Pasbana - Di tengah gempuran rutinitas dan tuntutan hidup modern, sering kali kita lupa menanyakan hal paling mendasar dalam bekerja: “Untuk siapa dan untuk apa kita bekerja?” Apakah hanya sebatas menggugurkan kewajiban? Mengejar gaji? Atau sebenarnya, ada makna yang lebih tinggi dari sekadar jam kerja dan target bulanan?
Islam—yang mengatur seluruh aspek kehidupan umatnya—memberikan jawaban yang menenangkan hati sekaligus menguatkan langkah: bekerja adalah ibadah, dan setiap langkah yang kita ambil mengandung tanggung jawab.
Bekerja Tak Sekadar Cari Uang
Dalam ajaran Islam, bekerja bukan sekadar rutinitas duniawi, tapi bagian dari pengabdian. Seperti yang tersurat dalam Surat At-Taubah ayat 105, Allah SWT berfirman:"Dan katakanlah: 'Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu pula Rasul-Nya dan orang-orang mukmin...'" (QS. At-Taubah: 105)
Ayat ini bukan hanya menyuruh kita untuk bekerja, tapi juga menyiratkan pesan: apa yang kita kerjakan akan ditinjau, dinilai, bahkan dicontoh. Maka, kualitas kerja kita adalah cerminan keimanan dan tanggung jawab kita kepada Tuhan dan sesama manusia.
Tak berhenti di situ, Surat Al-Insyirah ayat 7 juga menyiratkan dorongan untuk terus produktif:
"Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan lainnya)." (QS. Al-Insyirah: 7)
Islam menempatkan produktivitas sebagai bagian dari ibadah. Bahkan, Rasulullah SAW sendiri adalah sosok pekerja keras, sejak usia muda beliau menggembala kambing, berdagang dengan jujur, hingga menjadi pemimpin umat dengan komitmen dan integritas tinggi.
Tanggung Jawab: Tak Hanya di Dunia
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya, sekecil apapun peran kita—entah sebagai pelajar, karyawan, guru, ibu rumah tangga, atau pemimpin—semua akan dimintai pertanggungjawaban. Bukan hanya soal hasil, tapi juga niat, proses, dan dampak dari yang kita lakukan.
Belajar dari Kehidupan Sehari-hari
Di sisi lain, pelajar yang malas belajar, pegawai yang korup, atau pemimpin yang tak amanah—semuanya adalah cerminan kegagalan memahami pesan luhur ini.
Mengapa Ini Penting untuk Kita?
Ketika kita menanamkan niat bahwa bekerja adalah ibadah, maka kita akan menghadirkan kejujuran, tanggung jawab, dan profesionalisme dalam setiap langkah. Dan ketika kita sadar bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban, maka kita akan lebih bijak dalam mengambil keputusan.
Hidup Penuh Berkah Lewat Kerja yang Lillah
Bekerja keras dan bertanggung jawab bukanlah beban, tapi justru jalan untuk mendekatkan diri pada kebaikan—baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, bahkan bangsa.
Seperti kata pepatah Arab, “Man jadda wa jada” — siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil.
Jadi, mulai sekarang, yuk ubah cara pandang kita terhadap pekerjaan. Apa pun profesi kita, mari niatkan sebagai ibadah. Mari hadapi setiap tugas dengan semangat dan tanggung jawab. Karena sejatinya, kita tidak hanya bekerja untuk hidup, tapi juga bekerja untuk bekal di akhirat.(*)