Notification

×

Iklan

Iklan

Malin Kundang Hidupi Banyak Keluarga

17 Agustus 2023 | 22.31 WIB Last Updated 2023-08-17T15:35:18Z
Batu Malin Kundang di Air Manis (Sumber: Dokumentasi Ferdinal)



Oleh Ferdinal
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Padang

Pasbana.com - Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis adalah salah satu destinasi wisata penting di kota Padang yang tidak hanya berperan sebagai tempat hiburan tapi juga ladang hidup bagi banyak keluarga di daerah ini dan sekitarnya.

Destinasi wisata yang berlokasi di Jalan Malin Kundang, Air Manis, Kecamatan Padang Selatan, Padang, Sumbar ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana seperti toilet, kamar mandi, area parkir, area bermain, tempat istirahat, dan tempat memancing. Lokasi wisata ini mudah diakses dengan jalan kaki, kendaraan roda 2 dan 4, bahkan roda 6 menjadi salah satu incaran pengunjung yang Ingin berwisata ke pantai Air Manis.

Sebagian pengunjung menggunakan pantai ini sebagai tempat berlari, bermain bola dan kegiatan bermain lainnya. Anak-anak dengan keluarga mereka bisa bermain istana pasir, tidur dalam pasir atau bermain dengan ombak. 

Pantai Air Manis juga ditanami pohon kelapa dan pohon pelindung lainnya yang terlihat indah dan melindungi pengunjung dari sinar matahari ketika bersantai selain menggunakan pondok-pondok istirahat yang disediakan warga sekitar.

Meskipun pantai Air Manis belum bisa menandingi pantai-pantai dengan ombak besar untuk berselancar seperti di Mentawai dan Bli, sejumlah perselancar juga menggunakan pantao ini untuk melakukan kegiatan yang sama.

Sejumlah pengusaha juga menyediakan jasa para layang bagi mereka yang ingin menjajaki alam dan udaya pantai ini.

Untuk pengunjung kebanyakan, pengusaha daerah ini menyediakan jasa penyewaan motor bagi wisatawan yang ingin mengelilingi pantai sambil bersenda gurau. Pengunjung juga bisa menjejakkan kami mereka ke sebuah pulau kecil disisi barat Pantai Air Manis. Di pulau tersebut, mereka beristirahat sambil  memancing. 

Batu Malin Kundang


Keberadaan detinasi wisata Air Manis tidak terlepas dari adanya legenda Malin Kundang dengan batunya. Legenda yang mengisahkan seorang anak durhaka kepada ibunya ini menarik hati dan keinginan pengunjung untuk datang berkunjung. 

Mereka ingin secara langsung menyaksikan gundukan batu yang menyerupai seorang manusia yang sedang bersujud. Batu-batu ini menurut kepercayaan masyarakat sekitar adalah sosok si Malin Kundang beserta istri dan kru kapal serta kapalnya. 

Terlepas dari benar tidaknya kisah ini, sebagian orang percaya akan kejadiannya meskipun sebagian lagi hanya menganggapnya dongeng belaka. Yang pasti, legenda ini sudah menjadi buah bibir masyarakat nusantara bahkan dunia. Oleh karena itu, gundukan batu Malin Kundang berfungsi sebagai wisata sejarah budaya, sering dikunjungi dan dijadikan spot berfoto.

Dampak dari Wisata Batu Malin Kundang di Air Manis

“Semenjak destinasi wisata Batu Malin Kundang di pantai Air Manis dikembangkan oleh pemerintah beberapa tahun terakhir, saya dan ratusan pedagang dan masyarakat lokal dan pendatang menggantungkan hidup kepada tempat wisata ini,” ungkap Pak Uli (57), seorang pedagang asal Air Manis.   

Pak Uli dan dagagannya (Sumber: Dokumentasi Ferdinal)


Ribuan wisatawan di akhir pekan dan ratusan di hari-hari biasa datang mengunjungi tempat wisata ini serta membelanjakan uang mereka selama berada di tempat ini. Diperkirakan 500 lebih pedagang, mulai dari pedagang pakaian, aksesoris, makanan minuman dan mainan, dan penjual jasa foto amatir, tikar dan layanan istirahat melayani para wisatawan ini dan menggantungkan hidup mereka kepada destinasi wisata ini. 

