Padang Panjang, pasbana – Pertunjukan monolog “The Ballad of Sumarah” membuka malam pertama Gala Teater yang digelar oleh Program Studi Seni Teater Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Jumat (10/10/2025).
Pementasan berdurasi 50 menit ini sukses menggugah emosi penonton dengan kekuatan akting tunggal dan tata artistik yang memikat.
Karya Tentrem Lestari ini disutradarai oleh Enrico Alamo, yang juga menata skenografi. Ia dibantu oleh Rajudin sebagai asisten skenografi, sementara peran utama “Sumarah” diperankan dengan apik oleh Ghea Nabila Athifa.
Tim produksi juga diperkuat oleh Jhori Andela (penata musik), Dedi Darmadi (lighting), Azizah Al Hidayati (penata kostum), serta Haikal (sett property). Visualisasi pertunjukan ditopang oleh tim mapping Fadil Ramdanus dan Taufik Mulia Siregar, serta dukungan multimedia dan dokumentasi dari Aulia Abdul Arif, Farel Valdino, dan M. Fadil Akbar.
Dalam wawancara seusai pertunjukan, sutradara Enrico Alamo mengungkapkan rasa puasnya terhadap hasil pementasan, meski tanpa gladi resik.
“Waktu latihan memang terbatas, tetapi seluruh tim bekerja dengan kompak. Saya bangga melihat bagaimana pemain dan kru, termasuk yang sedang sakit, tetap tampil total mempersembahkan sosok ‘Sumarah’ yang kuat,” ujar Enrico.
Ia menambahkan, sempat terjadi kendala teknis kecil pada bagian proyektor akibat kabel terpijak oleh penonton. Namun hal itu tidak mengurangi kekhidmatan suasana.
“Penonton yang membludak membuat ruang terasa hidup. Meski ada sedikit kendala teknis, emosi dan atmosfer pertunjukan tetap terjaga,” tambahnya.
Pertunjukan The Ballad of Sumarah menjadi magnet tersendiri bagi penonton, termasuk tamu dari luar negeri. Fey, mahasiswa dari Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan (ASWARA) Malaysia, mengaku terkesan dengan penyajian monolog versi utuh tersebut.
“Di ASWARA kami sudah tiga kali mementaskan karya ini, tetapi dalam versi potongan. Ini pertama kali saya melihat versi lengkapnya, dan sangat mengesankan,” katanya.
Sementara itu, Farah dari Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia menilai monolog ini mampu menggerakkan perasaan penonton.
“Pementasan ini begitu kuat secara emosional. Penonton seperti diajak menyelami perasaan sang tokoh utama,” ujarnya.
Pementasan ini menjadi bagian dari rangkaian Gala Teater ISI Padangpanjang, yang menampilkan berbagai karya mahasiswa dan kolaborasi dengan komunitas teater seperti Teater Sakata. Dukungan juga datang dari Tya Setiawati selaku direktur artistik dan Fauziah Laili sebagai manajer program.
Dengan kekuatan naskah, performa akting, dan konsep visual yang padu, “The Ballad of Sumarah” bukan hanya sebuah pertunjukan seni, tetapi juga refleksi mendalam tentang keteguhan dan pengorbanan perempuan dalam menghadapi realitas kehidupan.
(Kay/Aji)