Pasbana - Pernah mendengar istilah “Bandar” di pasar saham? Bukan berarti pelaku ilegal seperti dalam film kriminal, tapi istilah yang merujuk pada pihak besar — bisa institusi, dana besar, atau market maker — yang punya cukup kekuatan modal untuk “menggerakkan” harga saham.
Banyak trader ritel sering kali terseret arus permainan mereka tanpa sadar. Tapi, tahukah kamu bahwa justru ada dua kondisi pasar di mana si “Bandar” ini tak punya banyak pilihan selain bermain jujur?
Ada dua momen emas untuk masuk ke pasar dengan peluang cuan hingga 80%, tanpa tipu-tipu dan jebakan:
Saat terbentuk Bullish Divergence
Ketika saham mengalami Sideways berkepanjangan
Ketika saham mengalami Sideways berkepanjangan
Mari kita kupas dengan gaya yang sederhana tapi tajam — agar kamu bisa memahami logika di baliknya dan tak lagi jadi korban “skenario pasar”.
1. Bullish Divergence: Saat Bandar Mulai Kelelahan
Apa itu Bullish Divergence?
Secara sederhana, ini adalah kondisi di mana harga saham terus turun, tetapi indikator teknikal (seperti RSI atau MACD) justru menunjukkan tanda penguatan.
Artinya, tekanan jual mulai melemah — dan diam-diam mulai ada yang membeli di bawah.
Pada fase ini “Bandar sudah tidak punya barang lagi.” Maksudnya, mereka sudah menjual sebagian besar saham di harga tinggi sebelumnya. Ketika harga terjun terlalu dalam, satu-satunya cara mereka bisa masuk lagi adalah dengan mengakumulasi di harga murah.
“Kalau mau beli besar, pasti kelihatan dari volume. Dan biasanya volume besar di dasar itu bukan manipulasi,” katanya.
Manipulasi seperti wash trading — yakni mempermainkan volume transaksi agar terlihat ramai padahal tidak nyata — justru lebih sering terjadi saat harga sudah naik atau breakout. Tujuannya jelas: memancing minat ritel agar ikut beli di harga tinggi.
Dengan kata lain, saat kamu melihat bullish divergence di grafik dan volume mulai meningkat, itu bisa jadi tanda akumulasi nyata, bukan jebakan.
2. Sideways Berkepanjangan: Fase Akumulasi Diam-Diam
Kondisi kedua yang disarankan adalah saham yang bergerak mendatar (sideways) dalam waktu lama.
Fase ini sering membuat trader ritel bosan — karena harga seolah “diam di tempat.” Tapi bagi pemain besar, inilah waktu terbaik untuk mengumpulkan saham secara perlahan tanpa menimbulkan kecurigaan pasar.
Bandar tidak ingin terlihat sedang “memborong”, karena jika harga tiba-tiba melonjak, ritel akan ikut masuk, dan itu justru menyulitkan mereka. Maka, mereka menahan harga dalam rentang tertentu sambil “mencicil beli” dari waktu ke waktu.
Itulah sebabnya, fase sideways panjang justru jarang dimanipulasi. Harga stabil karena memang sedang ada proses re-akumulasi. Dan ketika proses itu selesai, biasanya pasar akan bergerak ke fase berikutnya — naik.
3. Kapan Waktu Tepat untuk Masuk?
Kedua kondisi di atas — bullish divergence dan sideways panjang — bisa dibilang sebagai “zona aman” untuk mulai masuk ke saham.
Tapi tentu, tak bisa sembarangan.
Berikut beberapa tips praktis yang bisa kamu lakukan:
Berikut beberapa tips praktis yang bisa kamu lakukan:
Cicil beli (averaging in): Jangan langsung masuk besar. Gunakan strategi bertahap sambil konfirmasi arah harga.
DYOR (Do Your Own Research): Cek fundamental dan berita emiten. Jangan hanya terpaku pada grafik.
Perhatikan volume: Volume besar di dasar harga sering jadi sinyal awal pergerakan baru.
Sabar: Fase sideways bisa berlangsung lama. Tapi justru di situlah peluang cuan terbentuk.
Metode ini diklaim punya win rate hingga 80%, asalkan dilakukan disiplin dan sabar.
4. Hindari Jebakan “Breakout Palsu”
Banyak trader ritel terbuai dengan saham yang “baru saja breakout”. Padahal, sering kali di situlah Bandar sedang “jualan barang”.
Saat harga melonjak dan volume tiba-tiba meledak, bisa jadi itu bukan tanda kuatnya pasar — melainkan momen distribusi, ketika pemain besar melepas saham mereka ke publik.
Itu sebabnya, memahami fase akumulasi jauh lebih penting ketimbang mengejar harga yang sudah terbang.
5. Intinya: Masuklah Saat Bandar Tak Punya Pilihan
Logika sederhananya seperti ini:
Kalau Bandar sudah kehabisan barang, maka dia akan beli kembali. Kalau dia sedang beli, berarti harga sedang di bawah.
Dan dua kondisi yang paling menggambarkan situasi itu adalah:
Bullish divergence (harga turun tapi volume meningkat)
Sideways berkepanjangan (akumulasi diam-diam)
Masuklah di dua momen ini — bukan saat harga sudah “ribut” di atas.
Belajar Membaca Irama Pasar
Pasar saham memang seperti orkestra besar. Ada nada tinggi saat euforia, dan nada rendah saat hening. Trader cerdas bukan yang menari di puncak musik, tapi yang tahu kapan melangkah masuk sebelum lagu mulai naik lagi.
Belajar memahami psikologi Bandar bukan berarti ikut-ikutan, tapi agar kamu tak tertipu arus. Karena di pasar saham, bukan yang tercepat yang menang, tapi yang paling sabar dan memahami permainan.
(*)