Notification

×

Iklan

Iklan

Jahja Dt. Kajo: Dari Demang Padangpanjang ke Kursi Volksraad

07 Februari 2024 | 10.06 WIB Last Updated 2024-02-07T05:20:37Z
Sumber: Tropenmuseum, Amsterdam).


Pasbana - Jahja Datoek Kajo, seorang pemuka masyarakat Minangkabau yang tersohor, meniti karir gemilang di jajaran Binnenlands Bestuur (BB) Hindia Belanda. Lahir di Koto Gadang pada 1 Agustus 1874.

Jahja dibesarkan oleh mamaknya, Lanjadin Khatib Besar gelar Datoek Kajo, setelah ayahnya, Pinggir, dan ibunya, Bani, meninggal dunia.

Karier Cemerlang di Pemerintahan Hindia Belanda

Jahja memulai karirnya di BB pada tahun 1888 sebagai magang di kantor Residen Padang Darat. 

Ia kemudian menjabat sebagai juru tulis magang di Kantor Kontrolir Agam Tua (1892-1895). Pada 11 Mei 1895, Jahja menerima gelar Datoek Kajo dari kaumnya.

Kariernya terus menanjak:
  • Tuanku Laras IV Koto (1895)
  • Kepala Laras Banuhampu (1913)
  • Demang Bukittinggi (1914)
  • Demang Payakumbuh (1915-1918)
  • Demang Padangpanjang (1919-1928)

Kontroversi dan Kiprah di Volksraad


Pada tahun 1927, Jahja terpilih sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat) mewakili Sumatera Barat.

Pengangkatannya ini menuai kontroversi karena suara terbanyak dalam pemilihan jatuh kepada Loetan Datoek Rangkajo Maharadjo.

Di Volksraad, Jahja dikenal sebagai wakil rakyat yang kritis dan vokal. Ia sering membela kepentingan masyarakat Minangkabau dan konsisten menggunakan Bahasa Melayu dalam pidatonya. Keteguhannya ini membuatnya dihormati dan dicintai rakyatnya.

Jahja menjabat sebagai anggota Volksraad selama dua periode (1927-1931, 1931-1935). Pada tahun 1939, ia terpilih menjadi anggota Minangkabau Raad.

Wafat dan Warisan


Jahja Datoek Kajo wafat pada 9 November 1942 di Koto Gadang. Ia meninggalkan warisan sebagai seorang pemuka masyarakat yang berdedikasi tinggi, kritis, dan berani memperjuangkan hak rakyatnya. Makin tahu Indonesia.(*) 

Sumber:
  • Majalah Pandji Poestaka
  • Soeleiman, R. (1939). De Minangkabausche Raad. Leiden: E.J. Brill.
×
Kaba Nan Baru Update