Pasbana - Ada yang hijau, lembut, dan menenangkan di setiap tegukan. Di tengah hiruk-pikuk kota besar, segelas matcha latte kini jadi “teman ngopi baru” bagi banyak orang muda.
Ya, demam matcha sedang melanda dunia — dan Indonesia ikut terseret arus hijaunya.
Dari Kyoto ke Jakarta
Matcha, bubuk teh hijau asal Jepang yang sudah berusia ratusan tahun, dulunya hanya dikenal lewat upacara minum teh tradisional (chanoyu).
Namun kini, ia menjelma menjadi ikon gaya hidup modern. Dari es matcha latte di kafe urban, soft-serve matcha di mal, sampai dessert matcha di TikTok, tren ini tak lagi sekadar minuman, tapi budaya populer baru.
Menurut laporan Grand View Research (2024), pasar global matcha diperkirakan tumbuh lebih dari 8,1% per tahun hingga 2030.
Pertumbuhannya bahkan didorong oleh generasi muda yang mencari alternatif kopi dengan kandungan kafein lebih ringan tapi efek tenang yang sama.
Indonesia Ikut “Hijau”
Tak ketinggalan, Indonesia pun ikut tersapu tren ini. Survei YouGov yang dirilis Juli lalu menunjukkan, dari 2.036 responden, 81% orang Indonesia adalah peminum teh. Dari jumlah itu, teh hijau — termasuk matcha — menempati posisi kedua setelah teh hitam.
“Minum matcha itu seperti ritual kecil yang menenangkan,” kata Dina, 27 tahun, pecinta matcha asal Bandung. “Rasanya earthy, tapi bikin rileks dan fokus. Cocok banget buat kerja atau belajar.”
Bukan hanya di kota besar seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya, kini warung matcha juga bisa dijumpai di kota-kota kecil dan area kampus.
Di media sosial, konten seputar “cara membuat matcha” juga meledak — tagar #matchalatte sudah menembus lebih dari 2 juta unggahan di TikTok (data per Oktober 2025).
Di Balik Busa Hijau yang Lembut
Popularitas matcha bukan cuma soal rasa, tapi juga manfaat kesehatan. Kandungan antioksidan (EGCG) di dalamnya dikenal mampu membantu detoksifikasi, meningkatkan metabolisme, dan menjaga fokus tanpa efek gugup seperti kopi.
Sebuah riset dari National Library of Medicine (NIH, 2023) menyebut bahwa konsumsi matcha secara rutin dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan menurunkan tingkat stres berkat kandungan L-theanine, asam amino alami yang menenangkan otak.
Tak heran bila banyak influencer kesehatan dan food blogger mulai mengangkat matcha sebagai “super drink masa kini”.
Dari Daun hingga Gaya Hidup
Kini, matcha tak lagi sekadar minuman, tapi simbol gaya hidup. Kafe-kafe kekinian seperti Kenkō Matcha, Matcha Tokyo, hingga Kurasu berlomba-lomba menyajikan inovasi baru: ada matcha espresso fusion, matcha affogato, hingga matcha boba.
Bahkan, brand lokal pun ikut berkreasi. Ada yang menggabungkan matcha dengan susu oat plant-based, ada juga yang mengemasnya dalam bentuk dessert seperti brownies, mochi, hingga puding siap saji.
“Matcha adalah cara kami menghadirkan ketenangan Jepang di tengah kesibukan Jakarta,” ujar Reyhan Prasetyo, barista sekaligus co-founder kafe matcha artisan di kawasan Senopati.
Menyeruput Tren yang Tak Akan Padam
Jika dulu kopi jadi simbol produktivitas, kini matcha hadir sebagai simbol keseimbangan — antara energi dan ketenangan, antara tradisi dan tren.
Di era yang serba cepat dan digital ini, mungkin yang kita butuhkan memang bukan hanya secangkir kafein, tapi sedikit jeda dan kehijauan di dalam gelas.
Jadi, saat kamu menyesap matcha latte sore ini, ingatlah: kamu sedang menikmati lebih dari sekadar minuman — kamu sedang ikut dalam perjalanan budaya global yang dimulai dari daun teh di Kyoto, dan kini berakar di hati para pecinta “zen” modern di seluruh dunia.
(*)