Pasbana - Di balik setiap klik tombol “Buy” atau “Sell” di pasar saham, ada satu pertanyaan mendasar yang sering luput disadari oleh para trader:
Apa sebenarnya tujuan saya trading?
Apa sebenarnya tujuan saya trading?
Pertanyaan sederhana ini ternyata bisa menjadi penentu arah perjalanan finansial seseorang. Sebab, tujuan bukan sekadar motivasi awal, melainkan fondasi cara berpikir, cara merespons risiko, hingga cara menilai hasil.
Dalam praktiknya, ada dua tujuan yang kerap bertabrakan: trading sebagai taruhan dan trading sebagai proses pertumbuhan.
1. Trading Sebagai Taruhan: Cepat Kaya, Cepat Habis
Banyak orang masuk ke pasar modal dengan mentalitas “taruhan”. Harapannya jelas: cepat cuan, cepat kaya.
Setiap profit dipandang sebagai kemenangan, sementara setiap kerugian dianggap kekalahan.
Setiap profit dipandang sebagai kemenangan, sementara setiap kerugian dianggap kekalahan.
Ciri-ciri trader dengan mindset ini antara lain:
Fokus pada nominal ketimbang persentase pertumbuhan.
Mudah overtrading alias terlalu sering membuka posisi tanpa perhitungan matang.
Rentan terbawa emosi, dari euforia berlebihan saat untung hingga penyesalan mendalam saat rugi.
Tergoda oleh rumor pasar atau sinyal instan, tanpa analisis mendalam.
Tak jarang, trader dengan mindset bertaruh memang sempat meraih keuntungan besar di awal.
Namun, karena tidak memiliki sistem yang kokoh, modal bisa cepat terkuras.
Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2024 menunjukkan, lebih dari 70% investor ritel aktif mengalami kerugian dalam tahun pertama mereka, sebagian besar karena faktor psikologis dan minim strategi.
2. Trading Sebagai Proses Bertumbuh: Konsistensi Lebih Penting
Berbeda halnya dengan trader yang memandang trading sebagai proses pertumbuhan. Mereka tidak terobsesi pada nominal, melainkan pada persentase pertumbuhan modal.
Karakteristik mindset bertumbuh antara lain:
Menganggap kerugian sebagai data pembelajaran, bukan drama emosional.
Fokus pada konsistensi kecil yang terukur, bukan jackpot besar sesaat.
Menyusun strategi dengan disiplin, mulai dari money management hingga manajemen risiko.
Sadar bahwa modal terbesar bukan hanya uang, tapi juga mentalitas.
Seperti yang diungkapkan oleh Lo Kheng Hong, investor kawakan Indonesia, “Kunci sukses bukan seberapa besar keuntungan yang kita dapat dalam satu transaksi, tetapi bagaimana kita bisa menjaga modal tetap tumbuh dalam jangka panjang.”
Mindset bertumbuh memang terasa lambat, tapi justru itulah yang membangun ketahanan psikologis dan finansial.
3. Dampak Jangka Panjang: Mana yang Lebih Untung?
Mindset Taruhan → cepat menghasilkan, tapi cepat pula kehilangan. Trader mudah “terbakar” dalam jangka menengah-panjang.
Mindset Pertumbuhan → lambat di awal, tapi membangun fondasi yang kokoh. Trader lebih tahan menghadapi berbagai kondisi pasar.
Contoh nyata dapat dilihat pada tren pasar saham Indonesia tahun 2023–2024. Banyak saham LQ45 yang sempat anjlok tajam karena tekanan global.
Trader dengan pola bertaruh panik menjual di harga dasar, sementara trader dengan pola bertumbuh mampu bertahan, bahkan memanfaatkan momentum untuk akumulasi dengan sabar.
4. Refleksi untuk Trader: Anda Bertaruh atau Bertumbuh?
Sebelum membuka posisi berikutnya, cobalah bertanya pada diri sendiri:
Apakah saya mengejar sensasi cepat kaya, atau saya sedang membangun konsistensi jangka panjang?
Apakah saya fokus pada nominal hari ini, atau pertumbuhan modal dalam 5–10 tahun ke depan?
Apakah saya berlari mengejar market, atau justru sedang “menari tango” dengan ritmenya?
Trading sejatinya bukan lomba adu cepat, melainkan tarian panjang dengan pasar. Dan sebagaimana tango, keindahannya terletak pada sinkronisasi, ritme, dan kesadaran penuh di setiap langkah.
5. Tips Praktis: Membangun Mindset Bertumbuh
Untuk membantu masyarakat luas, berikut beberapa langkah sederhana:
Tetapkan tujuan realistis: fokus pada pertumbuhan 10–20% per tahun lebih sehat ketimbang mengejar 100% dalam sebulan.
Gunakan money management: batasi risiko tiap transaksi maksimal 2–3% dari modal.
Catat setiap transaksi: jadikan sebagai bahan evaluasi, bukan sekadar angka untung-rugi.
Pisahkan emosi dari keputusan: disiplin pada rencana trading lebih penting daripada menuruti intuisi sesaat.
Terus belajar: ikuti literasi finansial, baca analisis pasar, dan jangan segan berkonsultasi dengan mentor atau komunitas.
Pada akhirnya, tujuan trading akan sangat menentukan arah perjalanan Anda di pasar modal. Apakah hanya sekadar bertaruh demi sensasi jangka pendek, atau benar-benar membangun pertumbuhan finansial jangka panjang.
Pasar modal adalah tempat penuh peluang, tetapi hanya mereka yang memiliki mentalitas bertumbuh yang bisa menikmati hasilnya dalam jangka panjang.
Mari tingkatkan literasi finansial kita, bukan hanya agar lebih cerdas dalam trading, tetapi juga lebih bijak dalam mengelola masa depan.
(*)