Notification

×

Iklan

Iklan

Ferry Herdianto: Musik Adalah Jiwa yang Menghidupkan Teater

11 Oktober 2025 | 17:33 WIB Last Updated 2025-10-11T10:33:22Z


Padang Panjang, pasbana – Musik tidak sekadar pelengkap dalam pementasan teater. Ia adalah napas yang memberi kehidupan pada setiap adegan.

Pandangan itu disampaikan Ferry Herdianto, S.Sn., M.Sn., komposer musik sekaligus mantan Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Padang Panjang, dalam diskusi bertajuk “Musik Teater dalam Ruang Teatrikal” yang digelar Komunitas Seni Kuflet di Sekretariat komunitas tersebut, Sabtu (11/10/2025).

Diskusi rutin itu dihadiri oleh sejumlah pelaku seni muda dan mahasiswa, dengan Windi bertindak sebagai moderator. Ketua Harian Kuflet, Nofal Dwi Saputra, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut menjadi wadah berbagi pengetahuan sekaligus memperkaya wawasan tentang peran musik dalam seni pertunjukan.



Dalam paparannya, Ferry menekankan bahwa musik memiliki fungsi penting dalam membangun karakter dan suasana pementasan. 

“Musik dalam teater berfungsi sebagai pendukung karakter, pembangun suasana, dan penguat emosi. Ia menghidupkan adegan dan membantu penonton merasakan makna yang ingin disampaikan,” ujarnya.

Menurut Ferry, seorang sutradara atau penggarap teater perlu memahami bagaimana musik bekerja secara dramaturgis. “Musik bukan sekadar hiasan, melainkan bagian integral dari struktur pertunjukan. Ia bisa menjadi simbol identitas dan pembentuk karakter,” jelasnya.

Diskusi semakin interaktif ketika para peserta mengajukan berbagai pertanyaan. Windi, salah satu peserta, menanyakan peran musik dalam konten audiovisual seperti film dokumenter. Ferry menjawab bahwa musik sangat berpengaruh dalam menyampaikan pesan emosional. Namun ia mengingatkan pentingnya etika penggunaan karya. 

“Jangan menggunakan musik berhak cipta tanpa izin. Lebih baik menciptakan musik sendiri atau menggunakan musik bebas lisensi,” tegasnya.

Pertanyaan lain datang dari Teuku Avaruk mengenai boleh tidaknya menggunakan musik orang lain yang dimodifikasi dalam pertunjukan teater. Ferry menilai hal itu masih bisa ditoleransi untuk pementasan kecil, tetapi tidak untuk skala besar. 

“Jika pertunjukan berskala nasional atau internasional, penggunaan musik tanpa izin bisa menjadi pelanggaran hak cipta. Sebaiknya buat musik orisinal agar lebih sesuai dan aman,” katanya.




Menariknya, diskusi turut membahas konsep “diam” dalam musik. Soeryadarma Isman menanyakan maknanya, dan Ferry menjelaskan bahwa jeda atau keheningan justru memberi kehidupan pada komposisi. “Diam itu tanda. Tanpa jeda, musik akan terasa monoton,” ujarnya.

Ferry juga memaparkan tiga kategori utama musik dalam teater, yakni musik pengiring, musik tema atau motif, serta musik instrumental. Ketiganya, kata dia, berperan penting dalam memperkuat nuansa dramatik pertunjukan. “Musik bukan sekadar latar, tetapi jiwa yang menghidupkan teater,” pungkasnya.

Diskusi tersebut menegaskan kembali bahwa seni pertunjukan tidak bisa dipisahkan dari kekuatan musikal. Melalui musik, teater menemukan kedalaman rasa, keutuhan makna, dan daya hidup yang sesungguhnya.
(Farhan)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update