Notification

×

Iklan

Iklan

Riri Saputra, Anak Minang Membangun Asa Bagi Anak-anak Pelosok Nias

31 Agustus 2017 | 19.34 WIB Last Updated 2017-08-31T16:18:24Z
Riri Saputra Bersama Anak Didiknya 

Pasbana.com -- Namanya Riri Saputra, usai menyelesaikan pendidikannya di Universitas Negeri Padang ( UNP ) , ia langsung mengikuti program SM-3T.

SM-3T adalah akronim dari Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal. SM-3T merupakan salah satu program unggulan dari Kemeristek Dikti yang banyak diburu lantaran memberikan pengalaman, terutama mereka yang berniat menjadi guru.

Pemuda yang lebih akrab dikenal dengan nama Riri tersebut menceritakan pengalaman serunya. Cukup banyak kisah perjalanan Riri dalam membantu mencerdaskan anak bangsa di Pelosok Nias melalui SM-3T.

Menembus Batas dalam Keterbatasan

Sumber : Dokumen Pribadi Riri

Riri adalah mahasiswa lulusan Universitas Negeri Padang (UNP) yang menjalankan tugasnya di Kabupaten Nias Barat, Provinsi Sumatera Utara. Singkat cerita, September 2016 silam, Riri ditempatkan di SDN 078487 Hilihambawa, Desa Hilimbowo, Kecamatan Mandrehe Utara, Kabupaten Nias Barat, Sumatera Utara.

Ia memulai perjalanannya dari Kota Padang melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) menuju Bandara Binaka. Lama perjalanan yang ditempuh adalah satu jam, lalu dilanjutkan perjalanan darat dengan medan yang cukup ekstrem selama 2-3 jam menuju daerah penempatannya.


“Jika dilihat dari luas daerah, Nias tidaklah terlalu luas, hanya karena akses dan medan yang tak bersahabat menyebabkan waktu ke kota bisa memakan waktu sekitar 4 jam perjalanan darat,” ujar Riri. 

Riri menuturkan bahwa setiap hari ia harus berjalan kaki selama 1 jam, lalu melewati sungai agar bisa sampai ke sekolah. Tidak jarang ia menemui binatang buas pada saat menelusuri sungai, seperti buaya misalnya.

Jumlah siswa tak menentu, ada yang berjumlah 3 hingga 12 orang per kelasnya. Namun, semangat mereka untuk belajar harus diacungi jempol. “Ya, berbeda dengan anak-anak di kota. Anak di Nias bisa dikatakan tidak memiliki seragam sekolah. Mereka menggunakan seragam itupun dari tahun ke tahun tidak pernah ditukar.

Baju yang compang-camping tak menyurutkan semangat mereka dalam belajar,” pungkas Riri.

Riri berharap anak didiknya tetap semangat selepas kepulangannya ke Kota Padang. Ia melihat setiap muridnya memiliki potensi yang besar. Jika guru yang menemani mereka selanjutnya bisa menggali lebih dalam potensi anak didiknya, tentu akan melahirkan generasi muda yang hebat.

Aliran Listrik yang Tak Menentu Bukan Penghalang untuk Maju


Sumber : Dokumen Pribadi Riri

Sama seperti daerah pedalaman lainnya, Kabupaten Nias belum seluruhnya mendapatkan aliran listrik. Di sekolah tempat Riri mengajar belum terjangkau aliran listrik, sedangkan di tempat tinggal Riri di dusun Lauru aliran listrik tidak selalu menyala.

Kendati demikian, Riri tak pernah patah semangat dalam menyediakan materi ajar yang ada di dalam laptopnya untuk diajarkan kepada murid di sekolah yang masih menggunakan papan tulis dengan alat tulis kapur. Hal ini didukung dengan semangat anak didiknya yang tak kenal menyerah, menjadi stimulus Riri untuk tetap berjuang tanpa henti.

Masih Kental Rasa Toleransi Antar Umat Beragama


Sumber : Dokumentasi Pribadi Riri

Ketika kita lihat di layar televisi tentang isu perbedaan yang berujung perdebatan. Di Nias hidup sebagai minoritas ternyata tak seburuk yang dibayangkan oleh banyak orang. Di sini, masyarakat sangat menghargai yang namanya perbedaan. 

Kendati beragama Islam, Riri beserta teman-teman muslim lainnya sangat dihargai di Nias. Selama mengabdi, ia dan teman-teman justru diperlakukan selayaknya saudara, namun tetap mendapatkan kebebasan dalam beribadah. Sebuah wujud nyata Indonesia yang beragam dari pelosok Indonesia.

Jadilah Generasi Muda yang Mau Terjun ke Pedalaman.

Di akhir perbincangan yang hangat bersama tim Penjuru Indonesia, Riri menyampaikan sebuah pesan kepada generasi muda Indonesia, terutama bagi mereka yang ingin mengabdikan diri menjadi tenaga pendidik.

Menurutnya, generasi muda jangan ragu untuk membagikan ilmunya di pelosok negeri Indonesia. Apalagi anak-anak di sana begitu antusias terhadap pendidikan, mereka tidak sabar untuk berangkat ke sekolah dan belajar dari sang guru, meski harus melewati hutan, sungai, bahkan bebukitan. Ini menjadi bukti bahwa generasi muda memiliki kewajiban untuk hadir dan berpartisipasi mencerdaskan kehidupan bangsa, mereka di pelosok negeri sudah menunggumu.
( Sumber: penjuru.id)
    

×
Kaba Nan Baru Update