Notification

×

Iklan

Iklan

Perempuan Yang Berdaya Namun Terbatas Dalam Pride And Prejudice Karya Jane Austen

09 Oktober 2025 | 19:25 WIB Last Updated 2025-10-10T04:04:29Z


Ditulis oleh: Keisya Davina Rizal.

Pasbana - Dalam novel klasik karya Jane Austen yang diterbitkan pada tahun 1813, Pride and Prejudice, yang berlatar di Inggris pada masa Regency, kisah Elizabeth Bennet dan saudara-saudaranya mengeksplorasi tema pernikahan, kelas sosial, dan harapan masyarakat. 

Austen menggunakan tema-tema ini untuk mengkritik peran gender yang ketat pada masa itu, yang membatasi peluang perempuan untuk mandiri. Hukum seperti primogeniture mencegah anak perempuan mewarisi harta keluarga, sehingga banyak perempuan terpaksa mengandalkan pernikahan demi keamanan hidup. 

Melalui berbagai karakter perempuan, Austen menunjukkan bagaimana perempuan menghadapi tekanan ini dengan cara yang berbeda-beda.

Jane Austen adalah seorang penulis pelopor pada masa ketika perempuan memiliki hak hukum dan pendidikan yang sangat terbatas. Perempuan sering kali harus mengandalkan pernikahan yang menguntungkan secara finansial, karena mereka tidak dapat memiliki properti atas nama sendiri. 

Elizabeth Bennet, tokoh utama yang cerdas dan tajam, menolak lamaran pernikahan tanpa cinta dari Tuan Collins yang kaya. Ia lebih menghargai rasa saling menghormati daripada status sosial, yang menjadi inti dari konflik utama dalam novel ini.

Sebaliknya, Jane, kakak perempuan Elizabeth, menunjukkan ketaatan yang tenang dan sifat feminin tradisional. Jane bersikap lembut dan sabar dalam membangun hubungan dengan Tuan Bingley yang kaya. Sementara Jane mengikuti harapan sosial, Elizabeth 
tampil lebih mandiri dan percaya diri. Ketika Elizabeth berkata, "I am only determined to act in the way which, in my own opinion, will make for my happiness, without any regard for you," ia menegaskan haknya untuk memilih masa depannya sendiri, sekaligus menantang ekspektasi masyarakat.

Lydia, adik bungsu keluarga Bennet, secara skandalous melarikan diri bersama 
Perwira Wickham, yang menunjukkan konsekuensi serius dari melanggar norma sosial. 

Tindakannya hampir menghancurkan reputasi dan masa depan keluarganya, karena perilaku semacam itu dapat menghancurkan peluang seorang perempuan untuk menikah dan  dihormati. 



Karakter-karakter dalam karya Austen mencerminkan kehidupan kelas menengah di Inggris awal abad ke-19, yang memperlihatkan bagaimana kelas sosial dan gender membatasi pilihan hidup perempuan, sering kali memaksa mereka untuk menikah atau bergantung pada orang lain.

Di luar keluarga Bennet, karakter bangsawan seperti Lady Catherine de Bourgh menambahkan lapisan lain dalam kritik sosial Austen. Meskipun memiliki kekuasaan karena kekayaan dan statusnya, Lady Catherine tetap terikat pada sistem yang menuntut aturan dan tradisi yang ketat. 

Usahanya untuk mengendalikan pilihan Elizabeth menunjukkan bagaimana perempuan kelas atas memengaruhi orang lain, sering kali melalui pernikahan. Dengan menghadirkan berbagai karakter—dari kemandirian Elizabeth hingga 
kecerobohan Lydia—Austen mengkritik masyarakat yang menilai perempuan terutama dari peluang mereka untuk menikah. 

Hal ini terasa sangat tidak adil ketika harta warisan, seperti milik keluarga Bennet, justru jatuh ke tangan kerabat laki-laki karena hukum waris.

Melampaui zamannya, Pride and Prejudice juga memiliki tema yang serupa dengan 
Sense and Sensibility (1811), di mana para saudari menghadapi kesulitan keuangan setelah ayah mereka meninggal. Bahkan hingga hari ini, perempuan masih menghadapi tantangan seperti kesenjangan upah dan glass ceiling (batas tak terlihat dalam karier). 

Data global menunjukkan bahwa perempuan hanya menghasilkan 77% dari pendapatan laki-laki untuk pekerjaan yang setara. Cerita-cerita Austen mendorong pembacanya untuk terus memperjuangkan kesetaraan. 

Akankah Anda membiarkan pesan abadi Austen menginspirasi Anda untuk menantang hambatan-hambatan yang masih ada dalam masyarakat?
(*)


Daftar Pustaka
Austen, J. (1813). Pride and Prejudice. T. Egerton. (Edisi asli; kutipan diambil dari Bab 20. 

Teks lengkap tersedia gratis di Project Gutenberg: https://www.gutenberg.org/ebooks/1342)
Austen, J. (1811). Sense and Sensibility. T. Egerton. (Edisi asli; digunakan untuk 
perbandingan tema tentang kesulitan keuangan perempuan. Teks lengkap tersedia di Project Gutenberg: https://www.gutenberg.org/ebooks/161)

World Economic Forum. (2023). 

Global Gender Gap Report 2023. 
https://www.weforum.org/publications/global-gender-gap-report-2023/

(Data kesenjangan upah global: Perempuan menghasilkan sekitar 77% dari pendapatan laki-laki untuk pekerjaan yang setara, hlm. 12–15.)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update