Notification

×

Iklan

Iklan

Ayo Tangkal DBD Dimusim Penghujan !

25 Juli 2022 | 13.05 WIB Last Updated 2022-07-25T06:06:33Z
Foto: Pexels


pasbana -  Kala musim hujan tiba, maka kewaspadaan kita terhadap  penyakit demam berdarah dengue (DBD) sebaiknya perlu ditingkatkan, terutama kepada anak-anak sebagai kelompok rentan. DBD adalah penyakit yang cenderung meningkat selama musim hujan. 


Sebab, pada musim hujan ada banyak bermunculan genangan air tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti pembawa virus dengue.

Perlu diketahui, tanda-tanda DBD dapat berupa demam tinggi mendadak berketerusan, nyeri atau pegal-pegal pada otot dan sendi, nyeri di belakang mata, serta wajah memerah dan muncul bintik-bintik di kulit. Lebih lanjut, pada anak, tanda-tanda DBD juga dapat berupa kondisi lemah, mual-mual dan muntah, serta pegal-pegal.

Spektrum DBD dimulai dari yang ringan tanpa gelaja, kemudian DBD dengan gejala demam, sampai dengan yang dinamakan dengue shock syndrome (DSS) dan dapat menyebabkan kematian.

Kasus penyakit demam berdarah (DBD) di Indonesia meningkat signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Hingga pertengahan Juni lalu, Kementerian Kesehatan melaporkan ada sekitar 45 ribu kasus, dengan kematian akibat DBD lebih dari 430 kasus. Lampung, Jawa Barat dan Yogyakarta merupakan daerah yang paling banyak melaporkan kasus DBD.

Indonesia telah mengalami wabah demam berdarah beberapa kali yakni pada 1973, 1988, 1998, 2007 dan 2010. Dengan demikian, kita memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup memadai untuk mencegah penyakit ini menyebar lebih luas dan mengobatinya segera saat telah terkena penyakit ini.

Setidaknya ada dua hal yang perlu kita pahami dalam kaitan demam berdarah agar kita bisa mencegah dan mengobatinya saat terkena penyakit ini. 

Pertama, penyakit ditularkan oleh nyamuk (vektornya adalah Aedes aegypti betina) dari satu orang ke orang lain. Kedua, ada proses perjalanan penyakit yang melibatkan fase dan risiko yang berbeda pada perjalanan penyakit ini.

Ketika seseorang punya indikasi demam berdarah, WHO memperkenalkan suatu pendekatan warning signAda beberapa gejala yang dapat dikenali secara dini sebelum seseorang jatuh pada kondisi yang berat. Indikasinya, antara lain adanya gangguan organ seperti gangguan fungsi hati yang berat, tidak sadar, adanya perdarahan secara tiba-tiba (seperti mimisan), dan penurunan kadar trombosit secara cepat. Bila tanda-tanda tersebut muncul, dokter perlu meningkatkan kewaspadaan dalam merawat pasien.

Di level pencegahan, menjaga kebersihan lingkungan dengan konsep 3M plus (menguras, menutup, dan mengubur wadah air yang mendukung siklus hidup nyamuk, plus memakai obat nyamuk dan tidak menggantung pakaian yang bisa jadi rumah nyamuk) merupakan konsep yang sudah terkenal. Kita perlu meningkatkan upaya-upaya ini.

Di level nyamuknya, telah ada riset dan eksperimen memasukkan Wolbachia bakteri yang dapat menghentikan kemampuan virus dengue untuk bertahan dalam tubuh nyamuk—ke dalam nyamuk Aedes aegypti sehingga nyamuk tidak bisa mentransfer virus demam berdarah ke manusia. 

Proyek yang sudah diujicobakan di Yogyakarta ini perlu diperluas agar bisa mengurangi risiko demam berdarah. Pemerintah perlu berinovasi untuk menyusun kebijakan yang lebih efektif mencegah “penyakit tahunan” demam berdarah.

Kondisi iklim, lingkungan yang tidak bersih, pemukiman perkotaan yang tidak terencana, dan urbanisasi yang cepat dapat menyebabkan peningkatan perkembangbiakan nyamuk, terutama di daerah perkotaan dan semi perkotaan.

Untuk mencegah infeksi demam berdarah, seseorang sebetulnya bisa mendapatkan vaksin. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia menekankan bahwa vaksin itu sendiri bukanlah alat yang efektif untuk mengurangi demam berdarah di daerah-daerah di mana penyakit itu sering terjadi. Pencegahan gigitan nyamuk dan pengendalian populasi nyamuk masih menjadi metode utama untuk mencegah penyebaran demam berdarah.(*)
×
Kaba Nan Baru Update