Padang, pasbana — Komunitas Seni Hitam Putih menampilkan karya teater kontemporer bertajuk “Pintu” di Fabriek Padang, Senin (10/11) malam. Pertunjukan ini menggugah penonton dengan eksplorasi makna batas ruang dan relasi manusia yang berubah akibat pandemi Covid-19 dan perkembangan teknologi digital.
Sutradara teater, Yusril, menjelaskan bahwa Pintu lahir dari kegelisahan atas perubahan cara manusia berinteraksi dan memahami dunia pasca pandemi.
Menurutnya, pandemi telah meninggalkan jejak keterasingan sosial yang kini diperparah dengan kehadiran teknologi digital yang semakin mendominasi kehidupan sehari-hari.
“Pertunjukan ini berangkat dari urgensi untuk mengeksplorasi dampak pandemi Covid-19 yang secara drastis mengubah pola interaksi manusia, terutama dalam seni pertunjukan teater kontemporer,” ujar Yusril usai pementasan di Fabriek Padang.
Ia menambahkan, perkembangan teknologi telah mengaburkan batas antara ruang fisik dan virtual. Dalam konteks teater, pintu yang selama ini menjadi simbol peralihan dan batas ruang kini memuat makna baru.
“Pintu tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga virtual—memisahkan individu dalam ruang digital yang justru semakin mengisolasi,” tambahnya.
Pementasan berdurasi sekitar satu jam ini menampilkan permainan cahaya, proyeksi digital, serta tata suara yang dirancang untuk membangun suasana reflektif. Beberapa adegan menggambarkan individu yang terjebak di antara dunia nyata dan dunia digital—mencerminkan kegelisahan manusia modern terhadap kehilangan keintiman sosial.
Salah satu penonton, Rika Amelia, mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, mengaku terkesan dengan kedalaman makna pertunjukan tersebut.
“Teater ini sangat relevan dengan kehidupan sekarang. Kita seperti diingatkan bahwa teknologi yang memudahkan, sekaligus bisa menjauhkan kita dari realitas sosial,” ujarnya.
Pertunjukan Pintu menjadi bagian dari rangkaian kegiatan komunitas dalam memperkuat eksistensi teater kontemporer di Sumatera Barat.
Komunitas Hitam Putih, yang berdiri sejak 2015, dikenal aktif menggelar berbagai eksperimentasi seni panggung dengan pendekatan lintas disiplin, termasuk kolaborasi dengan seniman visual dan musisi independen.
Melalui Pintu, Yusril berharap publik dapat merefleksikan kembali hubungan antara manusia, ruang, dan teknologi.
“Pandemi telah membuka banyak pintu kesadaran. Kini saatnya kita memilih: tetap terkurung di balik pintu digital, atau berani melangkah ke ruang nyata dan saling terhubung kembali,” pungkasnya.(*/soel)






