Notification

×

Iklan

Iklan

Value Investing: Strategi Tenang Mengincar Cuan Besar di Pasar Saham

07 September 2025 | 10:43 WIB Last Updated 2025-09-07T04:18:10Z


Pasbana - Di dunia investasi saham, ada dua tipe investor: mereka yang suka adrenalin tinggi dengan cuan harian, dan mereka yang lebih memilih strategi sabar demi hasil lebih besar di masa depan. 

Mari kita ulas tentang value investing.
Apakah ini strategi tercepat? Tidak.
Apakah nyaman? Tentunya. 

Karena saham hanya menjadi “secondary income” bagi sebagian orang. Pekerjaan utama tetap nomor satu, sementara saham adalah cara untuk membangun aset jangka panjang tanpa harus terikat layar monitor setiap jam.

Value Investing: Belajar dari Klub Sepak Bola


Kalau diibaratkan, value investing itu mirip dengan mengelola klub sepak bola. Keputusan membeli saham seperti membeli pemain baru: hasilnya tidak bisa langsung kelihatan.

Darwin Núñez sempat digadang-gadang jadi mesin gol, tapi justru belum konsisten di Liverpool.

Cole Palmer, yang dibuang oleh Manchester City, malah tampil cemerlang bersama Chelsea.

Viktor Gyökeres, striker anyar Arsenal, masih tanda tanya: apakah akan jadi bintang atau justru flop?

Begitu pula saham. Tidak ada yang 100% pasti. Tapi sebagai “pemilik klub bola” yang cerdas, kita bisa meningkatkan peluang sukses dengan memilih pemain—or saham—yang tepat.

Tiga Prinsip Utama Value Investing


Berikut tiga hal yang selalu saya cek sebelum membeli saham:

1. Pahami Makro Industri: “Dari Mana Uang Masuknya?”

Jangan terlalu ribet. Pertanyaan kuncinya sederhana: bagaimana perusahaan menghasilkan penjualan?

Apakah produknya masih dibutuhkan ke depan?
Apakah ada tren global yang bisa mengancam atau mendukung bisnisnya?

Contoh nyata: industri batu bara sempat melejit karena krisis energi global, tapi tren transisi energi hijau membuat investor harus berpikir ulang soal prospek jangka panjangnya. 

Sebaliknya, sektor perbankan dan digital payment justru terus berkembang seiring gaya hidup cashless.

Kalau tidak paham industri atau model bisnisnya, lebih baik skip. Sama seperti beli pemain bola: jangan asal beli hanya karena hype.

2. Governance: “Siapa yang Pegang Kendali?”

Manajemen perusahaan ibarat pelatih klub. Governance yang buruk bisa merusak segalanya.

Bayangkan ada dua depot bakmi:

Bakmi A dikelola profesional, inovatif, menjaga mutu, dan memperlakukan karyawan dengan baik.

Bakmi B dikelola one-man show, kas sering dipakai pribadi, dagangan sisa dijual lagi.

Mungkin sesaat Bakmi B untung, tapi jangka panjang jelas Bakmi A yang akan bertahan. 

Begitu juga di saham. Perusahaan dengan tata kelola yang baik lebih berpeluang bertahan dan berkembang.

3. Harga Diskon: “Murah Bukan Berarti Murahan

Harga saham itu penting, tapi bukan segalanya.
Industri mendukung ✔️
Manajemen solid ✔️
Harga beli miring ✔️

Kombinasi ini yang diincar value investor. Contoh paling legendaris: saat krisis Covid-19, saham Bank Central Asia (BBCA) sempat jatuh ke Rp4.800 (sebelum stock split). Investor yang berani masuk waktu itu kini tersenyum lebar.

Tapi, menentukan harga “diskon” itu relatif. Ada yang hanya berani beli saat IHSG turun dalam, ada yang puas dengan target 20% cuan. 

Kuncinya: jangan asal tergoda saham murah, karena bisa jadi murahan.

Kenapa Strategi Ini Relevan Sekarang?


Pasar saham Indonesia masih sangat menarik. Per 2025, kapitalisasi pasar sudah menembus Rp11.000 triliun (BEI, 2025). 

Namun volatilitas tetap tinggi—dari isu global, inflasi, hingga politik. Di tengah ketidakpastian, value investing memberi ruang lebih aman: kita tidak terjebak euforia harian, tapi fokus pada fundamental jangka panjang.

Ekonom senior Chatib Basri pernah mengatakan, Investor yang sabar dan fokus pada fundamental lebih jarang salah langkah dibanding mereka yang terlalu sibuk mengejar tren.” (Kompas, 2024).

Tips Praktis untuk Pembaca
Bagi Anda yang ingin mencoba value investing, mulailah dengan langkah sederhana:

Pilih sektor yang Anda pahami, misalnya perbankan, consumer goods, atau energi.

Baca laporan keuangan singkat: cek penjualan, laba, dan utang.

Cari tahu siapa pengelolanya—ada rekam jejak baik atau banyak kasus hukum?

Tentukan harga wajar. Jangan buru-buru masuk saat hype.

Bersabarlah. Value investing bukan sprint, melainkan maraton.

Investasi Itu Bukan Sekadar Cari Cuan


Value investing mengajarkan kita bahwa kesabaran, analisis, dan disiplin lebih penting daripada mengejar profit cepat. 

Sama seperti mengelola klub bola, keputusan tepat hari ini bisa membawa kemenangan besar di masa depan.

Kalau Anda baru mulai, jangan takut. Terus belajar, tambah literasi finansial, dan jangan ragu membaca artikel terkait strategi saham lainnya. 

Ingat, investasi terbaik bukan hanya soal cuan, tapi juga soal ketenangan dalam menjalaninya.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update