Pasbana - Ketika Agustus tiba, kita tak hanya diingatkan pada bendera merah putih yang berkibar di tiang tertinggi, tapi juga pada makna terdalam dari kemerdekaan itu sendiri: sebuah tanggung jawab besar untuk menjadi manusia yang amanah—jujur, adil, dan penuh integritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Meski Proklamasi telah lama dikumandangkan, namun substansi kemerdekaan sejatinya belum selesai.
Karena merdeka bukan sekadar terbebas dari penjajahan fisik, tetapi juga bebas dari belenggu moral seperti korupsi, ketidakadilan, dan pengkhianatan terhadap tanggung jawab sosial.
Dari Mimbar Ke Hidup Nyata: Seruan Tentang Amanah
Dalam khutbah Jumat yang disampaikan di berbagai penjuru Nusantara menjelang Hari Kemerdekaan, banyak khatib menyerukan satu pesan yang sama: pentingnya menjaga amanah sebagai bentuk nyata dari pengamalan syahadat dan nasionalisme.
Firman Allah dalam QS. Al-Ahzab ayat 70–71 mengingatkan kita semua:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Dia memperbaiki amalanmu dan mengampuni dosamu. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia akan memperoleh kemenangan yang agung.”
Pesan ini bukan semata retorika religi. Ia adalah petunjuk jalan hidup yang sangat relevan dalam konteks sosial hari ini.
Amanah: Lebih dari Sekadar Janji
Dalam QS. An-Nisa ayat 58, Allah memerintahkan agar setiap amanah disampaikan kepada yang berhak. Di sini, amanah bukanlah semata urusan pribadi. Ia adalah titipan sosial—entah itu kekuasaan, jabatan, uang rakyat, hingga pelayanan publik.
Sayangnya, laporan Transparency International tahun 2024 mencatat bahwa Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia masih stagnan di angka 34 dari 100, jauh dari rata-rata global. Ini mencerminkan bahwa amanah masih menjadi PR besar bangsa ini.
"Setiap dari Kita adalah Pemimpin"
Hadis Nabi Muhammad ﷺ yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim mengatakan:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”
Ini berlaku untuk semua lapisan. Dari presiden hingga pedagang kaki lima, dari guru hingga siswa.
Tak harus jadi pejabat tinggi untuk menunjukkan integritas. Bahkan mengembalikan uang kembalian yang lebih pun adalah bentuk amanah.
Kemerdekaan Sebagai Ibadah Sosial
Mengisi kemerdekaan dengan perbuatan yang jujur, pelayanan yang tulus, dan sikap adil adalah ibadah yang tak kalah mulia dibandingkan shalat dan puasa.
Imam Ibn Qayyim dalam kitab Al-Fawā’id menulis:
“Sesungguhnya agama ini dibangun di atas amanah. Jika amanah hancur, maka hancurlah sendi-sendi agama dan dunia.”
“Sesungguhnya agama ini dibangun di atas amanah. Jika amanah hancur, maka hancurlah sendi-sendi agama dan dunia.”
Inilah mengapa bangsa yang mayoritas Muslim harus bisa membuktikan bahwa Islam bukan sekadar ritual di masjid, tetapi nilai-nilai luhur yang menjiwai ekonomi, hukum, dan tata kelola negara.
Merenung di Tengah Perayaan
Dalam suasana perayaan HUT RI, khutbah Jumat mengajak umat untuk melakukan muhasabah: Apakah kita sudah menjadi tetangga yang baik? Sudahkah menjadi warga yang taat pajak, tidak buang sampah sembarangan, tidak curang dalam berdagang?
Doa-doa yang dilantunkan pun mengandung harapan besar: agar para pemimpin diberi petunjuk, rakyat diberi kesabaran, dan negeri ini dijaga dari pengkhianatan terhadap amanah.
Tugas Kita Masih Panjang
Kemerdekaan adalah titik awal, bukan garis akhir. Sejarah telah mencatat perjuangan para pahlawan dengan darah dan air mata.
Tugas generasi kini adalah melanjutkan perjuangan itu dalam bentuk yang lebih relevan: bersikap jujur di kantor, tidak menyuap dalam urusan administratif, tidak mencuri waktu kerja, dan peduli pada mereka yang lemah.
Mereka yang menjaga amanah di tengah sistem yang bobrok adalah pahlawan masa kini.
Proklamasi Nilai-Nilai
Mari jadikan bulan kemerdekaan ini bukan sekadar rutinitas upacara dan lomba makan kerupuk. Tapi juga sebagai momen proklamasi nilai-nilai: kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan kepedulian sosial.
Karena sejatinya, Indonesia baru benar-benar merdeka jika rakyatnya bebas dari sikap culas dan pemimpinnya takut kepada Tuhan.
Seperti kata Allah dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya Allah memerintahkan (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan…” (QS. An-Nahl: 90)