Pasbana - Kalau kamu buka aplikasi trading pagi-pagi dan layar penuh warna merah, jantung memang bisa langsung deg-degan.
Tapi tunggu dulu — bukan berarti dunia investasi kamu sedang kiamat. Dalam dunia pasar saham, koreksi adalah hal yang sangat normal.
Bahkan investor legendaris macam Warren Buffett pun bilang: “Be fearful when others are greedy, and greedy when others are fearful.”
Artinya? Saat orang lain panik jualan, bisa jadi justru kamu harus tenang — karena di situlah peluang besar sering muncul.
Nah, biar kamu gak ikut-ikutan panik dan malah bikin keputusan yang salah, yuk bahas Tips-tips yang wajib kamu pegang saat portofolio kamu lagi kebanting merah.
Hal yang Mesti Kamu Lakuin Saat Market Berdarah
1. Santai dan Pake Logika
Pasar merah bukan kiamat. Justru ini waktu yang tepat buat latihan sabar dan pakai logika.
Keputusan yang diambil dalam kondisi panik hampir selalu berujung blunder. Ingat, kamu investor — bukan penjudi yang panik pas kartunya jelek.
Tips: Coba “puasa buka portofolio” sehari dua hari. Biar pikiran adem dulu, baru analisis lagi.
2. Bersih-bersih Portofolio
Gunakan momen ini untuk evaluasi. Saham kamu isinya beneran perusahaan bagus atau cuma “ikut rame”?
Kalau fundamentalnya solid — laba tumbuh, utang sehat, bisnisnya jelas — gak ada alasan buat panik. Justru ini saat yang tepat buat nambah barang bagus di harga diskon.
Contoh: Di saat IHSG sempat terkoreksi 3% di kuartal II-2025, saham-saham blue chip seperti BBRI dan TLKM justru diperebutkan investor institusi karena valuasinya dianggap “murah.”
3. Siapkan Amunisi (Uang Dingin)
Investor bijak selalu punya “uang dingin” — dana yang gak ganggu kebutuhan harian. Gunanya? Biar bisa serok saham bagus waktu lagi murah.
Jangan sampai kamu pengen beli pas harga diskon, tapi saldo malah tipis.
Data OJK (2025): Lebih dari 70% investor ritel Indonesia belum punya dana darurat investasi. Padahal, inilah kunci bisa tahan badai di pasar modal.
4. Beli Nyicil, Jangan All-In
Tidak ada yang tahu pasti kapan harga saham mencapai titik terendah. Daripada nebak-nebak, mending pakai strategi Dollar Cost Averaging (DCA) — beli bertahap di beberapa level harga.
Hasilnya, kamu dapat harga rata-rata yang lebih efisien tanpa stres mikirin “bottom”-nya.
5. Fokus di Saham Bagus
Kalau mau tidur nyenyak meski pasar goyang, pilih saham yang bisnisnya jelas: big caps, blue chips, atau perusahaan dengan arus kas sehat. Hindari saham gorengan yang tiap hari ARB berjilid-jilid.
Contoh nyata: Saat pasar turun, saham-saham seperti UNVR dan ASII tetap dikoleksi investor asing karena fundamentalnya kuat dan dividennya rutin.
Kesalahan Fatal yang Harus Dihindari
1. Jangan Cut Loss Karena Panik
Ingat, merah di layar belum rugi beneran — baru rugi di atas kertas. Tapi begitu kamu panik dan jual di harga bawah, barulah rugi itu nyata.
Kalau kamu yakin sama fundamentalnya, sabar aja. Pasar butuh waktu buat pulih.
2. Jangan FOMO atau FUD
FOMO (Fear of Missing Out) bikin kamu beli asal-asalan. FUD (Fear, Uncertainty, Doubt) bikin kamu jual tanpa pikir panjang. Dua-duanya jebakan emosional.
Solusinya? Selalu pegang trading plan. Gunakan data, bukan perasaan.
3. Jangan Ngutang Buat Nyelam
Pakai margin atau pinjol buat nyerok saham? Bahaya! Kalau harga terus turun, kamu bukan cuma rugi modal tapi juga ketimpa utang. Pasar bisa irasional lebih lama dari kemampuanmu menahan stres.
4. Jangan Mantengin Running Trade Terus
Makin sering kamu lihat layar, makin besar kemungkinan bikin keputusan impulsif. Cek harga cukup dua kali sehari: saat pembukaan dan penutupan pasar. Sisanya? Fokus kerja, cari uang lagi buat nambah amunisi investasi.
5. Jangan Lupa Tujuan Awal
Kalau dari awal niat kamu investasi jangka panjang, kenapa panik saat koreksi mingguan? Tetap disiplin sama rencana. Jangan jadi “investor jangka panjang” pas ijo, tapi “trader panik” pas merah.
Merah Itu Belum Tentu Bencana
Pasar saham gak selalu naik, tapi sejarah menunjukkan: koreksi selalu diikuti pemulihan.
Yang sabar dan logis akan menang. Yang panik, rugi.
Jadi, saat layar portofolio kamu merah, jangan takut. Anggap saja ini musim diskon besar-besaran. Karena bagi yang siap, badai pasar bukan akhir cerita — tapi justru awal peluang baru.
(*)