seperti ketupat, opor, kari, dan rendang serta kue basah tradisional yang disajikan di dalam rantang.

Fadly mengatakan tradisi hantaran berupa tukar rantang menunjukkan kekhasan masyarakat agraris. Selain berfungsi sebagai wadah bekal, secara sosial-budaya rantang memiliki arti simbolik sebagai perekat hubungan antar-tetangga atau kerabat ketika digunakan untuk hantaran.

"Ketika dikirimi dalam bentuk rantang, secara spontan kita akan membalasnya. 'Ah, malu kalau kita mengembalikan dalam kondisi kosong'. Lalu kita akan mengisinya kembali dengan makanan-makanan," katanya. 

Pada masa kolonial, kue-kue kering seperti nastar, kastangel, lidah kucing, dan putri salju dalam kemasan stoples mulai dikenal dan dijadikan hantaran Lebaran yang diberikan keluarga Eropa untuk keluarga pribumi priyayi.

Dalam perkembangannya, kini hantaran telah bertransformasi dalam bentuk hampers dan parsel yang memiliki kemasan lebih modern. Walau wujudnya telah berubah, Fadly mengatakan esensi serta makna hantaran tidak berubah signifikan. Isian hampers yang paling populer biasanya makanan ringan, keju, cokelat, alat ibadah, dan barang-barang suvenir lainnya yang bermanfaat

Namun pada masa sekarang, kata Fadly, telah jamak orang mengirim hantaran sebagai tanda ucapan terima kasih atau ucapan hari raya dari rekan kerja tanpa mengharap balasan atau tanpa saling bertukar. Hal tersebut terjadi seiring dengan pergeseran hantaran yang telah dikomersilkan atau dijadikan lahan bisnis. (rilis)

×
Kaba Nan Baru Update