Notification

×

Iklan

Iklan

Pertunjukan "Jebat" dan "Pintu" antara Ruang Persahabatan ke Ruang Pribadi di Media Sosial

12 Oktober 2025 | 13:07 WIB Last Updated 2025-10-12T06:17:23Z


Padang Panjang, pasbana — Suasana Gedung Teater Arena Mursal Esten, Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Sabtu (11/10) malam, dipenuhi semangat seni lintas negara.

Dalam acara “Gala Teater” yang dimulai pukul 20.30 WIB, dua karya teater dari Malaysia dan Indonesia tampil memukau penonton dengan kekuatan cerita dan eksplorasi artistik yang mendalam.

Koordinator Publikasi ISI Padang Panjang, Dr. Sulaiman Juned, M.Sn, menjelaskan bahwa Gala Teater merupakan ajang apresiasi dan pertukaran budaya antara seniman muda dari berbagai perguruan tinggi seni di kawasan Asia Tenggara. 



“Melalui panggung ini, kita ingin membangun jejaring kreatif dan membuka ruang bagi seniman muda untuk berekspresi serta berbagi gagasan lintas negara,” ujarnya.

Pementasan pertama berasal dari Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia dengan karya berjudul “Jebat”, disutradarai oleh Saiful Wazien. Lakon ini mengangkat kembali kisah klasik Hang Jebat, namun dengan pendekatan yang berbeda — bukan sekadar kisah pengkhianatan, melainkan tentang persahabatan yang diuji oleh kekuasaan.




“Dalam pandangan masyarakat Malaysia, Jebat sering dianggap sebagai pendurhaka. Tapi kami mencoba melihatnya dari sisi kemanusiaan dan hubungan persahabatan antara Tuah dan Jebat ketika loyalitas diuji oleh perintah Sultan,” jelas Saiful.

Ia menuturkan, naskah karya “Jebat” digarap berdasarkan tulisan Dr. Faisal Ahmad, dengan proses latihan intensif selama tiga minggu. 

“Mahasiswa kami baru kembali dari provinsi masing-masing, jadi kami berlatih cukup singkat. Namun semangat mereka luar biasa. Ke depan, saya berharap bisa menampilkan karya lain di ISI Padang Panjang dengan sentuhan tradisi Malaysia dan pendekatan modern,” tambahnya.



Penampilan kedua datang dari tuan rumah, ISI Padang Panjang, melalui karya “Pintu” arahan Yusril. Berbeda dari Jebat, pementasan ini berformat preview performance — sebuah pertunjukan eksploratif yang belum sepenuhnya rampung.

 “Ada tiga fase dalam karya ini, namun baru satu bagian yang benar-benar selesai. Kami ingin melihat bagaimana reaksi penonton, lalu memperbaikinya untuk Part 2,” ungkap Yusril.



Menurutnya, “Pintu” berangkat dari refleksi terhadap berbagai peristiwa kekerasan dan ketakutan di Indonesia, mulai dari tragedi WTC dan bom Bali hingga maraknya ancaman di ruang privat masyarakat modern.

 “Dulu kita merasa aman di dalam rumah. Sekarang, lewat media sosial, ancaman dan keresahan justru masuk ke ruang pribadi kita. Itulah gagasan besar dari Pintu,” jelasnya.

Melalui dua karya ini, Gala Teater berhasil menampilkan bukan hanya kreativitas mahasiswa seni, tetapi juga perenungan mendalam tentang nilai-nilai kemanusiaan dan realitas zaman.

 Acara ini menegaskan posisi ISI Padang Panjang sebagai ruang dialog budaya yang terus hidup dan berkembang di jantung Sumatera Barat.
(Awa/Kay/Aji)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update