PADANG PANJANG, pasbana —Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang, Sumatera Barat pada 26 Mei—16 Juni 2025 melakukan perjalanan literasi ke 11 kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
Kegiatan itu merupakan rangkaian perayaan usia 28 tahun komunitas yang jatuh pada 12 Mei 2025 lalu.
Pendiri sekaligus pimpinan Kuflet, Dr. Sulaiman Juned, S.S., M.Sn., mengatakan, roadshow itu bertujuan memperkuat geliat literasi di Aceh.
“Kami ingin berbagi semangat membaca, menulis, dan berkesenian dengan masyarakat Aceh. Literasi bukan hanya tentang buku, tapi juga tentang berbagai hal, dan Kuflet membawa sejumlah program,” ujar Sulaiman Juned di dampingi Muhammad Subhan di Padang Panjang, Jumat (23/5/2025).
Sebelas daerah yang akan disinggahi Kuflet dalam roadshow itu antara lain: Aceh Selatan, Aceh Barat, Aceh Besar, Banda Aceh, Pidie, Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Kota Lhokseumawe, Aceh Utara, dan Aceh Timur.
Setiap daerah memiliki kantong-kantong literasi yang menjadi fokus kegiatan Kuflet, seperti kampus, sekolah, komunitas seni, hingga taman bacaan masyarakat.
Beragam kegiatan literasi akan digelar selama roadshow tersebut, antara lain: Workshop Baca Puisi, Menulis Kreatif (puisi, cerpen, novel, esai), penulisan karya jurnalistik, kritik seni, penyutradaraan teater, monolog, serta diskusi buku.
“Kami ingin menjangkau lebih banyak kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga pegiat seni dan literasi di Aceh,” tambah Sulaiman Juned yang juga dosen teater di ISI Padang Panjang.
Sejumlah kampus, sekolah, dan komunitas di Aceh telah menyatakan kesiapan untuk berkolaborasi dengan Kuflet dalam menyukseskan kegiatan ini. Sambutan positif datang dari berbagai pihak di Aceh.
Kuflet sendiri merupakan komunitas seni yang berbasis di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Sejak didirikan lebih seperempat abad, komunitas ini aktif mengembangkan berbagai kegiatan seni, terutama di bidang teater dan sastra.
Kuflet telah dikenal luas di tingkat nasional berkat kontribusinya dalam mengembangkan seni pertunjukan dan literasi.
Adanya roadshow ini, diharapkan literasi di Aceh semakin berkembang, membuka lebih banyak ruang bagi kreativitas, dan membangun jejaring antar-komunitas di Sumatera.
“Kami percaya bahwa literasi adalah jembatan bagi perubahan. Semoga program ini dapat memberikan manfaat yang luas dan berkelanjutan bagi masyarakat Aceh,” tambah Sulaiman Juned. (*)