Notification

×

Iklan

Iklan

Learning Phase Trading: Mengapa 18 Bulan Pertama Menjadi ‘Medan Tempur’ Terberat di Pasar Saham

06 Desember 2025 | 16:52 WIB Last Updated 2025-12-06T09:52:59Z


Pasbana - Ketika seseorang mulai belajar trading, imajinasi yang paling sering muncul adalah grafik naik tajam, cuan berlipat, dan kebebasan finansial. 

Media sosial memperkuat narasi itu: cerita sukses cepat, “profit berjuta-juta dalam hitungan minggu”, atau orang yang baru sebulan masuk market sudah bicara soal strategi tingkat dewa.

Padahal, ada fase kritis dalam dunia trading yang jarang dibicarakan—learning phase, masa 12–18 bulan pertama ketika seorang trader “dibentuk” oleh pasar. 

Fase ini menentukan apakah ia bertahan menjadi trader konsisten, atau berhenti dengan luka kehilangan modal, mental, dan motivasi.

Artikel ini membahas secara jujur realita fase belajar trading, berdasarkan pengalaman nyata seorang trader yang telah melakukan 1.075+ transaksi, memiliki Win Rate 78,8%, dan melewati fase naik turun yang tidak kecil. 

Analisis ini dipadukan dengan data industri dan perspektif para profesional di pasar modal.

Kenapa ini penting?
Agar publik, khususnya investor pemula, memahami bahwa trading bukan jalan pintas menjadi kaya, tapi arena kompetisi mental dan disiplin diri.

Realita: 70–90% Trader Pemula Rugi di Tahun Pertama


Pernyataan bahwa “kebanyakan pemula gagal” bukan mitos.

Banyak lembaga pasar modal dunia mencatat proporsi kerugian pemula di tahun pertama berada di kisaran 70–90%.
Misalnya, studi dari ESMA (European Securities and Markets Authority) menunjukkan 74–89% investor ritel rugi saat aktif trading CFD.

Di Indonesia, data resmi berbentuk riset kerugian memang sulit ditemukan secara terbuka, namun otoritas pasar modal berulang kali memperingatkan risiko tingginya day trading.

Apa penyebabnya?
Bukan karena pasar saham “kejam”.
Tapi karena pemula masuk tanpa persiapan, tanpa risk management, dan ekspektasi tidak realistis.

Bias ekspektasi inilah yang kemudian menghancurkan mental:
Banyak yang masuk market berharap kaya dalam 2 bulan, atau mengira setelah 1 tahun pasti sudah “jago”.

Padahal, dalam dunia profesional, konsistensi profit baru bisa terbentuk setelah jam terbang panjang—mengalami rugi berkali-kali, memperbaiki sistem, dan membangun disiplin.

Mengapa Tidak Semua Pengalaman Bisa Ditiru


Salah satu jebakan umum bagi pemula adalah mengidolakan hasil orang lain tanpa memahami konteksnya.

Contoh nyata: trader dalam artikel ini mengaku pernah mencetak cuan lebih dari Rp1 miliar di tahun pertama, namun ia sendiri kini menilai bahwa hal itu:
dipengaruhi beginner’s luck,
didukung oleh modal awal yang sudah besar, dan
ia sudah memiliki income dan bisnis di luar market.

Artinya, kondisi ini tidak relevan untuk mayoritas pemula yang modalnya kecil dan berharap trading jadi sumber penghasilan utama.

Ini poin penting:
Kesuksesan seseorang tidak otomatis bisa direplikasi.
Modal berbeda, psikologis berbeda, risiko berbeda.

Jika pemula mencoba meniru strategi orang yang modal besar, akibatnya sederhana: terlalu agresif, masuk posisi besar, dan habis modal lebih cepat.

Kecil Dulu Itu Rasional: Tujuan Awal Bukan Kaya, Tapi “Selamat”


Dalam fase awal, tujuan bukan mencari profit besar—tapi belajar bertahan.
Mengapa?

95% trader rugi di fase awal (angka estimasi industri global),
jadi kenapa memaksakan modal besar sejak awal?

Logika sederhana:
Jika probabilitas gagal tinggi, gunakan modal kecil untuk “membeli pengalaman”.

Contoh nyata dalam cerita:
Untuk mempelajari tombol “sell”, ia melakukan transaksi kecil tanpa analisa. Hanya berlatih: beli–jual. Rugi Rp500 ribu untuk memahami fitur.

Komentar publik waktu itu negatif: “bodoh kok dipelihara.”

Padahal, ia sedang membangun muscle memory—mengerti rasa takut, euforia, panik, dan proses teknologi trading.

Ini pelajaran penting:
Skill trading tidak lahir dari membaca teori.
Tapi dari mengalami market secara langsung.

Baru ketika data transaksi konsisten menunjukkan profit, ukuran modal bisa diperbesar. Bukan sebaliknya.

Learning Phase: Pertarungan dengan Diri Sendiri


Bagian tersulit dari trading bukan analisa grafik.
Bukan strategi entry.
Bukan stock pick.

Yang paling sulit adalah melawan diri sendiri:
  • disiplin,
  • ego,
  • kesabaran,
  • ketamakan,
  • dan kejujuran menilai kemampuan diri.

Analoginya sederhana:
Bayangkan Anda membuat aturan trading sendiri.

Aturan itu seharusnya mudah, karena Anda sendiri yang buat.

Tapi menjalankannya?
Justru jauh lebih sulit.

Inilah sebabnya:
Trading bukan how to beat the market.
Tapi how to beat yourself.

Fase ini disebut banyak profesional sebagai “me vs me”, karena pada akhirnya, tidak ada lawan—yang ada hanya emosi personal.

Tips Praktis untuk Melewati Fase Pembelajaran


Berikut panduan realistis untuk pemula agar tidak “habis” sebelum berkembang:

A. Pakai Modal Kecil
Tentukan modal belajar.
Anggap rugi sebagai “uang kuliah”.
Jangan pinjam uang.

B. Prioritaskan Risk Management
Maksimal risiko per transaksi 1–2%.
Pakai stop-loss.
Pahami volatilitas saham yang dipilih.

C. Ulangi Satu Metode yang Konsisten
Alih-alih mencoba 10 strategi sekaligus:
pilih 1 metode,
uji selama 50–100 trade,
evaluasi,
baru naik level.

D. Fokus pada Data, Bukan Feeling
Catat trade journal,
hitung Win Rate,
hitung Risk-Reward Ratio,
analisis kesalahan.

E. Jangan Minta “Stock Pick”
Trader profesional jarang memberikan rekomendasi spontan.
Mengapa? Karena:
jawaban benar → tidak ada yang memuji,
jawaban salah → dianggap menyesatkan.

Bahkan strategi terbaik pun tidak cocok untuk semua orang—psikologi berbeda, modal berbeda, tujuan berbeda.

Pelan-Pelan, Semua Akan “Nyambung Sendiri”


18 bulan pertama di market adalah fase paling emosional dalam perjalanan seorang trader. Fase ini mengajari satu hal penting:
Trading itu personal, bukan kompetisi.
Bukan adu hebat dengan market.
Bukan adu cepat kaya.
Bukan balapan mengejar profit trader lain.

Jika kamu merasa perjalananmu berat, bingung, ragu, dan sering kesal pada diri sendiri—itu normal.

Artinya kamu sedang berada di fase yang tepat.
Fokus belajar, sabar, dan tetap lapar mencari ilmu.(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update