Notification

×

Iklan

Iklan

Dakwah di Era Kini: Saatnya Menyentuh Hati Lewat Layar Digital

11 Juli 2025 | 10:41 WIB Last Updated 2025-07-11T03:45:32Z


Pasbana - Di tengah hiruk-pikuk dunia maya, di antara tren tarian viral dan tantangan-tantangan absurd, siapa sangka ada satu gerakan sunyi tapi menginspirasi yang mulai menggeliat: dakwah digital

Ya, media sosial bukan hanya tempat curhat dan hiburan. Ia kini menjelma menjadi mimbar baru yang menjangkau lebih luas daripada sekadar mikrofon di atas mimbar masjid.

Namun, satu hal penting yang perlu digarisbawahi: dakwah digital tidak cukup hanya viral. Ia harus bernilai dan syar’i.

Mari kita lihat bagaimana media sosial bisa menjadi ladang pahala, bukan jebakan dosa.

1. Mulai dari Niat: Ngepost buat apa, sih?


Di era konten cepat saji, kita kadang lupa bahwa niat adalah fondasi segalanya. Dalam Islam, niat adalah ruh dari amal. Maka sebelum mengunggah konten dakwah, yuk cek dulu: "Apa niatku?" Ingin pamer pengetahuan, ingin ramai pengikut, atau ingin menyebar kebaikan?

Rasulullah SAW bersabda dalam hadis riwayat Muslim:
"Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya."

Bayangkan, dengan satu unggahan bermanfaat, kamu bisa ikut panen pahala dari ribuan yang membacanya.

2. Kontennya Harus Bermutu, Bukan Sekadar Ramai


Dalam jagat algoritma, konten berkualitas masih jadi raja. Tapi bermutu di sini bukan sekadar sinematik atau visual kece—lebih dari itu, harus sesuai ajaran Islam, tidak menyudutkan pihak tertentu, dan pastinya, tidak asal copas.




Konten dakwah sebaiknya bersumber dari dalil yang shahih. Seperti sabda Nabi SAW dalam HR. Muslim:
"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga."

Kontenmu bisa jadi jalan menuju surga, asal dikelola dengan ilmu, bukan sekadar semangat.


3. Sopan dalam Bahasa: Lembut itu Lebih Mengena


Tidak semua perdebatan harus dimenangkan. Tidak semua komentar nyinyir harus dibalas. Dalam berdakwah digital, sikap santun adalah kunci. Bahasa yang menyejukkan akan lebih menyentuh hati daripada nada tinggi penuh emosi.

Kebencian hanya akan menjauhkan orang dari pesan yang kita sampaikan. Sebaliknya, kelembutan bisa meruntuhkan dinding prasangka. Bukankah Nabi SAW sendiri diutus sebagai rahmat bagi semesta?


4. Pastikan Ilmunya Benar, Bukan Hoaks Bertopeng Agama


Di tengah banjir informasi, menyaring kebenaran adalah ibadah. Banyak orang tak sadar telah menyebarkan misleading content berlabel dakwah. Maka, sebelum share, pastikan validasinya.


5. Interaksi Bijak: Menjawab Netizen dengan Akhlak


Komentar tajam seringkali menguji keikhlasan kita. Tapi ingatlah, dakwah bukan adu argumen. Yahya bin Mu’adz pernah berkata,
"Lisan itu seperti gayung yang menciduk isi hati."

Cara kita menanggapi komentar mencerminkan kualitas jiwa kita. Jadi, tetap tenang, jawab dengan bijak, atau kadang… cukup diam.


6. Konsisten dan Sabar: Viral Boleh, Tapi Berkah Lebih Penting


Dakwah digital itu maraton, bukan sprint. Kadang engagement-nya sepi, views-nya kecil. Tapi jangan patah semangat. Karena dalam Islam, yang dinilai bukan seberapa viral kita, tapi seberapa ikhlas dan konsisten kita dalam menyampaikan kebenaran.

Seorang content creator dakwah seperti Ustaz Hanan Attaki atau Habib Husein Ja’far, tak langsung punya jutaan pengikut. Tapi karena konsistensi, kontennya kini jadi rujukan banyak anak muda yang ingin mengenal Islam dengan cara yang lebih membumi dan relatable.


Tips Praktis Jadi Da’i Digital Masa Kini

  • Gunakan desain menarik (bisa pakai Canva atau CapCut)
  • Upload rutin (misalnya seminggu 2x)
  • Pilih platform sesuai target (Instagram untuk gen Z, YouTube buat konten panjang, TikTok untuk short dakwah)
  • Kolaborasi dengan konten kreator lain
  • Responsif terhadap audiens

Bukan Sekadar Konten, Tapi Jalan Menuju Surga


Dakwah bukan hanya tentang menyampaikan, tapi juga tentang memperbaiki diri. Menggunakan media sosial sebagai sarana dakwah bukan hal baru, tapi memanfaatkannya dengan bijak dan sesuai syariat adalah tantangan sekaligus ladang pahala.

Jadi, saat kamu membuka ponselmu, ingat: satu klik bisa jadi amal jariyah. Satu unggahan bisa menyentuh hati seseorang. Dan satu kata bisa mengubah hidup seseorang—termasuk dirimu sendiri.

Semoga kita semua menjadi bagian dari mereka yang menyebar cahaya di tengah gelapnya dunia digital.(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update