Notification

×

Iklan

Iklan

Pandemi Covid-19 dan Konsepsi Pendidikan Berkemajuan

09 Juni 2020 | 13.35 WIB Last Updated 2020-06-09T06:36:06Z
Oleh : Adrul Nafis


Pasbana.com -- Jika melihat ke masa lalu, generasi bangsa yang sekarang mungkin telah berusia 30 tahunan ke atas, memiliki tingkat kepedulian yang berbeda dengan generasi sesudahnya. Hubungan yang terbangun diantara mereka sungguh mengesankan. 

Demikian juga hubungan mereka dengan orang yang secara umur berada di atas maupun di bawah mereka dan lingkungan sekitarnya. Berbanding terbalik dengan kondisi hari ini di mana generasi muda hidup dengan lingkungan mereka sendiri. kepedulian mereka terbangun kalau sekiranya sesuatu itu memiliki manfaat bagi mereka. 

Tanpa di sadari, pragmatisme berkembang menjadi keresahan bagi banyak orang, tidak terkecuali bagi orang tua, guru, dan orang-orang di dalam masyarakatnya. Banyak orang tua, guru, dan tokoh masyarakat mengeluh melihat ketidak pedulian para peserta didik terhadap lingkungan sekitar mereka. Sikap acuh, sombong dan tidak menghargai menjadi warna yang dominan ditampilkan oleh generasi bangsa yang konon katanya telah terdidik ini. 

Kondisi ini menjadi paradoks di tengah-tengah harapan banyak orang tua, masyarakat dan bahkan negara akan peserta didik yang mampu memberikan perubahan dan kontribusi bagi persoalan sosial yang dialami masyarakatnya bukan malah semakin menambah beban permasalahan yang telah ada.

Keresahan ini telah jauh-jauh hari menjadi perhatian dari Paulo Freire, tokoh pendidikan terkemuka abad ini. Bagi Paulo Freire sangat kondisi yang terjadi ini memiliki pertalian erat dengan konsep pendidikan yang memberikan penyadaran terhadap kelompok yang tertindas untuk bisa memahami ketertindasannya dan berupaya menghilangkan ketertindasannya tersebut. 

Ketertindasan tersebut salah satunya disebabkan oleh tidak adanya pemahaman anggota masyarakat terhadap permasalahan yang dihadapinya. Maka penyadaran akan nasib dan penyadaran terhadap potensi yang terdapat pada seseorang merupakan tujuan dari proses pendidikan penyadaran Freire. 

Proses penyadaran akan selalu ada dan merupakan proses yang sehati (inhern) dalam keseluruhan proses pendidikan itu sendiri. Proses penyadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan.

Untuk sampai pada proses penyadaran tersebut, hal pertama yang dapat dilakukan adalah pentingnya pengetahuan mengenai masyarakat lokal. Dari pengetahuan terhadap masyarakat lokal akan lingkungan sosial peserta didik akan belajar melakukan sesuatu, berkerja sama, menghubungkan antara teori dan praktik, dan memulai suatu pengetahuan yang lama-kelamaan peserta didik akan mengenal lingkungannya. 

Inilah Child Centered yang lama-kelamaan peserta didik akan mengenal lingkungannya yang tertindas dan melakukan perubahan terhadapnya seperti dalam masyarakat Brazil pada waktu itu.

Kondisi ini sangat relevan dengan keadaan kita hari ini. Perjuangan yang telah dilakukan oleh Paulo Freire hendaknya menjadi momentum bagi kita untuk mulai melakukan hal yang sama. Salah satunya adalah dengan memulai proses pembelajaran yang membangun kesadaran peserta didik terhadap kondisi lingkungannya dan berupaya sekuat tenaga untuk merubah kondisi tersebut. Proses pembelajaran selama ini telah banyak menyita waktu anak untuk berkegiatan di sekolahnya. Aktifitas anak bersama dengan keularga dan lingkungan masyarakat justru semakin sedikit. 

Keadaan seperti ini, seperti yang pernah di katakana oleh Darmaningtyas semakin memperpanjang rantai kemiskinan di mana anak-anak yang diharapkan akan menjadi kebangaan mereka tidak bisa melepaskan diri dari belenggu yang selama ini menghantuinya. Realita sosial yang selama ini menjadi masalah tidak bisa dipahaminya. Lambat laun, bukannya meneyelesaikan masalah, tetapi malah semakin menambah terhadap persoalan yang telah ada. Seyogyanya, di tengah pandemi Covid 19 ini menjadi harapan sekaligus kesempatan yang baik untuk mencoba melaksanakan konsepsi pembelajaran ini.

Pembelajaran hari ini yang dikemas secara online dapat dikreasikan melalui penugasan kepada peserta didik yang mendekatkannya dengan lingkungan sekitarnya. Aktifitas anak yang sibuk dengan sumber belajar dan LKS dapat dikolaborasikan dengan situasi di lapangan, sehingga terbangun jalinan antara teori dan praktek yang semkin menambah khazanah pemikiran peserta didik sekaligus penghargaan terhadap sumber belajar di sekitarnya. 

Jalinan kerja sama ini diharapkan mampu mengembangkan sikap penghargaan dari diri peserta didik terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam proses belajarnya. Bisa kepada orang tua, tokoh masyarakat, alim ulama, ketua adat, dan lingkungan alamnya. Keadaan ini diharapkan juga menjadi sarana bagi orang-orang terdekat dari peserta didik untuk mengajarkan nilai-nilai luhur yang selama ini dimiliki oleh kebudayaan tempatnya tumbuh dan berkembang.

Pengenalan anak yang terus dibangun antara dirinya dan lingkungannya akan menjadi langkah awal bagi terbangunnya keterikatan antara anak dengan lingkungannya. Keterikatan ini akan senantiasa menjadi pedoman bagi anak dalam perjalanan pendidikannya kedepan. 

Sikap yang menghargai serta tingkat kepedulian dalam diri anak akan senantiasa mejadi bahan renungan bagi peserta didik kedepannya untuk senantiasa dapat berkontribusi memecahkan setiap problema yang dialami oleh lingkungan sekitarnya.


×
Kaba Nan Baru Update