Pasbana - Masjid adalah tempat suci yang menjadi pusat ibadah, pendidikan, serta aktivitas sosial bagi umat Islam. Namun, dalam beberapa kasus, banyak masjid hanya dibuka saat waktu shalat saja, lalu ditutup atau dikunci setelahnya.
Padahal, jika kita melihat sejarah masa Rasulullah ﷺ, masjid tidak hanya digunakan untuk shalat berjamaah, tetapi juga menjadi tempat tinggal, belajar, bermusyawarah, hingga tempat para pemuda menempa jiwa dan ilmu.
Mari kita bahas pentingnya menjaga keberadaan masjid sebagai ruang terbuka untuk semua orang, serta bagaimana masjid bisa menjadi pusat pembinaan generasi muda seperti yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ dengan Sahabat Suffah.
Masjid: Tempat Ibadah, Pembelajaran, dan Komunitas
Masjid bukan sekadar tempat untuk melaksanakan shalat lima waktu. Fungsinya jauh lebih luas, yaitu sebagai pusat pengembangan diri, tempat mengkaji agama, serta wadah silaturahmi antarumat.
Ketika masjid ditutup setelah shalat, maka potensi besar untuk menciptakan masyarakat yang religius dan berilmu pun hilang begitu saja.
Anak-anak dan remaja membutuhkan lingkungan yang mendukung mereka untuk berkembang secara spiritual. Jika masjid selalu terbuka, anak-anak bisa lebih mudah diajarkan nilai-nilai Islam sejak dini, seperti membaca Al-Quran, mempelajari doa-doa, hingga mengikuti kajian-kajian ringan bersama ustadz atau guru ngaji.
Teladan dari Sahabat Suffah
Salah satu contoh nyata betapa vitalnya peran masjid dalam kehidupan umat adalah kisah Sahabat Suffah di zaman Rasulullah ﷺ. Mereka adalah sekelompok sahabat yang tidak memiliki keluarga atau tempat tinggal tetap di Madinah.
Karena itu, mereka tinggal di sebuah serambi khusus di Masjid Nabawi yang disebut “Suffah” — sebuah bangunan sederhana yang menjadi tempat mereka menimba ilmu, beribadah, dan hidup bersama.
Rasulullah ﷺ sangat peduli kepada mereka. Beliau menyediakan makanan, mengajarkan ilmu agama, dan melibatkan mereka dalam berbagai aktivitas dakwah dan jihad. Para Sahabat Suffah menjadi barisan depan dalam penyebaran Islam dan penguatan masyarakat Muslim di Madinah.
Kisah Inspiratif:
Suatu hari, Rasulullah ﷺ bertanya kepada para sahabat, "Apakah ada di antara kalian yang memberi makan salah seorang dari Sahabat Suffah hari ini?" Ini menunjukkan betapa besar perhatian beliau terhadap mereka.
Kenyamanan dan Keadilan
Masjid yang selalu terbuka memberikan kenyamanan bagi semua lapisan masyarakat. Bagi pekerja shift malam, pelajar, atau mahasiswa yang pulang larut malam, masjid bisa menjadi tempat singgah untuk berdoa, istirahat sejenak, atau bahkan belajar.
Hal ini mencerminkan nilai keadilan karena siapa pun, tanpa batasan waktu, bisa menggunakan fasilitas masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Bayangkan seorang pemuda yang pulang dari kerja tengah malam. Dengan masjid yang tetap terbuka, ia bisa langsung menuju masjid untuk shalat Isya’ atau tahajjud, lalu membaca Al-Qur’an sejenak sebelum pulang. Suasana tenang dan damai di masjid membuat hati lebih tenteram.
Penggunaan Fasilitas secara Efektif
Masjid yang selalu terbuka memungkinkan penggunaan fasilitas secara maksimal. Ruang-ruang di dalam masjid bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan positif seperti kursus, kajian, pelatihan keterampilan, atau even komunitas. Hal ini meningkatkan partisipasi masyarakat dan memperkuat rasa kebersamaan.
Sebagai contoh, masjid bisa menjadi pusat pelatihan digital untuk pemuda, tempat belajar bahasa Arab, atau lokasi diskusi rutin tentang isu-isu umat. Dengan demikian, masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat pencerahan dan pemberdayaan umat.
Menghindari Penyalahgunaan dengan Pendekatan Bijak
Meskipun masjid harus selalu terbuka, penting untuk menjaga ketertiban dan kesucian tempat tersebut. Anak-anak yang bermain terlalu keras atau orang dewasa yang tidur sembarangan bisa diatasi dengan edukasi dan aturan yang jelas.
Beberapa masjid telah mulai menerapkan program "masjid ramah anak", di mana anak-anak diajarkan untuk bermain dengan baik dan belajar agama secara interaktif. Selain itu, penyediaan ruang khusus untuk kegiatan tertentu bisa membantu menjaga suasana tetap kondusif.
Meningkatkan Keberagaman dan Solidaritas
Masjid yang selalu terbuka juga menjadi simbol keberagaman dan solidaritas. Orang-orang dari berbagai latar belakang, termasuk non-muslim atau musafir, bisa merasa diterima dan dihormati di tempat tersebut.
Hal ini membantu memperkuat rasa persaudaraan dan saling membantu di antara anggota masyarakat.
Dengan adanya masjid yang ramah dan terbuka, masyarakat bisa lebih mudah berinteraksi dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan hidup. Ini membantu membangun komunitas yang kuat dan harmonis, di mana setiap individu merasa dihargai dan dihormati.
Masjid harus tetap terbuka untuk semua orang, tanpa batasan waktu atau kondisi tertentu. Ini bukan hanya tentang menjaga keberadaan fisik masjid, tetapi juga tentang menjaga nilai-nilai spiritual dan sosial yang menjadi inti dari keberadaan masjid itu sendiri.
Teladan Rasulullah ﷺ dengan Sahabat Suffah menjadi inspirasi bagi kita untuk menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan, pendidikan, dan pemberdayaan umat. Dengan cara ini, masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi rumah bagi semua, tempat belajar, berbagi, dan berkumpul.
Mari kita jaga keberadaan masjid sebagai tempat yang selalu terbuka dan ramah bagi semua orang. Jadikan masjid sebagai pusat pembinaan generasi muda, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ dengan Sahabat Suffah. Dengan begitu, kita bisa menciptakan generasi yang lebih religius, bijak, dan peduli terhadap sesama.
Wallahu a'lam bishawab.