Notification

×

Iklan

Iklan

Berserah Diri pada Allah, Ketika Hidup Terasa Berat

04 September 2025 | 09:42 WIB Last Updated 2025-09-04T03:15:58Z


Pasbana - Hidup tak selalu mulus. Ada kalanya kita merasa lelah, langkah terasa berat, bahkan seperti berhadapan dengan jalan buntu. 

Di titik itu, manusia biasanya sibuk mencari solusi ke sana kemari—berkonsultasi ke teman, membuka buku motivasi, atau melarikan diri ke media sosial.

Namun, sering kali kita lupa pada satu hal yang justru paling mendasar: mengangkat tangan, menundukkan hati, dan menyerahkan urusan kepada Allah.

Ada pepatah bijak dari ulama klasik yang berbunyi: Barang siapa menyerahkan urusannya kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya. Dan barang siapa dekat dengan Allah, ia tidak akan merasa resah meski dijauhi manusia.”

Kata-kata itu sederhana, tetapi menyimpan makna mendalam. Menurut psikolog klinis sekaligus penulis buku The Power of Surrender, Judith Orloff, salah satu cara manusia bisa menemukan ketenangan adalah dengan belajar menerima keterbatasan diri dan berserah pada “kekuatan yang lebih besar”. 

Dalam konteks umat Islam, itu berarti bertawakal kepada Allah.

Sejarah Islam juga menyimpan banyak teladan. Bilal bin Rabah, seorang budak yang disiksa karena keimanannya, tetap teguh menyebut “Ahad, Ahad” meski dadanya ditindih batu besar di padang pasir. 

Ia tidak meminta tolong pada manusia, melainkan menancapkan hatinya kepada Allah semata. Keteguhan itu membuatnya dikenal sebagai simbol kekuatan iman.

Al-Qur’an pun menegaskan: “Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya” (QS. Ath-Thalaq: 3). 

Ayat ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap keresahan, ada ruang untuk merasa cukup bila hati sudah percaya pada Allah.

Tentu, berserah diri bukan berarti masalah langsung lenyap. Hidup tetap berjalan dengan ujian dan tantangannya. 

Namun, orang yang dekat dengan Allah akan merasakan hal berbeda: hati lebih kuat, langkah terasa ringan, dan jiwa menjadi lebih tenang. 

Bahkan riset yang dipublikasikan dalam Journal of Religion and Health (2020) menemukan bahwa orang yang memiliki spiritualitas kuat cenderung lebih mampu menghadapi stres dan tekanan hidup.

Jadi, mungkin beban kita hari ini bukan batu besar seperti yang ditanggung Bilal, melainkan tekanan pekerjaan, persoalan keluarga, atau rasa cemas tentang masa depan. 

Pertanyaannya: sudahkah kita benar-benar menyerahkannya kepada Allah? Atau masih kita genggam erat, sambil terus dibungkus resah?

Kadang yang membuat kita lelah bukan masalah itu sendiri, melainkan cara kita menanggungnya. Dengan berserah, kita sadar bahwa kita tidak sendirian. 

Ada Allah yang mendengar, menuntun, dan mencukupkan. Dan di situlah, kita menemukan ketenangan sejati.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update