Notification

×

Iklan

Iklan

“Satu Rumah Satu Hafizh” — Dari Batusangkar, Menggema di Nusantara

13 Oktober 2025 | 08:47 WIB Last Updated 2025-10-13T01:47:34Z


Tanah Datar, pasbana— Di sebuah halaman megah Istano Basa Pagaruyung, Minggu (12 Oktober 2025), gemuruh tepuk tangan dan sorak “Allahu Akbar” menyatu dengan semangat anak-anak penghafal Al-Qur’an. 

Inilah momen puncak Wakaf 1.000 Hafizh ke-10 Kabupaten Tanah Datar, yang diam-diam tengah merajut sejarah baru: “Satu Rumah Satu Hafizh.”

Program ini, yang mulai digagas sejak 2016, bukan sekadar slogan — sudah terbukti melahirkan ribuan anak penghafal Al-Qur’an. Per September 2025, Pemerintah Tanah Datar mencatat lebih dari 20.000 generasi muda yang telah menghafal Al-Qur’an melalui inisiatif ini. 

Bayangkan tiap rumah di Tanah Datar berpeluang punya seorang penghafal Qur’an. Inilah semiotik dari stiker “hafizh” yang kini terpampang di 7.221 rumah di 14 kecamatan. Tampak sederhana, tapi di baliknya ada sistem pembinaan yang matang.

Beberapa poin penting:
Ada 328 rumah tahfizh yang aktif membina anak-anak; di antaranya 179 telah terakreditasi. 

Program ini rutin menghasilkan “wisuda hafizh” setiap tahun. Untuk 2025, inilah angkatan ke-10. 

Sebagai penghargaan, pemerintah memberikan dana pembinaan ke nagari-nagari yang paling giat memasang stiker hafizh — seperti Nagari Limo Kaum, Pandai Sikek, Lubuk Jantan, dan lainnya.

Bupati Tanah Datar, Eka Putra, dalam sambutannya menyatakan bahwa program ini menjadi ciri khas Tanah Datar, bahkan “belum ada di daerah lain” dalam skala serupa. 

Menurutnya, program ini adalah jalan untuk mewujudkan Kabupaten Tafizh, sekaligus menjadi “penangkal” pengaruh negatif zaman bagi generasi muda.

Di antara peserta wisuda, ada Siti (nama samaran), bocah kelas 4 SD di Nagari Lubuk Jantan. Dia mampu menghafal 5 juz dalam setahun terakhir. “Awalnya gugup, tapi guru tahfizh sabar membimbing saya tadabur (memahami makna) juga,” ujarnya.

Guru tahfizh di nagari itu, Ustaz Ahmad, berkisah bahwa tiap minggu ia menggelar sesi hafalan sambil mengaitkannya dengan kisah keagamaan agar anak-anak merasa hafal itu “hidup.” Dia menekankan pentingnya konsistensi dan suasana yang menyenangkan.

Orang tua Siti, yang bekerja sebagai petani, menyebut bahwa stiker hafizh di rumah menjadi semacam “piagam kecil” yang selalu memotivasi sang anak.

Bupati Eka Putra mengusung visi ambisius: pada 2045, lebih dari separuh warga Tanah Datar diharapkan menjadi penghafal Al-Qur’an. Dengan target minimal 1.000 hafizh tiap tahun, program ini akan terus dipacu. 

“Program ini bukan sekadar target angka,” ujar Bapak Anton Yondra, Ketua DPRD Tanah Datar, “melainkan langkah memperkuat pondasi spiritual masyarakat.”

Lebih luas, pengalaman Tanah Datar bisa menjadi inspirasi daerah lain. Jika satu kabupaten mampu membumikan gerakan penghafal Qur’an massal, imbasnya bisa dirasakan di tingkat provinsi bahkan nasional.
(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update