![]() |
Oleh: Maisar Setiawan Munaf BARKA Training & Consulting |
PASBANA.com -- Pada 5 September 2016 Anies Baswedan yang baru saja menjalani beberapa pekan masa non-tugas setelah menjadi menteri Kabinet Kerja selama kurang lebih dua tahun menghadiri sebuah Acara Wisuda di salah satu kampus besar.
Sebagai tokoh pendidikan yang aktif beliau sering dimintai pendapat dan komentar terkait dunia pendidikan. Pada saat itu, beliau menyampaikan bahwa "Pengalaman Organisasi adalah Penentu Kesuksesan, Bukan IPK", begitu kutipan yang saya angkat dari media tribuntimur.
Sepintas lalu, pendapat tersebut terdengar biasa, namun sebenarnya hal itu benar dan terbukti adanya. Orang-orang besar di Indonesia, terkhusus para pelopor pergerakan kemerdekaan adalah sosok yang pintar akademik dan aktif dalam berorganisasi. Seperti Soekarno-Hatta sang Dwi Proklamator, mereka sangat aktif berkumpul menyampaikan ide kemerdekaan dengan sesama rekan aktifis, diantaranya Tan Malaka dan Sutan Syahrir.
Tak hanya tokoh dari pergerakan nasionalis saja, tokoh agama "Kiyai" pun bergerak terorganisir, seperti KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dan KH Hasyim Asy'ari mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). Di Sumatera Barat juga muncul Gerakan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) yang diinisiasi oleh H Syeikh Sulaiman Arrasuli akrab dipanggil Inyiak Canduang, yang pada saat ini beliau sedang diusulkan untuk mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Pun juga pada saat pergolakan revolusi, yang mana pada saat itu Idealisme Komunis (PKI) masih diperbolehkan di Indonesia. Untuk menangkal PKI yang terkenal dengan tangan besi dan kekerasan, Pelajar dan Mahasiswa Islam bergerak bersama-sama secara terorganisir. Pergerakan mereka diwadahi dengan mendirikan di antaranya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pelajar Islam Indonesia (PII).
Dari ulasan singkat di saya menyimpulkan bahwa usaha menuju Indonesia merdeka dan mempertahankan Pancasila selalu dipelopori oleh para aktifis yang tergabung dalam Organisasi, bukan aktifis perorangan atau tokoh yang bergerak individual. Jadi pendapat Anies Baswedan yang saat ini menjabat Gubernur DKI Jakarta sesuai dengan fakta sejarah. Sesungguhnya pintar akademik saja belum cukup. Karena untuk mengembangkan kesuksesan diri dan bermanfaat bagi masyarakat seseorang harus aktif berorganisasi.
Setelah melatih lebih dari 90 Sekolah Menengah di tujuh propinsi, saya mendapati fenomena memprihatinkan, remaja sekarang cenderung individualistik yang beresiko pada minimnya jiwa kepedulian mereka. Melihat hal tersebut, sampai saat ini saya masih terus bergerak memberikan wawasan keorganisasian dan urgensi memahami kecerdasan yang menyeluruh, bukan hanya cerdas akademik, tetapi juga cerdas emosional, sosial dan spiritual.
Di lima sekolah dan kampus yang saya isi pelatihan pada awal tahun 2018 ini bersama Tim BARKA Training & Consulting, saya menegaskan kepada remaja dan pemuda bahwa jika ingin membangun Indonesia dan Mengangkat martabat NKRI di mata dunia, kita harus aktif berorganisasi. Khususnya organisasi yang memiliki Visi-Misi perjuangan yang sejalan dengan Pancasila. Saya sangat menekankan pentingnya aktif di OSIS atau organisasi yang sejenis, karena kematangan sikap akan terbentuk dengan berorganisasi.
Saya juga berharap kegiatan keorganisasian mendapat dukungan yang menyeluruh dari Guru, Orang Tua, Pemerintah dan Masyarakat. Pada awal tahun 2017 lalu saya meluncurkan Literasi Organisasi; merupakan sebuah metode penajaman pemahaman seluk beluk kepemimpinan dan keorganisasian menggunakan teknik studi kasus, bedah sejarah dan simulasi program kerja.
Melalui metode tersebut saya berharap dapat terbentuk pribadi generasi Bangsa Indonesia yang Taat spiritualnya, Kuat jasmaninya, Hebat intelektualnya dan Bermanfaat secara sosial. Sehingga pemimpin-pemimpin NKRI pada beberapa tahun ke depan adalah mereka yang bekerja penuh integeritas secara mandiri, kreatif dan penuh tanggungjawab.(*)