Pengunjung yang tidak membawa pakaian ganti untuk bermain air maupun mandi bisa membeli pakaian di gerai pakaian di Air Manis dengan harga terjangkau. Untuk kuliner, cukup banyak warung yang menjajakan berbagai makanan dan minuman. Tak terkecuali pedagang kaki lima. Salah satu menu andalan destinasi ini adalah kelapa muda. 

Pak Uli adalah salah satu pedagang yang menyediakan kebutuhan wisatawan berupa makanan kecil selama berkunjung. Disamping berdagang, Pak Uli juga ikut memperomosikan destinasi ini kepada pengunjung dan memberikan informasi kepada mereka tentang arah, kebutuhan dan kebutuhan lainnya.

Pak Uli warga asli daerah ini setiap hari berdagang jagung, kacang rebus, telur asin, dan kacang ramang, dan umang-umang. Lelaki dengan 3 anak ini sudah 6 tahun terakhir menekuni pekerjaan ini untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya ke SMA, SMP dan SD.

“Pada hari Sabtu dan Minggu, saya bisa menjual 50 buah jagung, 30 ikat kacang ramang, 30 buah telur dan 10 gantang kacang rebus,” jelas Bapak ini.  Pada hari-hari biasa laki-laki ini bisa menjual setangah dari dagangannya pada akhitr pekan. Saya dan istri membutuhkan sekitar 5 juta untuk menanggung biaya hidup keluarga,” tuturnya. 

“Biaya hidup sehari min 200 rb ditambah dengan biaya sekolah anak-anak,” katanya. Dia mempunyai cita-cita luhur untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi dna semampu dia. “Saya menyesal dulu tidak kuliah dan kurang semangat untuk kuliah sendiri karena ekonomi orang tua kurang,” tambahnya.

Pedagang dan lapak-lapak mereka di pantai Air Manis (Sumber: Dokumentasi Ferdinal)


Dia tidak ingin perjalanan hidup yang dilaluinya terjadi juga pada anak-anaknya. Ketika sekolah dulu, dia  berjalan kaki dari Air Manis ke teluk bayur, kemudian naik bus kota ke SMEA Simpang Haru. Pulang sekolah, dia berjualan rokok. 

Setelah tamat sekolah, dia ingin masuk perguruan tinggi tapi tidak jadi. Dia bekerja menjadi seorang OB di Padang. Kemudian dia mencoba peruntungan di Jakarta dan kemudian Batam. Setelah gempa Aceh, Bapak ini menikah dan menetap di Solok dan berdagang sayur. 
Setelah beberapa tahun, Pak Uli membeli tanah di Air Manis, membuat rumat dan berjualan didepan rumah. 

Berjualan es dan bahan bangunan menjadi pilihannya. Kemudian dia membeli kendaraan untuk berdagang. Pak Uli juga membelikan motor buat anak-anaknya untuk sekolah dan berkegiatan karena belum ada kendaraan umum dari dan ke Air Manis. Setelah pulang sekolah, anak kadang-anaknya juga ikut membantu berjualan dirumah dan pantai jika dia ada halangan.

Berbeda dengan Pak Uli yang asli Air Manis, ada juga Ibu Sari (45 thn), seorang pedagang gorengan asal Alang Laweh Padang mengatakan. “Saya memperoleh antara 600-7000 ribu sehari di akhir pekan dan pada hari biasa setenganya” ucapnya. 

Ibu 4 anak yang sekolah di Paud, SD, SMP dan SMA ini bercita-cita untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, dia rela berdagang keliling di tempat-tempat keramaian seprti Pantai Air Manis ini, sementara sang suami berdagang minuman di rumah mereka di Alang Laweh.

Pedagang kecil melayani pengunjung di Pantai Air Manis (Sumber: Dokumentasi Ferdinal)


Buk Sari berdagang keliling ke tempat keramaian, termasuk kampus untuk mencari rezeki halal. “Dalam sehari jualan biasa habis bisa tidak, kalau sore jual secepatnya walaupun untuk tipis dengan tawar rendah dari pembeli,” ujarnya.

Pak Uli dan Ibu Sari hanyalah dua dari sekian ratus pedagang yang meraih rezeki dan menggantungkan hidup dan keluarga mereka kepada kehidupan wisata di Air Manis. 

Kehidupan mereka sebagiannya tergantung kepada keberlangsungan wisata batu Malin Kundang di Pantai Air Manis. Akankah harapan mereka akan terus bersinar? Mudah-mudahan.

Padang, 17 Agustus 2023
×
Kaba Nan Baru Update